BAB. 4 : Sumber
daya alam
Sumber
daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan,
dan mikroorganisme,
tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi,
gas alam,
berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi,
kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri
telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga
persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad
belakangan ini. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan
manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa
negara seperti Indonesia, Brazil,
Kongo, Maroko, dan berbagai
negara di Timur Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang
sangat berlimpah. Sebagai contoh, negara di kawasan Timur Tengah
memiliki persediaan gas alam sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko
sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar
setengah dari yang ada di bumi. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini
seringkali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi
di negara-negara tersebut.
Indonesia,
salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam hayati dan nonhayati
terbesar di dunia.Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat
digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui.
SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama
penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme,
sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan.
Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi
dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak dapat diperbaharui adalah
SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses
pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Minyak
bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan
waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya
sangat terbatas., minyak bumi dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal
dari lingkungan perairan.Perubahan tekanan
dan suhu panas selama jutaaan tahun
ini kemudian mengubah materi
dan senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis
bahan tambang tersebut.
Daya dukung lingkungan
Kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup
yang meliputi ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu
disebut daya dukung lingkungan. Keberadaan sumber daya alam di bumi tidak
tersebar merata sehingga daya dukung lingkungan pada setiap daerah akan
berbeda-beda. Oleh karena itu, pemanfaatannya harus dijaga agar terus
berkesinambungan dan tindakan eksploitasi harus dihindari. Pemeliharaan dan
pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional antara
lain sebagai berikut:
- Memanfaatkan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien,
misalnya: air, tanah, dan udara.
- Menggunakan
bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).
- Mengembangkan
metode penambangan dan pemrosesan yang lebih efisien serta dapat didaur
ulang.
- Melaksanakan
etika lingkungan dengan menjaga kelestarian alam.
Sumber daya alam di Indonesia
Indonesia
merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di dunia setelah Brazil. Fakta
tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman sumber daya alam hayati yang
dimiliki Indonesia dan hal ini, berdasarkan Protokol Nagoya, akan
menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi
yang berkelanjutan (green economy).
Kekayaan alam di Indonesia yang melimpah terbentuk oleh beberapa faktor, antara
lain:
- Dilihat
dari sisi astronomi, Indonesia terletak pada daerah tropis
yang memiliki curah hujan yang tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang
dapat hidup dan tumbuh dengan cepat.
- Dilihat
dari sisi geologi, Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak terbentuk
pegunungan
yang kaya akan mineral.
- Daerah
perairan di Indonesia kaya sumber makanan
bagi berbagai jenis tanaman dan hewan laut, serta mengandung juga berbagai
jenis sumber mineral.
Tingginya tingkat biodiversitas Indonesia ditunjukkan dengan
adanya 10% dari tanaman berbunga
yang dikenal di dunia dapat ditemukan di Indonesia, 12% dari mamalia,
16% dari hewan reptil,
17% dari burung,
18% dari jenis terumbu karang, dan 25% dari hewan laut.[12]
Di bidang agrikultur,
Indonesia juga terkenal atas kekayaan tanaman perkebunannya,
seperti biji coklat,
karet, kelapa sawit,
cengkeh,
dan bahkan kayu
yang banyak diantaranya menempati urutan atas dari segi produksinya di dunia.
Sumber daya alam di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan
hayatinya saja. Berbagai daerah di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil
berbagai jenis bahan tambang, seperti petroleum,
timah, gas alam,
nikel, tembaga,
bauksit,
timah, batu bara,
emas, dan perak. Di samping itu,
Indonesia juga memiliki tanah
yang subur dan baik digunakan untuk berbagai jenis tanaman. Wilayah perairan
yang mencapai 7,9 juta km2 juga menyediakan potensi alam yang sangat
besar.
Sumber daya alam dan pertumbuhan ekonomi
Sumber daya alam dan tingkat perekonomian
suatu negara memiliki kaitan yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara
teoritis akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi, pada
kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena negara-negara di
dunia yang kaya akan sumber daya alamnya seringkali merupakan negara dengan
tingkat ekonomi yang rendah. Kasus ini dalam bidang ekonomi sering pula disebut
Dutch disease. Hal ini
disebabkan negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari hasil
bumi memiliki kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada
negara-negara yang bergerak di sektor industri dan jasa. Di samping itu, negara
yang kaya akan sumber daya alam juga cenderung tidak memiliki teknologi yang
memadai dalam mengolahnya. Korupsi, perang saudara, lemahnya pemerintahan
dan demokrasi
juga menjadi faktor penghambat dari perkembangan perekonomian negara-negara
terebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pembenahan sistem
pemerintahan, pengalihan investasi dan penyokongan ekonomi ke bidang industri
lain, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pemberdayaan
sumber daya alam. Contoh negara yang telah berhasil mengatasi hal tersebut dan
menjadikan kekayaan alam sebagai pemicu pertumbuhan negara adalah Norwegia
dan Botswana.
Pemanfaatan sumber daya alam
Sumber daya alam memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia. Untuk memudahkan pengkajiannya, pemanfaatan SDA dibagi berdasarkan
asalnya, yaitu SDA hayati dan nonhayati.
Sumber daya alam hayati :
Tumbuhan
Tumbuhan
merupakan sumber daya alam yang sangat beragam dan melimpah. Organisme
ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen
dan pati
melalui proses fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen
atau penyusun dasar rantai makanan. Eksploitasi tumbuhan yang
berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kepunahan dan hal ini akan
berdampak pada rusaknya rantai makanan. Kerusakan yang terjadi karena punahnya
salah satu faktor dari rantai makanan akan berakibat punahnya konsumen
tingkat di atasnya. Pemanfaatan tumbuhan oleh manusia diantaranya:
- Bahan
makanan: padi,
jagung,gandum,tebu
- Bahan
bangungan: kayu jati, kayu
mahoni
- Bahan
bakar (biosolar): kelapa sawit
- Obat:
jahe,
daun
binahong,
kina,
mahkota dewa
- Pupuk
kompos.
Pertanian dan perkebunan
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar
penduduk Indonesia mempunyai pencaharian di bidang pertanian
atau bercocok tanam. Data statistik pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 45%
penduduk Indonesia bekerja di bidang agrikultur. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara ini memiliki lahan seluas lebih dari 31 juta ha yang
telah siap tanam, dimana sebagian besarnya dapat ditemukan di Pulau Jawa. Pertanian di
Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain
padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong. Di samping itu,
Indonesia juga dikenal dengan hasil perkebunannya, antara lain karet (bahan baku ban), kelapa sawit
(bahan baku minyak goreng), tembakau (bahan baku obat dan rokok), kapas (bahan baku tekstil),
kopi (bahan minuman), dan tebu (bahan baku gula pasir).
Hewan, peternakan, dan perikanan
Sumber daya alam hewan dapat berupa hewan liar maupun hewan yang
sudah dibudidayakan. Pemanfaatannya dapat sebagai pembantu pekerjaan berat
manusia, seperti kerbau dan kuda atau
sebagai sumber bahan pangan, seperti unggas dan sapi. Untuk menjaga
keberlanjutannya, terutama untuk satwa langka, pelestarian secara in situ dan
ex situ terkadang harus dilaksanakan. Pelestarian in situ adalah pelestarian
yang dilakukan di habitat asalnya, sedangkan pelestarian ex situ adalah
pelestarian dengan memindahkan hewan tersebut dari habitatnya ke tempat lain.
Untuk memaksimalkan potensinya, manusia membangun sistem peternakan,
dan juga perikanan,
untuk lebih memberdayakan sumber daya hewan.
Sumber daya alam nonhayati :
Air
Sumber daya alam, air.
|
Air merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk hidup dan bumi
sendiri didominasi oleh wilayah perairan. Dari total wilayah perairan yang ada,
97% merupakan air asin (wilayah laut,
samudra,
dll.) dan hanya 3% yang merupakan air tawar (wilayah sungai, danau, dll.). Seiring
dengan pertumbuhan populasi manusia, kebutuhan akan air, baik itu untuk
keperluan domestik dan energi,
terus meningkat. Air juga digunakan untuk pengairan,
bahan dasar industri
minuman, penambangan, dan aset rekreasi. Di bidang energi, teknologi penggunaan air sebagai
sumber listrik sebagai pengganti dari minyak bumi telah dan akan terus
berkembang karena selain terbaharukan, energi yang dihasilkan dari air
cenderung tidak berpolusi
dan hal ini akan mengurangi efek rumah kaca.
Angin
Pada era ini, penggunaan minyak bumi, batu bara, dan berbagai
jenis bahan bakar
hasil tambang
mulai digantikan dengan penggunaan energi
yang dihasilkan oleh angin. Angin mampu menghasilkan energi dengan menggunakan turbin
yang pada umumnya diletakkan dengan ketinggian lebih dari 30 meter di daerah
dataran tinggi. Selain sumbernya yang terbaharukan dan selalu ada, energi yang
dihasilkan angin jauh lebih bersih dari residu yang dihasilkan oleh bahan bakar
lain pada umumnya. Beberapa negara yang telah mengaplikasikan turbin angin
sebagai sumber energi alternatif adalah Belanda
dan Inggris.
Tanah
Tanah adalah komponen penyusun permukaan bumi .Tanah termasuk
salah satu sumber daya alam nonhayati yang penting untuk menunjang pertumbuhan penduduk
dan sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis makhluk hidup. Pertumbuhan
tanaman pertanian dan perkebunan secara langsung terkait dengan tingkat
kesuburan dan kualitas tanah. Tanah tersusun atas beberapa komponen, seperti
udara, air, mineral, dan senyawa organik.
Hasil tambang
Sumber daya alam hasil penambangan memiliki beragam fungsi bagi
kehidupan manusia, seperti bahan dasar infrastruktur,
kendaraan bermotor, sumber energi, maupun
sebagai perhiasan.
Berbagai jenis bahan hasil galian memiliki nilai ekonomi yang besar dan hal ini
memicu eksploitasi sumber daya alam tersebut. Beberapa negara, seperti
Indonesia dan Arab, memiliki pendapatan yang sangat besar dari sektor ini.
Jumlahnya sangat terbatas, oleh karena itu penggunaannya harus dilakukan secara
efisein.
Kesimpulan yang dapat saya ambil tetntang materi ini adalah sumber
daya alam yang terdapat dalam di negeri Indonesia sangatlah banyak sehingga
dapat memungkinkan memajukan Negara Indonesia sebagai Negara maju dan bukan
lagi Negara berkembang. Seperti dalam konteks hasil tambang, Indonesia banyak
sekali pegunungan dan lautan yang menyimpan didalamnya banyak hasil tambang
seperti minyak bumi dan lain-lain. Belum lagi sumber daya hayati dan non
hayatinya yang sangat melimpah. Namun sayangnya Indonesia belum bisa mengolah
sendiri hasil hasil sumber daya alam tersebut melainkan ada yang menjualnya
dengan cara mentah-mentah dan di bantu tenaga asing sehingga menambah
kost(biaya) lebih untuk membuatnya menjadi tidak barang mentah. Dan lemahnya
Indonesia dalam konteks ini adalah menjual sumber daya mentah dan di olah di
Negara lain lalu Indonesia membelinya
kembali dengan harga yang tak lagi sama dengan harga awal.
BAB 5. PDB, PERTUMBUHAN DAN
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI.
Produk domestik bruto (PDB)
Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu
metode untuk menghitung pendapatan
nasional.
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa
yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya
per tahun). PDB berbeda dariproduk nasional bruto karena
memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara
tersebut.
PDB Nominal merujuk kepada
nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga.PDB dapat dihitung dengan memakai dua
pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum
untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:
PDB = Konsumsi +investasi + Pengeluaran
pemerintah + (EKSPOR-IMPOR)
Di mana konsumsi adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, invesasi oleh sektor
usaha pengeluaran pemerinah oleh pemerintah,
dan ekspor dan impormelibatkan sektor luar negeri.
Sementara pendekatan pendapatan
menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi
PDB
= sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan
pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, Upah untuk tenaga
kerja,bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Pertumbuhan
dan perubahan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses
perubahan kondisi suatu perekonomian
Negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu.
Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia
1. Faktor produksi
2. Faktor investasi
3. Factor perdagangan dan negri dan
neraca pembayaran
4. Factor kebijakan moneter dan inflasi
5. Faktor keuangan Negara
- Pendapatan Nasional
Ada
dua arti dari PN, yakni dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti
sempit PN adalah PN. Dalam arti luas, PN dapat merujuk ke PDB, atau merujuk ke
PNB, atau ke produk nasional netto (PNN).
Sesuai metode yang standar, perhitungan PN diawali diawali dengan perhitungan
PDB. Hubungan antara PDB dan PN dapat dijelaskan melalui beberapa persamaan
sederhana sebagai berikut.
PNB=
PDB+F
PNN=PNB-D
PN=PNN-Ttl
Dimana
: F pendapatan netto atas faktor luar negri,
D= Penyusutan; dan Ttl = pajak tak langsung neto (
variabel-variabel lainya telah dijelaskan di dalam teks). Jika tiga persamaan
di gabungkan, akan dapat persamaan berikut.
PDB
= PN + Ttl + D – F
Atau
PN=
PDB + F – D –Ttl
PDB
dapat diukur dengan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dua pendekatan pertama
tersebut adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat, sedangkan pendekatan
pengeluaran adalah perhitungan PDB adalah jumlah nilai output (NO) dari semua
sektor ekonomi atau lapangan usaha, PDB adalah jumlah NO dari kesembilan sektor
tersebut
PDB
= ∑ NO
Oleh
sebab itu, dalam pendekataan pendapatan, PDB adalah jumlah dari nilai tambah
bruto (NTB) dari kesembilan sektor tersebut.
PDB
= NTB1 + NTB 2+ ……NTB9
Menurut
pendekatan pengeluaran,
PDB
= C + I + G+ X –M
- Sumber
– Sumber Pertumbuhan
Pertumbuhan
ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi permintaan agregat (AD) Atau
/ dan sisi penawaran agregat ( AS). Seperti yang diilustrasikan pada
gambar. Titik potong antara kurva AD dengan kurva AS Adalah titik keseimbangan
ekonomi yang menghasilkan suatu jumlah output agregat (PDB) tertentu dengan
tingkat harga umum tertentu. Output agregat yang dihasilkan di dalam suatu
ekonomi (atau negara ) selanjutnya membentuk PN. Apabila pada periode awal
(t=0) adalah Y0, maka yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah apabila
pada periode berikutnya output= Y1, yang mana Y1 >Y0.
- Sisi
Permintaan Pertumbuhan
Dari
sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan peningkatan permintaan
di dalam ekonomi terjadi karena PN. Yang terdiri dari permintaan masyarakat
(konsumen), perusahaan, dan pemerintah, meningkat,. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, sisi AD (penggunaan PDB) terdiri dari empat komponen: konsumsi
rumah tangga.investasi, konsumsi. Sisi AD di dalam suatu ekonomi bisa
digambarkan dalam suatu model ekonomi makro sederhana sebagai berikut.
Y=
C+I+G+X-M
C=
Cy+Ca
I=-ir+Ia
G=Ga
X=Xa
M=My+Ma
- Sisi
penawaran Agregat
Faktor
produksi dapat ditulis dalam suatu fungsi sederhana sbb:
Q=
f (X1,X2,X3,…….Xn)
Dimana
Q mewakili volume output dan,X1,X2,X3……Xn adalah volume dari faktor*
produksi yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut.
C.Teori-teori
dan Model-model Pertumbuhan
a.
teori dan model pertumbuhan ekonomi (di lihat dari sisi AS/ produksi), yakni
teori neoklasik dan teori modern.Dalam kelompok teori neoklasik , faktor*
produksi dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan output adalah jumlah
L dan K; yang terakhir ini bisa dalam bentuk keuangan dan barang modal(seperti
mesin).
b.Teori
Modern dan Model Pertumbuhan Endogen
Dalam
teori modern, faktor* produksi yang krusial tidak hanya L dan K, tetapi
juga perubahan T ( yang berkandung di dalam barang modal atau mesin), E
kewirausahaan (kw), bahan baku (bb) dan material (MT).
Dilihat
dari kerangka pemikiran kelompok teori modern tersebut, ada
sejumlah perbedaan yang mendasar dengan kelompok teori neoklasik. Di antaranya
adalah yang mencakup L,K, dan Kw. Dalam kelompok teori ini kualitas L lebih
penting daripada kuantitas nya.
Di
dalam modelnya , laju pertumbuhan keseimbangan (waranted growth) yang
membuwat besarnya S Yang direncanakan ditetapkan selalu sama dengan
besarnya I yang direncanakan yaitu:
sYt
=ICOR(Yt-Yt-1)
(Yt-Yt-1)/Y=s/ICOR
Pada
model ekonomi makro dari IBII (2000) diasumsikan bahwa faktor produksi yang
menenyukan kapasitas produksi di Indonesia adalah jumlah K, karena faktor
L di Indonesia (terutama berasal dari sektor pertanian) cukup melimpah.
Berdasarkan
asumsi ini, maka perubahan kapasitas produksi tergantung pada perubahan kapital
(IBII,2000) :
∆cap
= (1/k)*∆K
Dimana
:
Cap
= kapasitas produksi atau potensial output
K=
rasio output modal (COR ) yang mengukur tingkat efisien penggunaan K.
Dilain
pihak, di dalam model makro ini K pada tahun tertentu (t) di definisikan
sebagai penjumlahan stok K tahun lalu (t-1) dan 1 bersih :
K(t)=k(t-1)+(i-s)
Dimana:
I=i
kotor
S=pengurangan
K
Pemotongan
K adalah K yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis karena output yang
dihasilkan lebih kecil daripada biaya produksinya. Dengan melakukan substitusi
persamaan di peroleh :
∆cap=
(1/k)*(i-s)
c.Pertumbuhan
TFP
Berdasarkan
studi-studi emperis mengenai pertumbuhan ekonomi dan sumber-sumbernya ,
pack n dan page menyatakan bahwa terdapat 2 sumber utama pertumbuhan, yakni
pertumbuhan yang bersumber dari peningkatan (investment –driven growth) dan
pertumbuhan yang di dorong oleh peningkatan produktivitas
(produktivity-driven growth).
Sumber
pertumbuhan output yang berasal dari peningkatan produktivitas dan input-input
produksi dapat dihitung secara persial,
Ln
Yt=LnTt+αLn Kt+βLnKt +βLnLt
Dapat
di rumuskan kembali sebagai berikut.
Ln
Yt = Ln Tt + (1-β)Ln Kt + β Ln Lt
=
Ln Tt+LnKt+β (Ln Lt-Ln Kt)
Ln
Yt-Ln Kt= Ln Tt +β (Ln Lt-Ln Kt)
Ln(Yt/Kt)=
Ln Tt +β Ln (Lt/Kt)
Yt/Kt
= Tt(Lt/Kt)β
BAB 6 & 7 .KEMISKINAN DAN
KESENJANGAN
A. KONSEP
DAN PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
·
Gambaran kekurangan materi, yang
biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi
kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·
Gambaran tentang kebutuhan sosial,
termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
·
Gambaran tentang kurangnya penghasilan
dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar
profesi secara halal.
Kemiskinan
dapat dilihat dari dua sisi yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif adalah konsep kemiskinan yang mengacu
pada kepemilikan materi dikaitkan dengan standar kelayakan hidup seseorang atau
kekeluarga. Kedua istilah itu menunjuk pada perbedaan sosial (social distinction)
yang ada dalam masyarakat berangkat dari distribusi pendapatan. Perbedaannya
adalah bahwa pada kemiskinan absolut ukurannya sudah terlebih dahulu ditentukan
dengan angka-angka nyata (garis kemiskinan) dan atau indikator atau kriteria
yang digunakan, sementara pada kemiskinan relatif kategori kemiskinan
ditentukan berdasarkan perbandingan relatif tingkat kesejahteraan antar
penduduk.
B. GARIS
KEMISKINAN
Garis
kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang
dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu
negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis
kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada
di negara berkembang.
Hampir
setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan
berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat
miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program
peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi
kemiskinan.
C. PENYEBAB
DAN DAMPAK KEMISKINAN
Secara
umum, penyebab kemiskinan dapat dibagi kedalam empat mazhab (Spicker,
2002),yaitu:
Pertama,
Individual explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan cenderungdiakibatkan
oleh karakteristik orang miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud
sepertimalas dan kurang sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam
bekerja. Mereka juga sering salah dalam memilih, termasuk memilih pekerjaan,
memilih jalan hidup,memilih tempat tinggal, memilih sekolah dan lainnya. Gagal,
sebahagian orang miskin bukankarena tidak pernah memiliki kesempatan, namun ia
gagal menjalani dengan baik kesempatantersebut. Seseorang yang sudah bekerja
namun karena sesuatu hal akhirnya ia diberhentikan(PHK) dan selanjutnya menjadi
miskin.
Kedua,
Familial explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan lebih disebabkan
olehfaktor keturunan. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah telah membawa
dia kedalamkemiskinan. Akibatnya ia juga tidak mampu memberikan pendidikan yang
layak kepadaanaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikian
secara terus menerusdan turun temurun.
Ketiga,
Subcultural explanation, menurut mazhab ini bahwa kemiskinan dapat disebabkan
oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik perilaku
lingkungan. Misalnya, kebiasaan yang bekerja adalah kaum perempuan, kebiasaan
yang enggan untuk bekerja kerasdan menerima apa adanya, keyakinan bahwa
mengabdi kepada para raja atau orang terhormatmeski tidak diberi bayaran dan
berakibat pada kemiskinan.
Keempat,
Structural explanations, mazhab ini menganggap bahwa kemiskinan timbul
akibatdari ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat,
kebijakan, dan aturanlain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan
lainnya hingga menimbulkankemiskinan di antara mereka yang statusnya rendah dan
haknya terbatas.
Kemiskinan
tidak hanya terdapat di desa, namun juga di kota. Kemiskinan di desa terutama
disebabkan oleh faktor-faktor antara lain:
1) Ketidakberdayaan.
Kondisi ini muncul karena kurangnya lapangan kerja, rendahnya hargaproduk yang
dihasilkan mereka, dan tingginya biaya pendidikan,
2) Keterkucilan,
rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya keahlian, sulitnya transportasi,
sertaketiadaan akses terhadap kredit menyebabkan mereka terkucil dan menjadi
miskin,
3) Kemiskinan
materi, kondisi ini diakibatkan kurangnya modal, dan minimnya lahan
pertanianyang dimiliki menyebabkan penghasilan mereka relatif rendah,
4) Kerentanan,
sulitnya mendapatkan pekerjaan, pekerjaan musiman, dan bencana alam,membuat
mereka menjadi rentan dan miskin,
5) Sikap,
sikap yang menerima apa adanya dan kurang termotivasi untuk bekerja
kerasmembuat mereka menjadi miskin.
Kemiskinan
di kota pada dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan di desa,
yang berbeda adalah penyebab dari faktor-faktor tersebut, misalnya faktor
ketidakberdayaan dikota cendrung disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja, dan
tingginya biaya hidup.
Kemiskinan
dapat juga disebabkan oleh:
a) Rendahnya
kualitas angkatan kerja,
b) Akses
yang sulit dan terbatas terhadap kepemilikan modal,
c) Rendahnya
tingkat penguasaan teknologi,
d) Penggunaan
sumberdaya yang tidak efisien,
e) Pertumbuhan
penduduk yang tinggi (Sharp et al, 2000).
Selain
dari berbagai pendapat di atas, kemiskinan secara umum disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang datang dari dalam diri orang miskin, seperti sikap yang menerima
apa adanya, tidak bersungguh-sungguh dalam berusaha, dan kondisi fisik
yangkurang sempurna. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari
luar diri si miskin, seperti keterkucilan karena akses yang terbatas, kurangnya
lapangan kerja, ketiadaan kesempatan, sumberdaya alam yang terbatas, kebijakan
yang tidak berpihak dan lainnya.
Dampak
dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks, yaitu :
1. Pengangguran.
Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja sebanyak
12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat krisis
multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini.
Dengan
banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan
karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan
mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran
telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat.
2. Kekerasan.
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari
pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan
yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan
dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya,
merampok, menodong, mencuri, menipu , dll.
3. Pendidikan.
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini.
Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau
dunia sekolah atau pendidikan.
4. Kesehatan.
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap
klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos
pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh
kalangan miskin.
5. Konflik
sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat
ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi
bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat
ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara,
persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan
identitas yang subjektif.
Dan
antara penggaruran, kemiskinan dan kesenjangan pendapatan saling berhubungan
dan mempunyai dampak yang cukup besar bagi negara.
D. PERTUMBUHAN,
KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
Merupakan
hubungan antara pertumbuhan dan kesenjangan.
Hubungan
antara tingkat kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi dapat
dijelaskan dengan Kuznet Hypothesis. Hipotesis ini berawal dari pertumbuhan
ekonomi (berasal dari tingkat pendapatan yang rendah berasosiasi dalam suatu
masyarakat agraris pada tingkat awal) yang pada mulanya menaik pada tingkat
kesenjangan pendapatan rendah hingga pada suatu tingkat pertumbuhan tertentu
selanjutnya kembali menurun. Indikasi yang digambarkan oleh Kuznet didasarkan
pada riset dengan menggunakan data time series terhadap indikator kesenjangan
Negara Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat.
Pemikiran
tentang mekanisme yang terjadi pada phenomena “Kuznet” bermula dari transfer
yang berasal dari sektor tenaga kerja dengan produktivitas rendah (dan tingkat
kesenjangan pendapatannya rendah), ke sektor yang mempunyai produktivitas
tinggi (dan tingkat kesenjangan menengah). Dengan adanya kesenjangan antar
sektor maka secara subtansial dapat menaikan kesenjangan diantara tenaga kerja
yang bekerja pada masing-masing sektor (Ferreira, 1999, 4).
Versi
dinamis dari Kuznet Hypothesis, menyebutkan kan bahwa kecepatan pertumbuhan
ekonomi dalam beberapa tahun (dasawarsa) memberikan indikasi naiknya tingkat
kesenjangan pendapatan dengan memperhatikan initial level of income (Deininger
& Squire, 1996). Periode pertumbuhan ekonomi yang hampir merata sering
berasosiasi dengan kenaikan kesenjangan pendapatan yang menurun.
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
·
Hubungan antara Pertumbuhan dan
Kesenjangan
Data decade 1970an dan 1980an mengenai
pertumbuhan ekonomi dan distribusi di banyak Negara berkembang, terutama
Negara-negara dengan proses pembangunan ekonomi yang tinggi, seperti Indonesia,
menunjukkan seakan-akan ada korelasi positif antara laju pertumbuhan dan
tingkat kesenjangan ekonomi: semakin tinggi pertumbuhan PDB atau semakin besar
pendapatan per kapita semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum
kaya. Studi dari Jantti (1997) dan Mule
(1998) memperlihatkan perkembangan ketimpangan pendapatan antara kaum miskin
dan kaum kaya di Swedia, Inggris dan AS, serta beberapa Negara di Eropa Barat
menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama decade 1970an dan 1980an. Jantti membuat kesimpulan semakin besar
ketimpangan distribusi pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi,
perubahan pasar buruh dan perubahan kebijakan public. Dalam perubahan pasar buruh, membesarnya
kesenjangan pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besarnya pendapatan
dari istri dalam jumlah pendapatan keluarga merupakan dua factor penyebab
penting.
Literature mengenai perubahan
kesenjangan dalam dsitribusi pendapatan awalnya didominasi oleh apa yang
disebuthipotesis Kuznets. Dengan memakai
data antar Negara (cross section) dan data dari sejumlah survey/observasi di
tiap Negara (time series), Simon Kuznets menemukan relasi antara kesenjangan
pendapatan dan tingkat perdapatan per kapita berbentuk U terbalik. Hasil ini diinterpretasikan sebagai evolusi
dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari ekonomi pedesaan (rural)
ke ekonomi perkotaan (urban) atau ekonomi industry.
·
Hubungan antara Pertumbuhan dan
Kemiskinan
Dasar teori dari korelasi antara
pertumbuhan dan kemiskinan tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan dengan
ketimpangan, seperti yang telah dibahas di atas. Mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal
proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan saat mendekati
tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur berkurang. Namun banyak factor lain selain pertumbuhan
yang juga mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat kemiskinan di suatu
wilayah/Negara seperti struktur pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi.
Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan
langkah-langkah dan program yang dirancang secara khusus dan terpadu oleh
pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat. Penulis ingin menitikberatkan karya ilmiah ini dengan 3 masalah
utama kemiskinan di Indonesia, yaitu: terbatasnya kecukupan dan mutu pangan,
terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, serta terbatasnya dan
rendahnya mutu layanan pendidikan.
Ø Terbatasnya
Kecukupan dan Mutu Pangan
Hal
ini berkaitan dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak
merata, dan kurangnya dukungan pemerintah bagi petani untuk memproduksi beras
sedangkan masyarakat Indonesia sangat tergantung pada beras. Permasalahan
kecukupan pangan antara lain terlihat dari rendahnya asupan kalori penduduk
miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita, dan ibu.
Ø Terbatasnya
dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan
Hal
ini mengakibatkan rendahnya daya tahan dan kesehatan masyarakat miskin untuk
bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk
tumbuh kembang, dan rendahnya kesehatan para ibu. Salah satu indikator dari
terbatasnya akses layanan kesehatan adalah angka kematian bayi. Data Susenas
(Survai Sosial Ekonomi Nasional) menunjukan bahwa angka kematian bayi pada
kelompok pengeluaran terendah masih di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup.
Ø Terbatasnya
dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan
Hal
ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, terbatasnya kesediaan sarana
pendidikan, terbatasnya jumlah guru bermutu di daerah, dan terbatasnya jumlah
sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar. Pendidikan formal belum dapat
menjangkau secara merata seluruh lapisan masyarakat sehingga terjadi perbedaan
antara penduduk kaya dan penduduk miskin dalam masalah pendidikan.
·
Faktor - faktor Penyebab Kemiskinan
Yang
menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu :
1. Kemiskinan
alamiah.
Kemiskinan
alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas,penggunaan teknologi yang
rendah,dan bencana alam.
2. Kemiskinan
buatan.
Kemiskinan
ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian
anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas
lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.
Selain
itu,penyebab kemiskinan di negara Indonesia adalah :
1. Laju
Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan
penduduk Indonesia terus menigkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus
penduduk.
Meningkatnya
jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang
belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban
ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban
ketergantungan yang harud ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan.
2. Angkatan
Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara
garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja. Yang tergolong tenaga kerja ialah penduduk yang berumur
didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang
satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah
minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua
penduduk kesenjangan dikatakan lunak,distribusi pendapatan nasional dikatakan
cukup merata.
3. Tingkat
pendidikan yang rendah.
Rendahnya
kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu
negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama industry,
jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang mempunyai skill atau
paling tidak dapat membaca dan menulis.
4. Kurangnya
perhatian dari pemerintah.
Pemerintah
yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi
salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang
mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.
Faktor
lain yang masih memperlambat pencapaian penurunan kemiskinan sebagai berikut :
v Belum
meratanya program pembangunan,khususnya di pedesaan,luar Pulau Jawa,daerah
terpencil,dan daerah perbatasan. Sekitar 63.5% penduduk miskin hidup di daerah
pedesaan. Kemiskinan diluar Pulau Jawa
termasuk Nusa Tenggara, Maluku dan Papua juga lebih tinggi dibandingkan di
Pulau Jawa. Oleh karena itu, upaya penanganan kemiskinan seharusnya lebih difokuskan
di daerah-daerah tersebut.
v Masih
terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.
v Masih
besarnya jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin,baik karena guncangan
ekonomi,bencana alam,dan juga akibat kurangnya akses terhadap pelayanan dasar
dan sosial.
v Kondisi
kemiskinan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kebutuhan pokok. Sehubungan
dengan itu ,upaya penanggulangan kemiskinan melalui stabilitas harga kebutuhan
pokok harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Hal ini bertujuan agar
penanggulangan kemiskinan,baik di perdesaan maupun perkotaan dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
Penanggulangan
Masalah Kemiskinan di Indonesia
Penanganan
berbagai masalah di atas memerlukan strategi penanggulangan kemiskinan yang
jelas. Pemerintah Indonesia dan berbagai pihak terkait lainnya patut mendapat
acungan jempol atas berbagai usaha yang telah dijalankan dalam membentuk
strategi penanggulangan kemiskinan.
Tahun
1990 bank dunia mendeklerasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan
kemiskinan perlu dilakukan secara serentak pada 3 front
1. Pertumbuhan
ekonomiyang luas dan padat karya yang menciptakan kesempatan kerja dan
pendapatan pada kelompok miskin.
2. Pengembangan
SDM (pendidikan, kesehatan, dan gizi) yang member mereka kemampuan lebih baik
untuk memanfaatkan kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi
3. Membuat
suatu jaringan pengaman sosial untuk mereka diantara pendiuduk miskin yang sama
skali tidak mampu untuk mendapat keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi
dan kesempatan pengembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana
alam, konflik sosial, dan terisolasi secara fisik.
Pada
tahun 2000 bank dunia muncul dengan kerangka kerja analisi yang baru untuk
memerang kemiskinan yang dibangun di atas 3 pilar yakni pemberdayaan, keamanan,
dan kesempatan.
Hal
pertama yang dapat dilakukan oleh pemerintahan baru adalah menyelesaikan dan
mengadaptasikan rancangan strategi penanggulangan kemiskinan yang telah
berjalan.Kemudian hal ini dapat dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan. Berikut
ini dijabarkan sepuluh langkah yang dapat diambil dalam mengimplementasikan
strategi pengentasan kemiskinan tersebut.
è Peningkatan
fasilitas jalan dan listrik di pedesaan.
Berbagai
pengalaman di China, Vietnam dan juga di Indonesia sendiri menunjukkan bahwa
pembangunan jalan di area pedesaan merupakan cara yang efektif dalam mengurangi
kemiskinan. Jalan nasional dan jalan provinsi di Indonesia relatif dalam
keadaan yang baik. Tetapi, setengah dari jalan kabupaten berada dalam kondisi
yang buruk. Sementara itu lima persen dari populasi, yang berarti sekitar 11
juta orang, tidak mendapatkan akses jalan untuk setahun penuh.
è Peningkatan
tingkat kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang lebih baik
Indonesia
sedang mengalami krisis penyediaan fasilitas sanitasi.
Hanya
kurang dari satu persen limbah rumah tangga di Indonesia yang menjadi bagian
dari sistem pembuangan. Penyediaan fasilitaslimbah lokal tidak dibarengi dengan
penyediaan fasilitas pengumpulan, pengolahan dan pembuangan akhir. Pada tahun
2002, pemerintah hanya menyediakan anggaran untuk perbaikan sanitasi sebesar
1/1000 dari anggaran yang disediakan untuk penyediaan air. Akibatnya, penduduk
miskin cenderung menggunakan air dari sungai yang telah tercemar. Tempat
tinggal mereka juga sering berada didekat tempat pembuangan limbah. Hal ini
membuat penduduk miskin cenderung menjadi lebih mudah sakit dan tidak
produktif.
è Penghapusan
larangan impor beras
Larangan
impor beras yang diterapkan bukanlah merupakan kebijakan yang tepat dalam
membantu petani, tetapi kebijakan yang merugikan orang miskin. Studi yang baru
saja dilakukan menunjukkan Secara keseluruhan, 80 % dari penduduk Indonesia
menderita akibat proteksi tersebut, sementara hanya 20% yang menikmati
manfaatnya. Bahkan manfaat tersebut tidaklah sedemikian jelas. Harga beras di
tingkat petani tidak mengalami kenaikan yang berarti sementara harga di tingkat
pengecer naik cukup tinggi.
è Pembatasan
pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan orang miskin
Salah
satu sumber penghasilan terpenting bagi penduduk miskin didaerah pedesaan
adalah wiraswasta dan usaha pendukung pertanian.Setengah dari penghasilan
masyarakat petani miskin berasal dariusaha pendukung pertanian. Untuk
meningkatkan penghasilan tersebut, terutama yang berasal dari usaha kecil dan
menengah, perlu dibangun iklim usaha yang lebih kondusif. Sayangnya, sejak
proses desentralisasi dijalankan, pemerintah daerah berlomba-lomba meningkatkan
pendapatan mereka dengan cara mengenakan pajak dan pungutan daerah yang lebih tinggi.
Belum lagi beban dari berbagai pungutan liar yang harus dibayarkan untuk
menjamin pengangkutan barang berjalan secara lancar dan aman. Berbagai biaya
ini menghambat pertumbuhan usaha di tingkat local dan menurunkan harga jual
yang diperoleh penduduk miskin atas barang yang mereka produksi.
è Pemberian
hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin
Adanya
kepastian dalam kepemilikan tanah merupakan factor penting untuk meningkatkan
investasi dan produktifitas pertanian.Pemberian hak atas tanah juga membuka akses
penduduk miskin pada kredit dan pinjaman. Dengan memiliki sertifikat
kepemilikan mereka dapat meminjam uang, menginvestasikannya dan mendapatkan
hasil yang lebih tinggi dari aktifitas merek. Dengan program pemutihan yang
sekarang ini dijalankan, dimana satu juta sertifikat dikeluarkan sejak 1997,
dibutuhkan waktu seratus tahun lagi untuk menyelesaikan proses tersebut.
Disamping itu, kepemilikan atas 64 persen tanah diIndonesia tidaklah
dimungkinkan, karena termasuk dalam klasifikasi area hutan.
è Perbaikan
atas kualitas pendidikan dan penyediaan pendidikan transisiuntuk sekolah
menengah
Indonesia
telah mencapai hasil yang memuaskan dalam meningkatkan partisipasi di tingkat
pendidikan dasar. Hanya saja,banyak anak-anak dari keluarga miskin yang tidak
dapat melanjutkan pendidikan dan terpaksa keluar dari sekolah dasar sebelum
dapat menamatkannya. Hal ini terkait erat dengan masalah utama pendidikan di
Indonesia, yaitu buruknya kualitas
pendidikan.
è Membangun
lembaga - lembaga pembiayaan mikro yang memberimanfaat pada penduduk miskin.
Sekitar
50 persen rumah tangga tidak memiliki akses yang baik terhadap lembaga
pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki rekening tabungan. Kondisi
ini terlihat lebih parah di daerah pedesaan. Solusinya bukanlah dengan memberikan
pinjaman bersubsidi. Program pemberian pinjaman bersubsidi tidak dapat
dipungkiri telah memberi manfaat kepada penerimannya. Tetapiprogram ini juga
melumpuhkan perkembangan lembaga pembiayaan mikro (LPM) yang beroperasi secara
komersial. Padahal, lembaga-lembaga semacam inilah yang dapat diandalkan untuk
melayani masyarakat miskin secara lebih luas. Solusi yang lebih tepat adalah
memanfaaatkan dan mendorong pemberian kredit dari bank-bank komersial kepada
lembaga-lembaga pembiayaan mikro tersebut.
è Mengurangi
tingkat kematian Ibu pada saat melahirkan
Hampir
310 wanita di Indonesia meninggal dunia pada setiap 10.00 kelahiran hidup.
Angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Tingkat kematian menjadi
tinggi terkait dengan dua sebab.Pertama karena ibu yang melahirkan sering
terlambat dalam mencari bantuan medis. Sering terjadi juga bantuan medis yang
dibutuhkan tersebut tidak tersedia. Kedua karena kebanyakan ibu yang melahirkan
lebih memilih untuk meminta bantuan bidan tradisional daripada fasilitas medis
yang tersedia.
è Menyedian
lebih banyak dana untuk daerah-daerah miskin
Fiskal
antar daerah di Indonesia sangatlah terasa.Pemerintah daerah terkaya di
Indonesia mempunyai pendapatan perpenduduk 46 kali lebih tinggi dari pemerintah
di daerah termiskin.Akibatnya pemerintah Kesenjangan daerah yang miskin sering
tidak dapat menyediakan pelayanan yang mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Pemberian dana yang terarah dengan baik dapat membantu masalah ini.
è Merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran
Program
perlindungan yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin serta
subsidi bahan bakar dan listrik, dapat dikatakan belum mencapai sasaran dengan
baik. Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia mengeluarkan Rp 74 trilliun untuk
perlindungan sosial.Angka ini lebih besar dari pengeluaran di bidang kesehatan
danpendidikan. Sayangnya, hanya 10 persen yang dapat dinikmati oleh penduduk
miskin, sementara sekitar Rp60 trilliun lebih banyak dinikmati oleh masyarakat
mampu.
BAB 8
& 9 . PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH DAN OTONOMI DAERAH
1.
UNDANG
UNDANG OTONOMI DAERAH
UU Otonomi Daerah
UU otonomi daerah merupakan dasar hukum pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia atau dapat juga disebut payung hukum pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia.UU otonomi daerah di Indonesia menjadi payung hukum
terhadap seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pelaksanaan otonomi daerah di bawah UU otonomi daerah seperti, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan seterusnya.
Tentang UU Otonomi Daerah
UU otonomi daerah itu sendiri merupakan implementasi
dari ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang
menyebutkan otonomi daerah sebagai bagian dari sistem tata negara Indonesia dan
pelaksanaan pemerintahan di Indonesia. Ketentuan mengenai pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia tercantum dalam pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
yang menyebutkan bahwa:
“Pemerintahan daerah propinsi,
daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.
Selanjutnya Undang-Undang Dasar 1945 memerintahkan
pembentukan UU Otonomi Daerah untuk mengatur mengenai susunan dan
tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (7), bahwa:
“Susunan dan tata cara
penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang”.
Ketentuan tersebut diatas menjadi payung hukum bagi
pembentukan UU otonomi daerah di
Indonesia, sementara UU otonomi daerah menjadi dasar bagi pembentukan peraturan
lain yang tingkatannya berada di bawah undang-undang menurut hirarki atau tata
urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Otonomi daerah di
Indonesia dilaksanakan segera setelah gerakan reformasi 1998. Tepatnya pada
tahun 1999 UU otonomi daerah mulai diberlakukan.
Perubahan UU Otonomi Daerah
Pada tahap
selanjutnya UU otonomi daerah ini mendapatkan kritik dan masukan untuk lebih
disempurnakan lagi. Ada banyak kritik dan masukan yang disampaikan sehingga
dilakukan judicial review terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang otonomi daerah. Dengan terjadinya judicial review maka Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah diubah dan digantikan dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ini juga diikuti
pula dengan perubahan peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur
mengenai otonomi daerah yang berfungsi sebagai pelengkap pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia seperti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang selanjutnya digantikan dengan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
Sesungguhnya UU
otonomi daerah telah
mengalami beberapa kali perubahan setelah disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Namun perubahan tersebut meskipun penting namun
tidak bersifat substansial dan tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap tata
cara penyelenggaraan pemerintahan daerah karena hanya berkaitan dengan penyelenggaraan
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Sejak Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disahkan menggantikan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dilakukan
perubahan terhadap Undang-Undang Nomo 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2977).
Selanjutnya
dilakukan lagi perubahan melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah.
2. PERUBAHAN
PENERIMAAN DAERAH DAN PERANAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pengkajian kerangka regulasi yang
ada dan merekomendasikan penyempurnaan kerangka tersebut guna mendukung
prioritas pembangunan dan pembiayaan infrastruktur Penyusunan strategi
pembangunan dan pembiayaan infrastruktur ini diharapkan dapat menghasilkan peta
pembangunan infrastruktur yang jelas di masa yang akan datang sehingga
pemerintah mempunyai dokumen yang lengkap terhadap pembangunan infrastruktur.
Oleh
karena itu, ruang lingkup dari penyusunan strategi ini mencakup seluruh aspek
potensi ekonomi wilayah Indonesia Timur sebagai rumusan strategis pembangunan
infrastruktur nasional, baik berdasarkan subsektor jenis infrastruktur dan maupun
tipologi kewilayahan dengan basis pendekatan potensi. Penyusunan strategi
pembangunan dan pembiayaan infrastruktur kawasan timur Indonesia diharapkan
dapat menghasilkan Master Plan di bidang infrastruktur yang akan mendukung
skenario pembangunan era baru ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.
Master Plan ini diharapkan dapat memuat berbagai data dan informasi mengenai
pembangunan dan pembiayaan infrastruktur berdasarkan skala prioritas
pembangunan dan regulasi yang mendukung arah pembangunannya.
Cerminan
pembangunan infrastruktur nasional adalah pembangunan infrastruktur di tiap
wilayah atau propinsi di Indonesia. Perkembangan pembangunan infrastruktur di
masing-masing pulau di Indonesia memperlihatkan perbedaan yang cukup berarti.
Dominasi pembangunan infrastruktur sangat ditentukan oleh kondisi geograsfis
dan demografis dari suatu wilayah.
Dominasi
infrastruktur ini dapat mencerminkan pula tingkat aktivitas ekonomi dalam suatu
wilayah. Perkembangan pembangunan infrastruktur untuk masing-masing pulau yang
ada di Indonesia. Hal ini pula yang menjadi hambatan pembangunan infrastrukrur
Kawasan Timur Indonesia.
Pada
hal sejatinya jika Indonesia ingin percepatan mencapai kemajuan maka pendekatan
potensi atau potential approach yaitu potensi yang mendorong tumbuhnya
komoditas unggulan, hendaknya menjadi komintmen kuat terhadap pembangunan
infrstruktur kawasan timur Indonesia.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa daerah Kalimantan Selatan sebagaimana daerah Kalimantan
umumnya yang merupakan salah satu pulau terbesar yang ada di wilayah negara
kita. Tingkat kepadatan pendudukanya relative rendah sehingga tidak
dimungkinkan untuk melakukan pendekatan demographic dalam perencanaan
pembangunan infrastukturnya.
Dengan
jumlah penduduk yang mendiami wilayah ini hanya sebesar 6% dari total penduduk
Indonesia, maka akan berdampak pada aktivitas ekonomi yang ada di wilayah ini.
Kondisi semacam ini merupakan kondisi tipikal wilayah Indonesia Timur.
Karenanya diperlukan langkah potential approach atau pendekatan potensial untuk
pembangunan infrastrukturnya
Komoditas
yang menjadi unggulan untuk wilayah ini adalah sektor pertambangan dan galian,
sub sector perkebunan dan subsektor kehutanan. Ketiga sektor ini memberikan
sumbangan besar bagi pendapatan nasional.
Dengan
demikian terdapat pandangan berbeda mengenai pola perencanaan bahwa berdasarkan
jumlah penduduk atau pendekatan demografik, aktivitas ekonomi unggulan yang
tidak memerlukan banyak infrastruktur, maka akibatnya adalah persentase
pembangunan infrastruktur di pulau ini lebih rendah dibandingkan pulau Jawa dan
Sumatera.
Dilihat
dari infrastruktur transportasi, pelabuhan laut lebih mendominasi dibandingkan
dengan yang lainnya. Hal ini sangat wajar dengan kondisi geografis dari
Kalimantan yang lebih banyak rawa dibandingkan dengan daratannya yang
memungkinkan sektor pelabuhan laut dan lalulitas angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan lebih berkembang dibandingkan dengan transportasi darat.
Pembangunan
jalan di pulau ini masih relative rendah bila dibandingkan dengan luas wilayah
pulau ini. Hal ini sangat signifikan sekali dengan jumlah kendaraan yang berada
di wilayah ini hanya sebesar 5,8% dari jumlah kendaraan yang ada di Indonesia.
Hal ini pula yang menyebabkan rendahnya tingkat mobilitas dan tingginya biaya
transportasi sehingga wilayah ini kehilangan daya saingnya dalam menarik
investasi.
Pandangan
keliru juga terdapat pada subsektor pertanian tanaman pangan dan pengairan.
Dapat kita temukan fakta bahwa irigasi tidak menjadi salah satu fokus
pembangunan infrastruktur karena wilayah ini bukan sebagai lumbung padi tetapi
lebih cenderung pada komoditas kehutanan dan perkebunan.
Pada
pada sisi lain kitapun memehami betul bahwa kondisi wilayah ini sangat
dimungkinkan membangun jaringan irigasi guna menjadikan Kalimantan sebagai
lumbung padi. Kita dapat belajar dan membandingkan kondisi wilayah ini dengan
kondisi Vietnam yang petaninya lebih unggul dari petani kita bahkan tanpa proteksionisme
perdagangan.
Saat ini akses masyarakat Kalimantan
terhadap air bersih, hanya sebesar 44% yang dapat menikmati air bersih
sedangkan sisanya belum mendapatkan akses terhadap air bersih.
Ini
merupakan salah satu permasalahan yang harus menjadi perhatian, karena bila
kondisi tersebut dibiarkan maka akan berdampak pada tingkat kesehatan dari
masyarakat di Kalimantan. Bagaimana kita bisa mengembangkan sumber daya manusia
yang handal dan mampu bersaing secara global bila tingkat hiegenitas masih
rendah. Oleh karena itu akses terhadap air bersih perlu langkah prioritas
pembangunan infrastrukturnya.
Demikian
pula dengan subsektor telematika dan ketenagalistrikan perlu berpacu dengan
irama pertumbuhan yang berkembang dengan pesat. Hal ini sejalan dinamika dan
aktivitas dari masyarakat di pulau Kalimantan.
Pembukaan
lahan menjadi lahan pertanian yang notabene terjadi perubahan fungsi seringkali
memicu kotroversi yang kontraproduktif, hendaknya dipelajari kembali dengan
seksasama agar tidak terdapat resistensi pembangunan hanya sekadar penolakan
emosional, namun sebaliknya kehilangan informasi berharga tentang potensi
ekonomi yang mempunyai keunggulan tertentu.
Akhirnya
kita juga mengapeal akan pentingnya kesadaran tentang pembangunan infrastruktur
berkaitan dengan upaya strategis percepatan pertumbuhan ekonomi, hendaknya
secara nyata mengurangi hambatan birokratis di semua lini baik pada tingkat
pemerintah pusat maupun pada tingkat pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten.
3.
Pembangunan
Ekonomi Regional
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Untuk melihat ketidaknmerataan pertumbuhan regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. pertumbuhan output; 2. pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. pertumbuhan output perkapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan .
4. Faktor-faktor penyebab ketimpangan
Ada 2 faktor penyebab ketimpangan pembangunan, faktor pertama adalah karena ketidaksetaraan anugerah awal (initial endowment) diantara pelaku-pelaku ekonomi. Sedangkan faktor kedua karena strategi pembangunan dalam era PJP I lebih bertumpu pada aspek pertumbuhan (growth).
Sebagian ketidaksetaraan anugerah awal itu bersifat alamiah (natural) atau bahkan ilahiah. Akan tetapi sebagian lagi bersifat structural. Ketidaksetaraan itu berakibat peluang dan harapan untuk berkiprah dalam pembangunan menjadi tidak seimbang.
Ditumpukkannya strategi pembangunan pada aspek petumbuhan, bukanlah tidak beralasan. Secara akademik, baru pertumbuhanlah yang telah memiliki teori-teori yang mantap dalam konsep pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau rancangan pebangunan lebih menyandarkan rencana pembangunannya pada aspek pertumbuhan.
5. Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Pembangunan di Indonesia Bagian Timur lebih tertinggal dibandingkan daerah Indonesia bagian lain. Mungkin penyebabnya tanah yang lebih tidak subur dan masalah transportasi. Aku lihat sih daerah yang agak tandus, jalannya lebih cepat rusak, entah karena keadaan tanahnya atau karena suhu udaranya yang lebih panas. Sehingga perjalanan memerlukan waktu tempuh yang lebih lama dan medan yang berat. Aku sering main daerah dekat waduk/bendungan. Daerah yang sulit dijangkau karena jalannya rusak atau jauh, lebih mudah terjangkau dengan adanya transportasi air.
Keuntungannya:
- Proyek yang menarik dan mudah dijual karena akan mendapatkan hasil langsung berupa pohon/hasil hutan sepanjang yang akan dibuat jalan. Akan mendapatkan bahan galian yang bisa berupa bahan tambang yang bernilai tinggi (bisanya daerah tandus kaya akan bahan tambang bernilai tinggi dan batuan mulia/permata)dan atau bahan mineral.
- Peluang bisnis transportasi manusia dan barang (kalau tidak salah transportasi via air termasuk transportasi yang paling murah untuk angkutan barang).
- Bendungan bisa juga dibuat pembangkit listrik tenaga air.
- Bisa menjadi Objek wisata
- Di bendungan bisa dibuat budi daya ikan jaring terapung, sedangkan di jalan air bisa di buat budi daya ikan di keramba.
- Untuk saluran irigasi.
- Meningkatkan kesuburan tanah(biasanya daerah dekat aliran air, tanahnya menjadi lebih subur).
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi banjir.
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi kebakaran hutan (minimal melokalisasi kebakaran hutan yang terpotong jalan air).
- Transportasi manusia dan barang lebih mudah, murah dan lancar otomatis meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah itu dan antar pulau.
- Akan berkembang aktivitas-aktivitas ekonomi penunjang lainnya yang meningkatkan penghasilan dan menyerap lapangan pekerjaan.
- Mempermudah aparat keamanan untuk menjaga daerah-daerah yang sulit dijangkau lewat darat.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Masalah pengawasan dan keamanan lalu lintas jalan air
- Debit banjir bila air meluap
- Pemeliharaan jalan air
- Masalah keselamatan pengguna jalan air.
6. Teori dan Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah
Perbedaan karakteristik wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki, sehingga membutuhkan perbedaan kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk menunjukkan adanya perbedaan potensi ini maka dibentuklah zona-zona pengembangan ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan Ekonomi Daerah adalah pendekatan pengembangan ekonomi daerah dengan membagi habis wilayah sebuah daerah berdasarkan potensi unggulan yang dimiliki, dalam satu daerah dapat terdiri dari dua atau lebih zona dan sebuah zona dapat terdiri dari dua atau lebih cluster. Setiap zona diberi nama sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki, demikian pula pemberian nama untuk setiap cluster, misalnya : Zona Pengembangan Sektor Pertanian yang terdiri dari Cluster Bawang Merah, Cluster Semangka, Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan ekonomi daerah (ZPED) adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Pola pembangunan ekonomi dengan pendekatan Zona Pengembangan Ekonomi Daerah (ZPED), bertujuan:
1. Membangun setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan kompetitifnya/kompetensi intinya.
2. Menciptakan proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan berkesinambungan.
3. Memberikan peluang pengembangan wilayah kecamatan dan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan yang umumnya dikembangkan oleh para ahli ekonomi regional dewasa ini. Para ahli sangat concern dengan ide pengembangan ekonomi yang bersifat lokal, sehingga lahirlah berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development/LED).
Strategi ini terangkum dalam berbagai teori dan analisis yang terkait dengan pembangunan ekonomi lokal. Salah satu analisis yang relevan dengan strategi ini adalah Model Pembangunan Tak Seimbang, yang dikemukakan oleh Hirscman :
“Jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua priode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik walaupun sektor berkembang dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang terkait dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut”.
Model pembangunan tak seimbang menolak pemberlakuan sama pada setiap sektor yang mendukung perkembangan ekonomi suatu wilayah. Kompetensi inti dapat berupa produk barang atau jasa yang andalan bagi suatu zona/kluster untuk membangun perekonomiannya. Pengertian kompetensi inti menurut Hamel dan Prahalad (1995) adalah :
“Suatu kumpulan kemampuan yang terintegrasi dari serangkaian sumberdaya dan perangkat pendukungnya sebagai hasil dari proses akumulasi pembelajaran, yang akan bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis”.
Sedangan menurut Reeve (1995) adalah :
“Aset yang memiliki keunikan yang tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan yang unik, sehingga mampu membentuk suatu kompetensi inti”.
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Untuk melihat ketidaknmerataan pertumbuhan regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. pertumbuhan output; 2. pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. pertumbuhan output perkapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan .
4. Faktor-faktor penyebab ketimpangan
Ada 2 faktor penyebab ketimpangan pembangunan, faktor pertama adalah karena ketidaksetaraan anugerah awal (initial endowment) diantara pelaku-pelaku ekonomi. Sedangkan faktor kedua karena strategi pembangunan dalam era PJP I lebih bertumpu pada aspek pertumbuhan (growth).
Sebagian ketidaksetaraan anugerah awal itu bersifat alamiah (natural) atau bahkan ilahiah. Akan tetapi sebagian lagi bersifat structural. Ketidaksetaraan itu berakibat peluang dan harapan untuk berkiprah dalam pembangunan menjadi tidak seimbang.
Ditumpukkannya strategi pembangunan pada aspek petumbuhan, bukanlah tidak beralasan. Secara akademik, baru pertumbuhanlah yang telah memiliki teori-teori yang mantap dalam konsep pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau rancangan pebangunan lebih menyandarkan rencana pembangunannya pada aspek pertumbuhan.
5. Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Pembangunan di Indonesia Bagian Timur lebih tertinggal dibandingkan daerah Indonesia bagian lain. Mungkin penyebabnya tanah yang lebih tidak subur dan masalah transportasi. Aku lihat sih daerah yang agak tandus, jalannya lebih cepat rusak, entah karena keadaan tanahnya atau karena suhu udaranya yang lebih panas. Sehingga perjalanan memerlukan waktu tempuh yang lebih lama dan medan yang berat. Aku sering main daerah dekat waduk/bendungan. Daerah yang sulit dijangkau karena jalannya rusak atau jauh, lebih mudah terjangkau dengan adanya transportasi air.
Keuntungannya:
- Proyek yang menarik dan mudah dijual karena akan mendapatkan hasil langsung berupa pohon/hasil hutan sepanjang yang akan dibuat jalan. Akan mendapatkan bahan galian yang bisa berupa bahan tambang yang bernilai tinggi (bisanya daerah tandus kaya akan bahan tambang bernilai tinggi dan batuan mulia/permata)dan atau bahan mineral.
- Peluang bisnis transportasi manusia dan barang (kalau tidak salah transportasi via air termasuk transportasi yang paling murah untuk angkutan barang).
- Bendungan bisa juga dibuat pembangkit listrik tenaga air.
- Bisa menjadi Objek wisata
- Di bendungan bisa dibuat budi daya ikan jaring terapung, sedangkan di jalan air bisa di buat budi daya ikan di keramba.
- Untuk saluran irigasi.
- Meningkatkan kesuburan tanah(biasanya daerah dekat aliran air, tanahnya menjadi lebih subur).
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi banjir.
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi kebakaran hutan (minimal melokalisasi kebakaran hutan yang terpotong jalan air).
- Transportasi manusia dan barang lebih mudah, murah dan lancar otomatis meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah itu dan antar pulau.
- Akan berkembang aktivitas-aktivitas ekonomi penunjang lainnya yang meningkatkan penghasilan dan menyerap lapangan pekerjaan.
- Mempermudah aparat keamanan untuk menjaga daerah-daerah yang sulit dijangkau lewat darat.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Masalah pengawasan dan keamanan lalu lintas jalan air
- Debit banjir bila air meluap
- Pemeliharaan jalan air
- Masalah keselamatan pengguna jalan air.
6. Teori dan Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah
Perbedaan karakteristik wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki, sehingga membutuhkan perbedaan kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk menunjukkan adanya perbedaan potensi ini maka dibentuklah zona-zona pengembangan ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan Ekonomi Daerah adalah pendekatan pengembangan ekonomi daerah dengan membagi habis wilayah sebuah daerah berdasarkan potensi unggulan yang dimiliki, dalam satu daerah dapat terdiri dari dua atau lebih zona dan sebuah zona dapat terdiri dari dua atau lebih cluster. Setiap zona diberi nama sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki, demikian pula pemberian nama untuk setiap cluster, misalnya : Zona Pengembangan Sektor Pertanian yang terdiri dari Cluster Bawang Merah, Cluster Semangka, Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan ekonomi daerah (ZPED) adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Pola pembangunan ekonomi dengan pendekatan Zona Pengembangan Ekonomi Daerah (ZPED), bertujuan:
1. Membangun setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan kompetitifnya/kompetensi intinya.
2. Menciptakan proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan berkesinambungan.
3. Memberikan peluang pengembangan wilayah kecamatan dan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan yang umumnya dikembangkan oleh para ahli ekonomi regional dewasa ini. Para ahli sangat concern dengan ide pengembangan ekonomi yang bersifat lokal, sehingga lahirlah berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development/LED).
Strategi ini terangkum dalam berbagai teori dan analisis yang terkait dengan pembangunan ekonomi lokal. Salah satu analisis yang relevan dengan strategi ini adalah Model Pembangunan Tak Seimbang, yang dikemukakan oleh Hirscman :
“Jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua priode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik walaupun sektor berkembang dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang terkait dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut”.
Model pembangunan tak seimbang menolak pemberlakuan sama pada setiap sektor yang mendukung perkembangan ekonomi suatu wilayah. Kompetensi inti dapat berupa produk barang atau jasa yang andalan bagi suatu zona/kluster untuk membangun perekonomiannya. Pengertian kompetensi inti menurut Hamel dan Prahalad (1995) adalah :
“Suatu kumpulan kemampuan yang terintegrasi dari serangkaian sumberdaya dan perangkat pendukungnya sebagai hasil dari proses akumulasi pembelajaran, yang akan bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis”.
Sedangan menurut Reeve (1995) adalah :
“Aset yang memiliki keunikan yang tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan yang unik, sehingga mampu membentuk suatu kompetensi inti”.
BAB 10
Sektor Pertanian
Sektor
PertanianIndonesia
1. Definisi Pertanian
A.T Mosher (1968;19)
mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas
proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi didalam setiap
usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah
penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer. Ia mengambil gas
karbondioksida dari udara melalui daunnya. Diambilnya air dan hara kimia dari
dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini, dengan menggunakan sinar
matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak yang dapat digunakan oleh
manusia. Pertumbuhan tumbuhan dan hewan liar berlangsung di alam tanpa campur
tangan manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai bagian dunia telah
mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya perbedaan dalam
penyinaran matahari, suhu, jumlah air atau kelembaban yang tersedia serta sifat
tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki syarat-syarat tersendiri terutama
tumbuhnya pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah menentukan
jenis-jenis hewan apakah yang hidup di daerah tersebut, karena beberapa di
antara hewan itu memakan tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut, sedangkan
lainnya memakan hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah kombinasi tumbuhan
dan hewan di berbagai dunia.
Pertanian terbagi ke
dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit (Mubyarto,
1989;16-17). Pertanian dalam arti luas mencakup :
1. Pertanian
rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan
(termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau perkebunan besar).
3. Kehutanan.
4. Peternakan.
Sebagaimana telah
disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian
rakyat yaitu usaha pertanian keluarga di mana diproduksinya bahan makanan utama
seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan
tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat
yang merupakan usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari perkataan “farm”
dalam Bahasa Inggris.
Pertanian akan selalu
memerlukan bidang permukaan bumi yang luas yang terbuka terhadap sorotan sinar
matahari. Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah, ladang dan
pekarangan. Di dalam pertanian rakyat hampir tidak ada usaha tani yang
memproduksi hanya satu macam hasil saja. Dalam satu tahun petani dapat
memutuskan untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman perdagangan. Alasan
petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas kebutuhan makan
untuk seluruh keluarga petani, sedangkan alasan menanam tanaman perdagangan
didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan
tanaman tersebut dan harapan harga.
Definisi Pertanian Padi
Manusia membutuhkan
energi untuk mempertahankan ketahanan tubuhnya. Nasi merupakan salah satu bahan
makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak, lagi pula nilai energi
yang terkandung di dalamnya cukup tinggi, sehingga berpengaruh besar terhadap
aktivitas tubuh atau kesehatan. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan
beras. Menurut cara tanamnya, padi dapat dibagi menjadi padi sawah dan padi
gogo. Padi sawah adalah padi yang ditanam di sawah dengan pengairannya
sepanjang musim atau setiap saat. Sedangkan padi gogo adalah padi yang
diusahakan di tanah tegalan kering secara menetap. Padi gogo diusahakan dengan
menerapkan teknik budidaya seperti pengolahan tanah, pemupukan, dan pergiliran
tanaman (AAK, 1990).
Definisi Usaha Tani
A.T Mosher (Mubyarto,
1989;66) memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau bagian dari
permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu
apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Sedangkan usaha
tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usaha tani dapat
berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.
Ciri yang sangat
menonjol dalam sistem usaha tani khususnya tanaman pangan adalah jaringan
irigasi. Sedangkan ciri umum yang spesifik pada suatu wilayah antara lain
adanya lahan yang selalu tergenang, lahan dataran tinggi dengan suhu yang
sangat rendah, kondisi iklim yang kering atau basah. Bentuk umum sistem usaha
tani diIndonesiadapat dibedakan (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pertanian, 1990) antara lain :
1. Sistem
usaha tani lahan sawah dengan tanaman padi sebagai tanaman utama, diselingi
palawija, sayur-syuran atau tebu.
2. Sistem
usaha tani lahan kering atau tegalan di mana padi gogo dan berbagai jenis
tanaman palawija dan hortikultura sebagai komoditas pokok.
3. Sistem
usaha tani lahan dataran tinggi banyak ditanami dengan sayur-sayuran dan
beberapa jenis palwija dan sebagian varietas padi.
4. Usaha
tani perkebunan yang umumnya menanam berbagai jenis tanaman ekspor dan industri
sebagai komoditas yang diusahakan
Nilai Tukar Petani
Tujuan pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat,
sehingga dalam setiap tahapan pembangunan kesejahteraan masyarakat selalu
menjadi tujuan utama. Sebagai Negara agraris dengan jumlah penduduk besar dan
proporsi rumah tangga yang bekerja di pertanian dominan, maka perhatian
terhadap kesejahteraan petani dinilai sangat strategis. Salah satu alat ukur
kesejahteraan petani yang digunakan saat ini adalah Nilai Tukar Petani (NTP).
NTP dihitung dari rasio harga yang diterima petani (HT) terhadap harga yang
dibayar petani (HB). Konsep ini secara sederhana menggambarkan daya beli
pendapatan petani. Namun konsep penghitungan NTP yang didasarkan kepada
kuantitas yang tetap (indeks Laspeyres) belum sepenuhnya merupakan
indikator kesejahteraan petani. Kenaikan harga produk yang diterima petani
tidak identik dengan peningkatan pendapatan petani. Kenaikan harga yang
diterima petani justru mengindikasikan kelangkaan suplai/produksi pertanian.
Konsep pengukuran NTP juga tidak mengakomodasikan perkembangan produktivitas,
kemajuan teknologi dan pembangunan. Dalam kaitan sebagai indikator
kesejahteraan petani, penyempurnaan penghitungan NTP perlu dilakukan melalui
pendekatan nilai yaitu dengan memasukkan unsur kuantitas sehingga NTP
merupakan rasio antara nilai pendapatan terhadap nilai pengeluaran. Cara paling
sederhana adalah dihitungnya Indeks Produksi Pertanian dan Indeks
Konsumsi Rumah tangga petani dalam penghitungan NTP. Penyempurnaan lain adalah
menyempurnakan cakupan petani sesuai definisi pertanian dalam perhitungan
NTP.
Tren Investasi
Pertanian
Investasi
berarti suatu pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan
stok barang modal. Stok barang modal (capital stock) dan terdiri dari pabrik,
jalan, jembatan, perkantoran, produk-produk tahan lama lainnya, yang digunakan
dalam proses investasi. Investasi dapat diartikan juga sebagai pengeluaran
tambahan yang ditambahkan pada komponen-komponen barang modal (capital
accumulation). Sektor pertanian adalah salah satu sektor penting dalam
pergerakan perekonomian di Indonesia, terutama pada perekonomian pedesaan.
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah rendahnya perkembangan investasi
dibidang pertanian, terutama spesifikasi pada investasi bidang pertanian dalam
arti sempit. Salah satu sektor penunjang yang dapat menjadi indikator investasi
adalah sektor perbankan. Berdasarkan data posisi pinjaman investasi yang
diberikan oleh sektor perbankan (baik bank pPersero, Bank Perkreditan Rakyat,
Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Swasta Asing, dan Bank
Campuran)kepada sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan, tren
pemberian modal investasi pada tahun 2005-januari 2011 cenderung stagnan. Pada
Bank Persero, pemberian pinjaman investasi mengalami peningkatan(dalam miliar
rupiah) dari 7.579 pada 2005 atau 19.18% menjadi 28.307 pada januari 2011 atau
31.5%. sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan mendapatkan jumlah
dan proporsi terbesar dalam penyaluran kredit investasi. Namun, peningkatan ini
masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan pada sektor listrik,
gas, dan air bersih yang mendapatkan proporsi sebesar 0.2% pada 2005 dan
meningkat menjadi 9% pada 2011. Pada Bank Pemerintahan Daerah, pada januari
2011, alokasi pinjaman investasi terbesar diberikan kepada sektor jasa, yaitu
21.76%. sektor jasa mengalami peningkatan yang sangat signifikan, karena pada
tahun 2005 sektor ini hanya mendapatkan alokasi sebesar 8.68%. sedangkan sekrot
pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan mendapatkan proporsi sebesar
18.8% pada 2005 dan 15.74% pada januari 2011. Hal ini menunjukan bahwa sektor
pertanian mengalami penurunan proporsi pemberian modal kreit pada bank
pemerintahan daerah. Pada bank swasta nasional, sektor pertanian, perikanan,
peternakan dan kehutanan mendapatkan proporsi sebesar 9.02% pada 2005 dan
menjadi 8.46% pada januari 2011. Proporsi tertinggi pemberian pinjaman
investasi pada 2005 oleh bank swasta nasional adalah pada sektor perdagangan,
hotel, dan restoran sebesar 20.15%, dan pada januari 2011, sebesar 20.27%. Pada
bank swasta asing dan campuran, sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan
kehutanan memperoleh proporsi sebesar 1.9% pada 2005 dan 11.2% pada 2011.
Sedangkan sektor yang mendapatkan pinjaman terbesar adalah industri pengolahan
sebesar 43.8% pada 2005 dan 28% pada 2011. Berdasarkan data perkembangan
realisasi investasi PMA tahun 2006-2009, sektor tanaman pangan dan perkebunan
mendapatkan nilai realisasi investasi yang mengalami penurunan. Pada sektor
peternakan, nilai realisasi investasi mengalami peningkatan tajam pada 2007
namun setelah itu mengalami penurunan drastis hingga 2009. Sektor kehutanan
sejak tahun 2007 tidak mendapatkan realisasi investasi, sedangkan sektor
perikanan juga mengalami penurunan. Akan tetapi, jika diperhatikan secara
keselurhan, dapat disimpulkan bahwa investasi luar negeri lebih banyak
dialokasikan ke sektor sekunder dan tersier, dengan proporsi lebih dari 50%.
Berdasarkan data perkembangan realisasi investasi PMD tahun 2006-2009,sektor
tanaman pangan mengalami peningkatan pada tahun 2007, menurun pada tahun 2008,
dan meningkat kembali tahun 2009. Sektor petrnakan juga mengalami fluktuasi,
sedangkan sektor perikanan mengalami peningkatan. Sma seperti PMA, PMD pada
sektor pertanian memiliki proporsi yang masih lebih kecil dibandingkan pada
sektor lain.
Identifikasi
Penyebab Investasi Pertanian Terhambat
Berdasarkan
data-data diatas, terlihat bahwa perkembangan investasi untuk sektor pertanian
memiliki kecenderungan yang terus menurun. Terdapat beberapa hal yang dapat
menjadi penyebab ketidaktertarikan investor untuk menanamkan modalnya ke sektor
petanian, diantaranya:
Pertama, sektor pertanian
memiliki risiko dan ketidakpastian yang sangat tinggi dibanding sektor lain.
Terlebih lagi dengan adanya climate change yang menyebabkan kemungkinan
terjadinya fluktuasi produksi menyebabkan ketidakpastian dan risiko yang
dihadapi semakin tinggi.
Kedua, pada kasus
pertanian di Indonesia, minimnya sarana pendukung yang tersedia menjadi slah
satu faktor yang membuat investasi pada pertanian semakin tidak menarik.
Seperti yang telah banyak diketahui, saat ini sarana pertanian seperti irigasi
misalnya yang ada di daerah adalah peninggalan masa orde baru dan sudah semakin
tidak terawat. Selain itu, karena umuya sentra produksi pertanian berada di
daerah, dan infrastruktur sepeti jalan yang ada pada beberpaa jalur misalkan
pada jalur pantura kurang baik sehingga besarnya kemungkinan terjadi kerusakan
barang semakin tinggi.
Ketiga, masih sulitnya
birokrasi yang ada apabila hemdak mendirikan usaha pertanian yang memiliki
skala ekonomi yang cukup besar sehingga menjadi kurang menarik.
Keempat, masih tidak
stabilnya iklim investasi di Indonesia. Hal ini berlaku secara keseluruhan,
baik sektor pertanian maupun nonpertanian.
Kelima, masih tidak
stabilnya iklim politik dan pada beberapa komoditi pertanian yang menjadi
komoditi politik.
Keenam, masih maraknya
pungutan-pungutan liar di Indonesia sehingga semakin meningkatkan biaya yang
harus dikeluarkan. Masih terdapatnya tumpang tindih kebijakan antar departemen
atau kementrian yang ada dan kurangnya koordinasi antar instansi pemeerintahan
sehingga menimbulkan kebingungan pada investor
Ketujuh, adanya otanomi
daerah yang terkadang kebijakannya tumpang tindih dengan kebijakan pemerintah
pusat.
Kedelapan, anggapan bahwa
investasi sektor pertanian tidak menarik dibandingkan dengan sektor lain.
Pertanian Sektor
pertanian adalah sektor yang memiliki peran penting dalam meningkatkan
perekonomian, terutama perekonomian pedesaan. Saat ini tren investasi pertanian
memiliki tren yang mengalami penurunan. Hal yang paling utama untuk
meningkatkan minat investasi bidang pertanian adalah menyinergiskan kebijakan
dalam pemerintahan, baik antara departemen/kementrian di pemerintah pusat
maupun dengan pemerintah daerah. Dengan adanya kesinergisan kebijakan, maka
investor mendapatkan suatu kepastian kebijakan investasi sehingga mereka dapat
lebih mudah untuk mengambil keputusan investasi. Pemerintah juga perlu
melakukan upaya pendekatan kepada investor untuk menanamkan modalnya dibidang
pertanian. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kemudahan untuk
investasi misalkan bantuan untuk merampingkan jalur birokrasi, memberikan
jaminan kestabilan politik dan keamanan investasi, serta perbaikan
infrastruktur sehingga dapat meminimalisasi risiko dan ketidakpastian yang
dihadapi.
Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
Jika mau berkaca dari negara yang telah lebih
dahulu maju dibanding dengan Indonesia, pada awalnya mereka (negara-negara
maju) menitikberatkan pembangunan perekonomian mereka pada sektor pertanian
untuk kemudian dikembangkan dan beralih perlahan-lahan menjadi sektor industri.
Perubahan ini tidak berlangsung secara tiba-tiba melainkan dengan serangkaian
proses yang panjang dan tentunya pertanian dijadikan sebagai pondasi, baik
sebagai penyedia bahan baku maupun modal untuk membangun industri.
Berkaca pada krisis yang telah terjadi, proses industrialisasi yang
didengung-dengungkan pemerintah kurang mendapat moment yang tepat. Pada
akhirnya Indonesia yang direncanakan akan menjadi negara industri-dalam waktu
yang tidak lama lagi, tidak terwujud hingga saat sekarang ini.
Melihat kenyataan itu, sudah seharusnya kita memutarbalikkan
kemudi ekonomi untuk mundur selangkah merencanakan dan kemudian melaksanakan
dengan disiplin setiap proses yang terjadi. Yang terpenting yaitu harus dapat
dipastikan bahwa sektor pertanian mendapat prioritas dalam proses pembangunan tersebut.
Mengingat, sampai dengan saat ini negara-negara maju pun tidak dapat
meninggalkan sektor pertanian mereka, hingga kalau sekarang kita coba melihat
sektor pertanian sekelas negara maju, sektor pertanian mereka mendapat proteksi
yang besar dari negara dalam bentuk subsidi dan bantuan lainnya.
Ada beberapa alasan (yang dikemukakan oleh Dr.Tulus Tambunan dalam
bukunya Perekonomian Indonesia) kenapa sektor pertanian yang kuat sangat
esensial dalam proses industrialisasi di negara Indonesia, yakni sebagai berikut
:
1. Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan
terjamin dan ini merupakan salah satu prasyarat penting agar proses
industrialisasi pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa
berlangsung dengan baik.
2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian
yang kuat membuat tingkat pendapatan rill per kapita disektor tersebut tinggi
yang merupakan salah satu sumber permintaan terhadap barang-barang nonfood,
khususnya manufaktur. Khususnya di Indonesia, dimana sebagaina besar penduduk
berada di pedesaan dan mempunyai sumber pendapatan langsung maupun tidak
langusng dari kegitan pertanian, jelas sektor ini merupakan motor utama
penggerak industrialisasi.
3. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah satu
sumber input bagi sektor industri yang mana Indonesia memiliki keunggulan
komparatif.
4. Masih dari sisi penawaran, pembangunan yang baik disektor
pertanian bisa menghasilkan surplus di sektor tersebut dan ini bisa menjadi
sumber investasi di sektor industri, khususnya industri berskala kecil di
pedesaan.
Melihat hal itu, sangat penting untuk kita saling bersinergi dalam
meningkatkan produktivitas pertanian. Pemerintah-dalam hal ini pemangku
kebijakan, membuat regulasi yang memiliki tujuan yang selaras dengan cita-cita
bersama, menganggarkan dana untuk pengembangan pertanian, memberikan
pengetahuan dengan jalan memberdayakan tenaga penyuluh pertanian agar dapat
membantu petani dengan maksimal, bank dalam hal ini penyedia dana publik dapat
lebih bersahabat dengan petani, agar keterbatasan dana dapat teratasi dengan
bantuan bank sebagai penyedia dana dengan bunga yang kecil, perguruan tinggi
sangat penting untuk mengadakan penelitian-penelitian yang masiv dan dapat
diaplikasikan langsung untuk meningkatkan produktivitas pertanian, swasta
diharapkan dapat menginvestasikan modal mereka untuk membuat pabrik-pabrik
pengolahan produk-produk pertanian kita sehingga ketika kita ingin
memasarkannya ke luar (ekspor) maka kita akan dapat menghasilkan pendapatan
lebih (karena nilai yang lebih tinggi) dan tentunya masyarakat (petani) sebagai
subjek dapat dengan benar-benar serius dalam menjalankan setiap program yang
diberikan pemerintah (dengan asums : program yang dibuat oleh pemerintah sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan oleh petani)…
Ketika hal ini berjalan dengan baik, maka kita dapat meningkatkan
produk-produk pertanian kita sejalan dengan peningkatan industri manufaktur
yang membutuhkan bahan baku yang kita produksi dari para petani-petani
kita. Maka dari itu, peningkatan pendapatan para petani akan berkorelasi
positif terhadap meningkatnya kesejahteraan petani dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
SUMBER :
http://reizalichaal.blogspot.com/2012/09/contoh-makalah-tentang-masalah.html
http://farhaanahramadhani.blogspot.com/2015/04/perubahan-penerimaan-daerah-dan-peranan.html/
Sumber
daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan,
dan mikroorganisme,
tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi,
gas alam,
berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi,
kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri
telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga
persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad
belakangan ini. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan
manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa
negara seperti Indonesia, Brazil,
Kongo, Maroko, dan berbagai
negara di Timur Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang
sangat berlimpah. Sebagai contoh, negara di kawasan Timur Tengah
memiliki persediaan gas alam sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko
sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar
setengah dari yang ada di bumi. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini
seringkali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi
di negara-negara tersebut.
Indonesia,
salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam hayati dan nonhayati
terbesar di dunia.Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat
digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui.
SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama
penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme,
sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan.
Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi
dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak dapat diperbaharui adalah
SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses
pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Minyak
bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan
waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya
sangat terbatas., minyak bumi dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal
dari lingkungan perairan.Perubahan tekanan
dan suhu panas selama jutaaan tahun
ini kemudian mengubah materi
dan senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis
bahan tambang tersebut.
Daya dukung lingkungan
Kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup
yang meliputi ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu
disebut daya dukung lingkungan. Keberadaan sumber daya alam di bumi tidak
tersebar merata sehingga daya dukung lingkungan pada setiap daerah akan
berbeda-beda. Oleh karena itu, pemanfaatannya harus dijaga agar terus
berkesinambungan dan tindakan eksploitasi harus dihindari. Pemeliharaan dan
pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional antara
lain sebagai berikut:
- Memanfaatkan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien,
misalnya: air, tanah, dan udara.
- Menggunakan
bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).
- Mengembangkan
metode penambangan dan pemrosesan yang lebih efisien serta dapat didaur
ulang.
- Melaksanakan
etika lingkungan dengan menjaga kelestarian alam.
Sumber daya alam di Indonesia
Indonesia
merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di dunia setelah Brazil. Fakta
tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman sumber daya alam hayati yang
dimiliki Indonesia dan hal ini, berdasarkan Protokol Nagoya, akan
menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi
yang berkelanjutan (green economy).
Kekayaan alam di Indonesia yang melimpah terbentuk oleh beberapa faktor, antara
lain:
- Dilihat
dari sisi astronomi, Indonesia terletak pada daerah tropis
yang memiliki curah hujan yang tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang
dapat hidup dan tumbuh dengan cepat.
- Dilihat
dari sisi geologi, Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak terbentuk
pegunungan
yang kaya akan mineral.
- Daerah
perairan di Indonesia kaya sumber makanan
bagi berbagai jenis tanaman dan hewan laut, serta mengandung juga berbagai
jenis sumber mineral.
Tingginya tingkat biodiversitas Indonesia ditunjukkan dengan
adanya 10% dari tanaman berbunga
yang dikenal di dunia dapat ditemukan di Indonesia, 12% dari mamalia,
16% dari hewan reptil,
17% dari burung,
18% dari jenis terumbu karang, dan 25% dari hewan laut.[12]
Di bidang agrikultur,
Indonesia juga terkenal atas kekayaan tanaman perkebunannya,
seperti biji coklat,
karet, kelapa sawit,
cengkeh,
dan bahkan kayu
yang banyak diantaranya menempati urutan atas dari segi produksinya di dunia.
Sumber daya alam di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan
hayatinya saja. Berbagai daerah di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil
berbagai jenis bahan tambang, seperti petroleum,
timah, gas alam,
nikel, tembaga,
bauksit,
timah, batu bara,
emas, dan perak. Di samping itu,
Indonesia juga memiliki tanah
yang subur dan baik digunakan untuk berbagai jenis tanaman. Wilayah perairan
yang mencapai 7,9 juta km2 juga menyediakan potensi alam yang sangat
besar.
Sumber daya alam dan pertumbuhan ekonomi
Sumber daya alam dan tingkat perekonomian
suatu negara memiliki kaitan yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara
teoritis akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi, pada
kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena negara-negara di
dunia yang kaya akan sumber daya alamnya seringkali merupakan negara dengan
tingkat ekonomi yang rendah. Kasus ini dalam bidang ekonomi sering pula disebut
Dutch disease. Hal ini
disebabkan negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari hasil
bumi memiliki kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada
negara-negara yang bergerak di sektor industri dan jasa. Di samping itu, negara
yang kaya akan sumber daya alam juga cenderung tidak memiliki teknologi yang
memadai dalam mengolahnya. Korupsi, perang saudara, lemahnya pemerintahan
dan demokrasi
juga menjadi faktor penghambat dari perkembangan perekonomian negara-negara
terebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pembenahan sistem
pemerintahan, pengalihan investasi dan penyokongan ekonomi ke bidang industri
lain, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pemberdayaan
sumber daya alam. Contoh negara yang telah berhasil mengatasi hal tersebut dan
menjadikan kekayaan alam sebagai pemicu pertumbuhan negara adalah Norwegia
dan Botswana.
Pemanfaatan sumber daya alam
Sumber daya alam memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia. Untuk memudahkan pengkajiannya, pemanfaatan SDA dibagi berdasarkan
asalnya, yaitu SDA hayati dan nonhayati.
Sumber daya alam hayati :
Tumbuhan
Tumbuhan
merupakan sumber daya alam yang sangat beragam dan melimpah. Organisme
ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen
dan pati
melalui proses fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen
atau penyusun dasar rantai makanan. Eksploitasi tumbuhan yang
berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kepunahan dan hal ini akan
berdampak pada rusaknya rantai makanan. Kerusakan yang terjadi karena punahnya
salah satu faktor dari rantai makanan akan berakibat punahnya konsumen
tingkat di atasnya. Pemanfaatan tumbuhan oleh manusia diantaranya:
- Bahan
makanan: padi,
jagung,gandum,tebu
- Bahan
bangungan: kayu jati, kayu
mahoni
- Bahan
bakar (biosolar): kelapa sawit
- Obat:
jahe,
daun
binahong,
kina,
mahkota dewa
- Pupuk
kompos.
Pertanian dan perkebunan
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar
penduduk Indonesia mempunyai pencaharian di bidang pertanian
atau bercocok tanam. Data statistik pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 45%
penduduk Indonesia bekerja di bidang agrikultur. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara ini memiliki lahan seluas lebih dari 31 juta ha yang
telah siap tanam, dimana sebagian besarnya dapat ditemukan di Pulau Jawa. Pertanian di
Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain
padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong. Di samping itu,
Indonesia juga dikenal dengan hasil perkebunannya, antara lain karet (bahan baku ban), kelapa sawit
(bahan baku minyak goreng), tembakau (bahan baku obat dan rokok), kapas (bahan baku tekstil),
kopi (bahan minuman), dan tebu (bahan baku gula pasir).
Hewan, peternakan, dan perikanan
Sumber daya alam hewan dapat berupa hewan liar maupun hewan yang
sudah dibudidayakan. Pemanfaatannya dapat sebagai pembantu pekerjaan berat
manusia, seperti kerbau dan kuda atau
sebagai sumber bahan pangan, seperti unggas dan sapi. Untuk menjaga
keberlanjutannya, terutama untuk satwa langka, pelestarian secara in situ dan
ex situ terkadang harus dilaksanakan. Pelestarian in situ adalah pelestarian
yang dilakukan di habitat asalnya, sedangkan pelestarian ex situ adalah
pelestarian dengan memindahkan hewan tersebut dari habitatnya ke tempat lain.
Untuk memaksimalkan potensinya, manusia membangun sistem peternakan,
dan juga perikanan,
untuk lebih memberdayakan sumber daya hewan.
Sumber daya alam nonhayati :
Air
Sumber daya alam, air.
|
Air merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk hidup dan bumi
sendiri didominasi oleh wilayah perairan. Dari total wilayah perairan yang ada,
97% merupakan air asin (wilayah laut,
samudra,
dll.) dan hanya 3% yang merupakan air tawar (wilayah sungai, danau, dll.). Seiring
dengan pertumbuhan populasi manusia, kebutuhan akan air, baik itu untuk
keperluan domestik dan energi,
terus meningkat. Air juga digunakan untuk pengairan,
bahan dasar industri
minuman, penambangan, dan aset rekreasi. Di bidang energi, teknologi penggunaan air sebagai
sumber listrik sebagai pengganti dari minyak bumi telah dan akan terus
berkembang karena selain terbaharukan, energi yang dihasilkan dari air
cenderung tidak berpolusi
dan hal ini akan mengurangi efek rumah kaca.
Angin
Pada era ini, penggunaan minyak bumi, batu bara, dan berbagai
jenis bahan bakar
hasil tambang
mulai digantikan dengan penggunaan energi
yang dihasilkan oleh angin. Angin mampu menghasilkan energi dengan menggunakan turbin
yang pada umumnya diletakkan dengan ketinggian lebih dari 30 meter di daerah
dataran tinggi. Selain sumbernya yang terbaharukan dan selalu ada, energi yang
dihasilkan angin jauh lebih bersih dari residu yang dihasilkan oleh bahan bakar
lain pada umumnya. Beberapa negara yang telah mengaplikasikan turbin angin
sebagai sumber energi alternatif adalah Belanda
dan Inggris.
Tanah
Tanah adalah komponen penyusun permukaan bumi .Tanah termasuk
salah satu sumber daya alam nonhayati yang penting untuk menunjang pertumbuhan penduduk
dan sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis makhluk hidup. Pertumbuhan
tanaman pertanian dan perkebunan secara langsung terkait dengan tingkat
kesuburan dan kualitas tanah. Tanah tersusun atas beberapa komponen, seperti
udara, air, mineral, dan senyawa organik.
Hasil tambang
Sumber daya alam hasil penambangan memiliki beragam fungsi bagi
kehidupan manusia, seperti bahan dasar infrastruktur,
kendaraan bermotor, sumber energi, maupun
sebagai perhiasan.
Berbagai jenis bahan hasil galian memiliki nilai ekonomi yang besar dan hal ini
memicu eksploitasi sumber daya alam tersebut. Beberapa negara, seperti
Indonesia dan Arab, memiliki pendapatan yang sangat besar dari sektor ini.
Jumlahnya sangat terbatas, oleh karena itu penggunaannya harus dilakukan secara
efisein.
Kesimpulan yang dapat saya ambil tetntang materi ini adalah sumber
daya alam yang terdapat dalam di negeri Indonesia sangatlah banyak sehingga
dapat memungkinkan memajukan Negara Indonesia sebagai Negara maju dan bukan
lagi Negara berkembang. Seperti dalam konteks hasil tambang, Indonesia banyak
sekali pegunungan dan lautan yang menyimpan didalamnya banyak hasil tambang
seperti minyak bumi dan lain-lain. Belum lagi sumber daya hayati dan non
hayatinya yang sangat melimpah. Namun sayangnya Indonesia belum bisa mengolah
sendiri hasil hasil sumber daya alam tersebut melainkan ada yang menjualnya
dengan cara mentah-mentah dan di bantu tenaga asing sehingga menambah
kost(biaya) lebih untuk membuatnya menjadi tidak barang mentah. Dan lemahnya
Indonesia dalam konteks ini adalah menjual sumber daya mentah dan di olah di
Negara lain lalu Indonesia membelinya
kembali dengan harga yang tak lagi sama dengan harga awal.
BAB 5. PDB, PERTUMBUHAN DAN
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI.
Produk domestik bruto (PDB)
Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu
metode untuk menghitung pendapatan
nasional.
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa
yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya
per tahun). PDB berbeda dariproduk nasional bruto karena
memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara
tersebut.
PDB Nominal merujuk kepada
nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga.PDB dapat dihitung dengan memakai dua
pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum
untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:
PDB = Konsumsi +investasi + Pengeluaran
pemerintah + (EKSPOR-IMPOR)
Di mana konsumsi adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, invesasi oleh sektor
usaha pengeluaran pemerinah oleh pemerintah,
dan ekspor dan impormelibatkan sektor luar negeri.
Sementara pendekatan pendapatan
menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi
PDB
= sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan
pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, Upah untuk tenaga
kerja,bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Pertumbuhan
dan perubahan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses
perubahan kondisi suatu perekonomian
Negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu.
Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia
1. Faktor produksi
2. Faktor investasi
3. Factor perdagangan dan negri dan
neraca pembayaran
4. Factor kebijakan moneter dan inflasi
5. Faktor keuangan Negara
- Pendapatan Nasional
Ada
dua arti dari PN, yakni dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti
sempit PN adalah PN. Dalam arti luas, PN dapat merujuk ke PDB, atau merujuk ke
PNB, atau ke produk nasional netto (PNN).
Sesuai metode yang standar, perhitungan PN diawali diawali dengan perhitungan
PDB. Hubungan antara PDB dan PN dapat dijelaskan melalui beberapa persamaan
sederhana sebagai berikut.
PNB=
PDB+F
PNN=PNB-D
PN=PNN-Ttl
Dimana
: F pendapatan netto atas faktor luar negri,
D= Penyusutan; dan Ttl = pajak tak langsung neto (
variabel-variabel lainya telah dijelaskan di dalam teks). Jika tiga persamaan
di gabungkan, akan dapat persamaan berikut.
PDB
= PN + Ttl + D – F
Atau
PN=
PDB + F – D –Ttl
PDB
dapat diukur dengan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dua pendekatan pertama
tersebut adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat, sedangkan pendekatan
pengeluaran adalah perhitungan PDB adalah jumlah nilai output (NO) dari semua
sektor ekonomi atau lapangan usaha, PDB adalah jumlah NO dari kesembilan sektor
tersebut
PDB
= ∑ NO
Oleh
sebab itu, dalam pendekataan pendapatan, PDB adalah jumlah dari nilai tambah
bruto (NTB) dari kesembilan sektor tersebut.
PDB
= NTB1 + NTB 2+ ……NTB9
Menurut
pendekatan pengeluaran,
PDB
= C + I + G+ X –M
- Sumber
– Sumber Pertumbuhan
Pertumbuhan
ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi permintaan agregat (AD) Atau
/ dan sisi penawaran agregat ( AS). Seperti yang diilustrasikan pada
gambar. Titik potong antara kurva AD dengan kurva AS Adalah titik keseimbangan
ekonomi yang menghasilkan suatu jumlah output agregat (PDB) tertentu dengan
tingkat harga umum tertentu. Output agregat yang dihasilkan di dalam suatu
ekonomi (atau negara ) selanjutnya membentuk PN. Apabila pada periode awal
(t=0) adalah Y0, maka yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah apabila
pada periode berikutnya output= Y1, yang mana Y1 >Y0.
- Sisi
Permintaan Pertumbuhan
Dari
sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan peningkatan permintaan
di dalam ekonomi terjadi karena PN. Yang terdiri dari permintaan masyarakat
(konsumen), perusahaan, dan pemerintah, meningkat,. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, sisi AD (penggunaan PDB) terdiri dari empat komponen: konsumsi
rumah tangga.investasi, konsumsi. Sisi AD di dalam suatu ekonomi bisa
digambarkan dalam suatu model ekonomi makro sederhana sebagai berikut.
Y=
C+I+G+X-M
C=
Cy+Ca
I=-ir+Ia
G=Ga
X=Xa
M=My+Ma
- Sisi
penawaran Agregat
Faktor
produksi dapat ditulis dalam suatu fungsi sederhana sbb:
Q=
f (X1,X2,X3,…….Xn)
Dimana
Q mewakili volume output dan,X1,X2,X3……Xn adalah volume dari faktor*
produksi yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut.
C.Teori-teori
dan Model-model Pertumbuhan
a.
teori dan model pertumbuhan ekonomi (di lihat dari sisi AS/ produksi), yakni
teori neoklasik dan teori modern.Dalam kelompok teori neoklasik , faktor*
produksi dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan output adalah jumlah
L dan K; yang terakhir ini bisa dalam bentuk keuangan dan barang modal(seperti
mesin).
b.Teori
Modern dan Model Pertumbuhan Endogen
Dalam
teori modern, faktor* produksi yang krusial tidak hanya L dan K, tetapi
juga perubahan T ( yang berkandung di dalam barang modal atau mesin), E
kewirausahaan (kw), bahan baku (bb) dan material (MT).
Dilihat
dari kerangka pemikiran kelompok teori modern tersebut, ada
sejumlah perbedaan yang mendasar dengan kelompok teori neoklasik. Di antaranya
adalah yang mencakup L,K, dan Kw. Dalam kelompok teori ini kualitas L lebih
penting daripada kuantitas nya.
Di
dalam modelnya , laju pertumbuhan keseimbangan (waranted growth) yang
membuwat besarnya S Yang direncanakan ditetapkan selalu sama dengan
besarnya I yang direncanakan yaitu:
sYt
=ICOR(Yt-Yt-1)
(Yt-Yt-1)/Y=s/ICOR
Pada
model ekonomi makro dari IBII (2000) diasumsikan bahwa faktor produksi yang
menenyukan kapasitas produksi di Indonesia adalah jumlah K, karena faktor
L di Indonesia (terutama berasal dari sektor pertanian) cukup melimpah.
Berdasarkan
asumsi ini, maka perubahan kapasitas produksi tergantung pada perubahan kapital
(IBII,2000) :
∆cap
= (1/k)*∆K
Dimana
:
Cap
= kapasitas produksi atau potensial output
K=
rasio output modal (COR ) yang mengukur tingkat efisien penggunaan K.
Dilain
pihak, di dalam model makro ini K pada tahun tertentu (t) di definisikan
sebagai penjumlahan stok K tahun lalu (t-1) dan 1 bersih :
K(t)=k(t-1)+(i-s)
Dimana:
I=i
kotor
S=pengurangan
K
Pemotongan
K adalah K yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis karena output yang
dihasilkan lebih kecil daripada biaya produksinya. Dengan melakukan substitusi
persamaan di peroleh :
∆cap=
(1/k)*(i-s)
c.Pertumbuhan
TFP
Berdasarkan
studi-studi emperis mengenai pertumbuhan ekonomi dan sumber-sumbernya ,
pack n dan page menyatakan bahwa terdapat 2 sumber utama pertumbuhan, yakni
pertumbuhan yang bersumber dari peningkatan (investment –driven growth) dan
pertumbuhan yang di dorong oleh peningkatan produktivitas
(produktivity-driven growth).
Sumber
pertumbuhan output yang berasal dari peningkatan produktivitas dan input-input
produksi dapat dihitung secara persial,
Ln
Yt=LnTt+αLn Kt+βLnKt +βLnLt
Dapat
di rumuskan kembali sebagai berikut.
Ln
Yt = Ln Tt + (1-β)Ln Kt + β Ln Lt
=
Ln Tt+LnKt+β (Ln Lt-Ln Kt)
Ln
Yt-Ln Kt= Ln Tt +β (Ln Lt-Ln Kt)
Ln(Yt/Kt)=
Ln Tt +β Ln (Lt/Kt)
Yt/Kt
= Tt(Lt/Kt)β
BAB 6 & 7 .KEMISKINAN DAN
KESENJANGAN
A. KONSEP
DAN PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
·
Gambaran kekurangan materi, yang
biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi
kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·
Gambaran tentang kebutuhan sosial,
termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
·
Gambaran tentang kurangnya penghasilan
dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar
profesi secara halal.
Kemiskinan
dapat dilihat dari dua sisi yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif adalah konsep kemiskinan yang mengacu
pada kepemilikan materi dikaitkan dengan standar kelayakan hidup seseorang atau
kekeluarga. Kedua istilah itu menunjuk pada perbedaan sosial (social distinction)
yang ada dalam masyarakat berangkat dari distribusi pendapatan. Perbedaannya
adalah bahwa pada kemiskinan absolut ukurannya sudah terlebih dahulu ditentukan
dengan angka-angka nyata (garis kemiskinan) dan atau indikator atau kriteria
yang digunakan, sementara pada kemiskinan relatif kategori kemiskinan
ditentukan berdasarkan perbandingan relatif tingkat kesejahteraan antar
penduduk.
B. GARIS
KEMISKINAN
Garis
kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang
dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu
negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis
kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada
di negara berkembang.
Hampir
setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan
berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat
miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program
peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi
kemiskinan.
C. PENYEBAB
DAN DAMPAK KEMISKINAN
Secara
umum, penyebab kemiskinan dapat dibagi kedalam empat mazhab (Spicker,
2002),yaitu:
Pertama,
Individual explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan cenderungdiakibatkan
oleh karakteristik orang miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud
sepertimalas dan kurang sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam
bekerja. Mereka juga sering salah dalam memilih, termasuk memilih pekerjaan,
memilih jalan hidup,memilih tempat tinggal, memilih sekolah dan lainnya. Gagal,
sebahagian orang miskin bukankarena tidak pernah memiliki kesempatan, namun ia
gagal menjalani dengan baik kesempatantersebut. Seseorang yang sudah bekerja
namun karena sesuatu hal akhirnya ia diberhentikan(PHK) dan selanjutnya menjadi
miskin.
Kedua,
Familial explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan lebih disebabkan
olehfaktor keturunan. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah telah membawa
dia kedalamkemiskinan. Akibatnya ia juga tidak mampu memberikan pendidikan yang
layak kepadaanaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikian
secara terus menerusdan turun temurun.
Ketiga,
Subcultural explanation, menurut mazhab ini bahwa kemiskinan dapat disebabkan
oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik perilaku
lingkungan. Misalnya, kebiasaan yang bekerja adalah kaum perempuan, kebiasaan
yang enggan untuk bekerja kerasdan menerima apa adanya, keyakinan bahwa
mengabdi kepada para raja atau orang terhormatmeski tidak diberi bayaran dan
berakibat pada kemiskinan.
Keempat,
Structural explanations, mazhab ini menganggap bahwa kemiskinan timbul
akibatdari ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat,
kebijakan, dan aturanlain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan
lainnya hingga menimbulkankemiskinan di antara mereka yang statusnya rendah dan
haknya terbatas.
Kemiskinan
tidak hanya terdapat di desa, namun juga di kota. Kemiskinan di desa terutama
disebabkan oleh faktor-faktor antara lain:
1) Ketidakberdayaan.
Kondisi ini muncul karena kurangnya lapangan kerja, rendahnya hargaproduk yang
dihasilkan mereka, dan tingginya biaya pendidikan,
2) Keterkucilan,
rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya keahlian, sulitnya transportasi,
sertaketiadaan akses terhadap kredit menyebabkan mereka terkucil dan menjadi
miskin,
3) Kemiskinan
materi, kondisi ini diakibatkan kurangnya modal, dan minimnya lahan
pertanianyang dimiliki menyebabkan penghasilan mereka relatif rendah,
4) Kerentanan,
sulitnya mendapatkan pekerjaan, pekerjaan musiman, dan bencana alam,membuat
mereka menjadi rentan dan miskin,
5) Sikap,
sikap yang menerima apa adanya dan kurang termotivasi untuk bekerja
kerasmembuat mereka menjadi miskin.
Kemiskinan
di kota pada dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan di desa,
yang berbeda adalah penyebab dari faktor-faktor tersebut, misalnya faktor
ketidakberdayaan dikota cendrung disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja, dan
tingginya biaya hidup.
Kemiskinan
dapat juga disebabkan oleh:
a) Rendahnya
kualitas angkatan kerja,
b) Akses
yang sulit dan terbatas terhadap kepemilikan modal,
c) Rendahnya
tingkat penguasaan teknologi,
d) Penggunaan
sumberdaya yang tidak efisien,
e) Pertumbuhan
penduduk yang tinggi (Sharp et al, 2000).
Selain
dari berbagai pendapat di atas, kemiskinan secara umum disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang datang dari dalam diri orang miskin, seperti sikap yang menerima
apa adanya, tidak bersungguh-sungguh dalam berusaha, dan kondisi fisik
yangkurang sempurna. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari
luar diri si miskin, seperti keterkucilan karena akses yang terbatas, kurangnya
lapangan kerja, ketiadaan kesempatan, sumberdaya alam yang terbatas, kebijakan
yang tidak berpihak dan lainnya.
Dampak
dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks, yaitu :
1. Pengangguran.
Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja sebanyak
12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat krisis
multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini.
Dengan
banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan
karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan
mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran
telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat.
2. Kekerasan.
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari
pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan
yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan
dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya,
merampok, menodong, mencuri, menipu , dll.
3. Pendidikan.
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini.
Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau
dunia sekolah atau pendidikan.
4. Kesehatan.
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap
klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos
pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh
kalangan miskin.
5. Konflik
sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat
ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi
bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat
ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara,
persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan
identitas yang subjektif.
Dan
antara penggaruran, kemiskinan dan kesenjangan pendapatan saling berhubungan
dan mempunyai dampak yang cukup besar bagi negara.
D. PERTUMBUHAN,
KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
Merupakan
hubungan antara pertumbuhan dan kesenjangan.
Hubungan
antara tingkat kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi dapat
dijelaskan dengan Kuznet Hypothesis. Hipotesis ini berawal dari pertumbuhan
ekonomi (berasal dari tingkat pendapatan yang rendah berasosiasi dalam suatu
masyarakat agraris pada tingkat awal) yang pada mulanya menaik pada tingkat
kesenjangan pendapatan rendah hingga pada suatu tingkat pertumbuhan tertentu
selanjutnya kembali menurun. Indikasi yang digambarkan oleh Kuznet didasarkan
pada riset dengan menggunakan data time series terhadap indikator kesenjangan
Negara Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat.
Pemikiran
tentang mekanisme yang terjadi pada phenomena “Kuznet” bermula dari transfer
yang berasal dari sektor tenaga kerja dengan produktivitas rendah (dan tingkat
kesenjangan pendapatannya rendah), ke sektor yang mempunyai produktivitas
tinggi (dan tingkat kesenjangan menengah). Dengan adanya kesenjangan antar
sektor maka secara subtansial dapat menaikan kesenjangan diantara tenaga kerja
yang bekerja pada masing-masing sektor (Ferreira, 1999, 4).
Versi
dinamis dari Kuznet Hypothesis, menyebutkan kan bahwa kecepatan pertumbuhan
ekonomi dalam beberapa tahun (dasawarsa) memberikan indikasi naiknya tingkat
kesenjangan pendapatan dengan memperhatikan initial level of income (Deininger
& Squire, 1996). Periode pertumbuhan ekonomi yang hampir merata sering
berasosiasi dengan kenaikan kesenjangan pendapatan yang menurun.
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
·
Hubungan antara Pertumbuhan dan
Kesenjangan
Data decade 1970an dan 1980an mengenai
pertumbuhan ekonomi dan distribusi di banyak Negara berkembang, terutama
Negara-negara dengan proses pembangunan ekonomi yang tinggi, seperti Indonesia,
menunjukkan seakan-akan ada korelasi positif antara laju pertumbuhan dan
tingkat kesenjangan ekonomi: semakin tinggi pertumbuhan PDB atau semakin besar
pendapatan per kapita semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum
kaya. Studi dari Jantti (1997) dan Mule
(1998) memperlihatkan perkembangan ketimpangan pendapatan antara kaum miskin
dan kaum kaya di Swedia, Inggris dan AS, serta beberapa Negara di Eropa Barat
menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama decade 1970an dan 1980an. Jantti membuat kesimpulan semakin besar
ketimpangan distribusi pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi,
perubahan pasar buruh dan perubahan kebijakan public. Dalam perubahan pasar buruh, membesarnya
kesenjangan pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besarnya pendapatan
dari istri dalam jumlah pendapatan keluarga merupakan dua factor penyebab
penting.
Literature mengenai perubahan
kesenjangan dalam dsitribusi pendapatan awalnya didominasi oleh apa yang
disebuthipotesis Kuznets. Dengan memakai
data antar Negara (cross section) dan data dari sejumlah survey/observasi di
tiap Negara (time series), Simon Kuznets menemukan relasi antara kesenjangan
pendapatan dan tingkat perdapatan per kapita berbentuk U terbalik. Hasil ini diinterpretasikan sebagai evolusi
dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari ekonomi pedesaan (rural)
ke ekonomi perkotaan (urban) atau ekonomi industry.
·
Hubungan antara Pertumbuhan dan
Kemiskinan
Dasar teori dari korelasi antara
pertumbuhan dan kemiskinan tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan dengan
ketimpangan, seperti yang telah dibahas di atas. Mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal
proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan saat mendekati
tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur berkurang. Namun banyak factor lain selain pertumbuhan
yang juga mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat kemiskinan di suatu
wilayah/Negara seperti struktur pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi.
Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan
langkah-langkah dan program yang dirancang secara khusus dan terpadu oleh
pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat. Penulis ingin menitikberatkan karya ilmiah ini dengan 3 masalah
utama kemiskinan di Indonesia, yaitu: terbatasnya kecukupan dan mutu pangan,
terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, serta terbatasnya dan
rendahnya mutu layanan pendidikan.
Ø Terbatasnya
Kecukupan dan Mutu Pangan
Hal
ini berkaitan dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak
merata, dan kurangnya dukungan pemerintah bagi petani untuk memproduksi beras
sedangkan masyarakat Indonesia sangat tergantung pada beras. Permasalahan
kecukupan pangan antara lain terlihat dari rendahnya asupan kalori penduduk
miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita, dan ibu.
Ø Terbatasnya
dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan
Hal
ini mengakibatkan rendahnya daya tahan dan kesehatan masyarakat miskin untuk
bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk
tumbuh kembang, dan rendahnya kesehatan para ibu. Salah satu indikator dari
terbatasnya akses layanan kesehatan adalah angka kematian bayi. Data Susenas
(Survai Sosial Ekonomi Nasional) menunjukan bahwa angka kematian bayi pada
kelompok pengeluaran terendah masih di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup.
Ø Terbatasnya
dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan
Hal
ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, terbatasnya kesediaan sarana
pendidikan, terbatasnya jumlah guru bermutu di daerah, dan terbatasnya jumlah
sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar. Pendidikan formal belum dapat
menjangkau secara merata seluruh lapisan masyarakat sehingga terjadi perbedaan
antara penduduk kaya dan penduduk miskin dalam masalah pendidikan.
·
Faktor - faktor Penyebab Kemiskinan
Yang
menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu :
1. Kemiskinan
alamiah.
Kemiskinan
alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas,penggunaan teknologi yang
rendah,dan bencana alam.
2. Kemiskinan
buatan.
Kemiskinan
ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian
anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas
lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.
Selain
itu,penyebab kemiskinan di negara Indonesia adalah :
1. Laju
Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan
penduduk Indonesia terus menigkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus
penduduk.
Meningkatnya
jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang
belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban
ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban
ketergantungan yang harud ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan.
2. Angkatan
Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara
garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja. Yang tergolong tenaga kerja ialah penduduk yang berumur
didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang
satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah
minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua
penduduk kesenjangan dikatakan lunak,distribusi pendapatan nasional dikatakan
cukup merata.
3. Tingkat
pendidikan yang rendah.
Rendahnya
kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu
negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama industry,
jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang mempunyai skill atau
paling tidak dapat membaca dan menulis.
4. Kurangnya
perhatian dari pemerintah.
Pemerintah
yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi
salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang
mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.
Faktor
lain yang masih memperlambat pencapaian penurunan kemiskinan sebagai berikut :
v Belum
meratanya program pembangunan,khususnya di pedesaan,luar Pulau Jawa,daerah
terpencil,dan daerah perbatasan. Sekitar 63.5% penduduk miskin hidup di daerah
pedesaan. Kemiskinan diluar Pulau Jawa
termasuk Nusa Tenggara, Maluku dan Papua juga lebih tinggi dibandingkan di
Pulau Jawa. Oleh karena itu, upaya penanganan kemiskinan seharusnya lebih difokuskan
di daerah-daerah tersebut.
v Masih
terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.
v Masih
besarnya jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin,baik karena guncangan
ekonomi,bencana alam,dan juga akibat kurangnya akses terhadap pelayanan dasar
dan sosial.
v Kondisi
kemiskinan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kebutuhan pokok. Sehubungan
dengan itu ,upaya penanggulangan kemiskinan melalui stabilitas harga kebutuhan
pokok harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Hal ini bertujuan agar
penanggulangan kemiskinan,baik di perdesaan maupun perkotaan dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
Penanggulangan
Masalah Kemiskinan di Indonesia
Penanganan
berbagai masalah di atas memerlukan strategi penanggulangan kemiskinan yang
jelas. Pemerintah Indonesia dan berbagai pihak terkait lainnya patut mendapat
acungan jempol atas berbagai usaha yang telah dijalankan dalam membentuk
strategi penanggulangan kemiskinan.
Tahun
1990 bank dunia mendeklerasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan
kemiskinan perlu dilakukan secara serentak pada 3 front
1. Pertumbuhan
ekonomiyang luas dan padat karya yang menciptakan kesempatan kerja dan
pendapatan pada kelompok miskin.
2. Pengembangan
SDM (pendidikan, kesehatan, dan gizi) yang member mereka kemampuan lebih baik
untuk memanfaatkan kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi
3. Membuat
suatu jaringan pengaman sosial untuk mereka diantara pendiuduk miskin yang sama
skali tidak mampu untuk mendapat keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi
dan kesempatan pengembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana
alam, konflik sosial, dan terisolasi secara fisik.
Pada
tahun 2000 bank dunia muncul dengan kerangka kerja analisi yang baru untuk
memerang kemiskinan yang dibangun di atas 3 pilar yakni pemberdayaan, keamanan,
dan kesempatan.
Hal
pertama yang dapat dilakukan oleh pemerintahan baru adalah menyelesaikan dan
mengadaptasikan rancangan strategi penanggulangan kemiskinan yang telah
berjalan.Kemudian hal ini dapat dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan. Berikut
ini dijabarkan sepuluh langkah yang dapat diambil dalam mengimplementasikan
strategi pengentasan kemiskinan tersebut.
è Peningkatan
fasilitas jalan dan listrik di pedesaan.
Berbagai
pengalaman di China, Vietnam dan juga di Indonesia sendiri menunjukkan bahwa
pembangunan jalan di area pedesaan merupakan cara yang efektif dalam mengurangi
kemiskinan. Jalan nasional dan jalan provinsi di Indonesia relatif dalam
keadaan yang baik. Tetapi, setengah dari jalan kabupaten berada dalam kondisi
yang buruk. Sementara itu lima persen dari populasi, yang berarti sekitar 11
juta orang, tidak mendapatkan akses jalan untuk setahun penuh.
è Peningkatan
tingkat kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang lebih baik
Indonesia
sedang mengalami krisis penyediaan fasilitas sanitasi.
Hanya
kurang dari satu persen limbah rumah tangga di Indonesia yang menjadi bagian
dari sistem pembuangan. Penyediaan fasilitaslimbah lokal tidak dibarengi dengan
penyediaan fasilitas pengumpulan, pengolahan dan pembuangan akhir. Pada tahun
2002, pemerintah hanya menyediakan anggaran untuk perbaikan sanitasi sebesar
1/1000 dari anggaran yang disediakan untuk penyediaan air. Akibatnya, penduduk
miskin cenderung menggunakan air dari sungai yang telah tercemar. Tempat
tinggal mereka juga sering berada didekat tempat pembuangan limbah. Hal ini
membuat penduduk miskin cenderung menjadi lebih mudah sakit dan tidak
produktif.
è Penghapusan
larangan impor beras
Larangan
impor beras yang diterapkan bukanlah merupakan kebijakan yang tepat dalam
membantu petani, tetapi kebijakan yang merugikan orang miskin. Studi yang baru
saja dilakukan menunjukkan Secara keseluruhan, 80 % dari penduduk Indonesia
menderita akibat proteksi tersebut, sementara hanya 20% yang menikmati
manfaatnya. Bahkan manfaat tersebut tidaklah sedemikian jelas. Harga beras di
tingkat petani tidak mengalami kenaikan yang berarti sementara harga di tingkat
pengecer naik cukup tinggi.
è Pembatasan
pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan orang miskin
Salah
satu sumber penghasilan terpenting bagi penduduk miskin didaerah pedesaan
adalah wiraswasta dan usaha pendukung pertanian.Setengah dari penghasilan
masyarakat petani miskin berasal dariusaha pendukung pertanian. Untuk
meningkatkan penghasilan tersebut, terutama yang berasal dari usaha kecil dan
menengah, perlu dibangun iklim usaha yang lebih kondusif. Sayangnya, sejak
proses desentralisasi dijalankan, pemerintah daerah berlomba-lomba meningkatkan
pendapatan mereka dengan cara mengenakan pajak dan pungutan daerah yang lebih tinggi.
Belum lagi beban dari berbagai pungutan liar yang harus dibayarkan untuk
menjamin pengangkutan barang berjalan secara lancar dan aman. Berbagai biaya
ini menghambat pertumbuhan usaha di tingkat local dan menurunkan harga jual
yang diperoleh penduduk miskin atas barang yang mereka produksi.
è Pemberian
hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin
Adanya
kepastian dalam kepemilikan tanah merupakan factor penting untuk meningkatkan
investasi dan produktifitas pertanian.Pemberian hak atas tanah juga membuka akses
penduduk miskin pada kredit dan pinjaman. Dengan memiliki sertifikat
kepemilikan mereka dapat meminjam uang, menginvestasikannya dan mendapatkan
hasil yang lebih tinggi dari aktifitas merek. Dengan program pemutihan yang
sekarang ini dijalankan, dimana satu juta sertifikat dikeluarkan sejak 1997,
dibutuhkan waktu seratus tahun lagi untuk menyelesaikan proses tersebut.
Disamping itu, kepemilikan atas 64 persen tanah diIndonesia tidaklah
dimungkinkan, karena termasuk dalam klasifikasi area hutan.
è Perbaikan
atas kualitas pendidikan dan penyediaan pendidikan transisiuntuk sekolah
menengah
Indonesia
telah mencapai hasil yang memuaskan dalam meningkatkan partisipasi di tingkat
pendidikan dasar. Hanya saja,banyak anak-anak dari keluarga miskin yang tidak
dapat melanjutkan pendidikan dan terpaksa keluar dari sekolah dasar sebelum
dapat menamatkannya. Hal ini terkait erat dengan masalah utama pendidikan di
Indonesia, yaitu buruknya kualitas
pendidikan.
è Membangun
lembaga - lembaga pembiayaan mikro yang memberimanfaat pada penduduk miskin.
Sekitar
50 persen rumah tangga tidak memiliki akses yang baik terhadap lembaga
pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki rekening tabungan. Kondisi
ini terlihat lebih parah di daerah pedesaan. Solusinya bukanlah dengan memberikan
pinjaman bersubsidi. Program pemberian pinjaman bersubsidi tidak dapat
dipungkiri telah memberi manfaat kepada penerimannya. Tetapiprogram ini juga
melumpuhkan perkembangan lembaga pembiayaan mikro (LPM) yang beroperasi secara
komersial. Padahal, lembaga-lembaga semacam inilah yang dapat diandalkan untuk
melayani masyarakat miskin secara lebih luas. Solusi yang lebih tepat adalah
memanfaaatkan dan mendorong pemberian kredit dari bank-bank komersial kepada
lembaga-lembaga pembiayaan mikro tersebut.
è Mengurangi
tingkat kematian Ibu pada saat melahirkan
Hampir
310 wanita di Indonesia meninggal dunia pada setiap 10.00 kelahiran hidup.
Angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Tingkat kematian menjadi
tinggi terkait dengan dua sebab.Pertama karena ibu yang melahirkan sering
terlambat dalam mencari bantuan medis. Sering terjadi juga bantuan medis yang
dibutuhkan tersebut tidak tersedia. Kedua karena kebanyakan ibu yang melahirkan
lebih memilih untuk meminta bantuan bidan tradisional daripada fasilitas medis
yang tersedia.
è Menyedian
lebih banyak dana untuk daerah-daerah miskin
Fiskal
antar daerah di Indonesia sangatlah terasa.Pemerintah daerah terkaya di
Indonesia mempunyai pendapatan perpenduduk 46 kali lebih tinggi dari pemerintah
di daerah termiskin.Akibatnya pemerintah Kesenjangan daerah yang miskin sering
tidak dapat menyediakan pelayanan yang mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Pemberian dana yang terarah dengan baik dapat membantu masalah ini.
è Merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran
Program
perlindungan yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin serta
subsidi bahan bakar dan listrik, dapat dikatakan belum mencapai sasaran dengan
baik. Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia mengeluarkan Rp 74 trilliun untuk
perlindungan sosial.Angka ini lebih besar dari pengeluaran di bidang kesehatan
danpendidikan. Sayangnya, hanya 10 persen yang dapat dinikmati oleh penduduk
miskin, sementara sekitar Rp60 trilliun lebih banyak dinikmati oleh masyarakat
mampu.
BAB 8
& 9 . PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH DAN OTONOMI DAERAH
1.
UNDANG
UNDANG OTONOMI DAERAH
UU Otonomi Daerah
UU otonomi daerah merupakan dasar hukum pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia atau dapat juga disebut payung hukum pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia.UU otonomi daerah di Indonesia menjadi payung hukum
terhadap seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pelaksanaan otonomi daerah di bawah UU otonomi daerah seperti, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan seterusnya.
Tentang UU Otonomi Daerah
UU otonomi daerah itu sendiri merupakan implementasi
dari ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang
menyebutkan otonomi daerah sebagai bagian dari sistem tata negara Indonesia dan
pelaksanaan pemerintahan di Indonesia. Ketentuan mengenai pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia tercantum dalam pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
yang menyebutkan bahwa:
“Pemerintahan daerah propinsi,
daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.
Selanjutnya Undang-Undang Dasar 1945 memerintahkan
pembentukan UU Otonomi Daerah untuk mengatur mengenai susunan dan
tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (7), bahwa:
“Susunan dan tata cara
penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang”.
Ketentuan tersebut diatas menjadi payung hukum bagi
pembentukan UU otonomi daerah di
Indonesia, sementara UU otonomi daerah menjadi dasar bagi pembentukan peraturan
lain yang tingkatannya berada di bawah undang-undang menurut hirarki atau tata
urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Otonomi daerah di
Indonesia dilaksanakan segera setelah gerakan reformasi 1998. Tepatnya pada
tahun 1999 UU otonomi daerah mulai diberlakukan.
Perubahan UU Otonomi Daerah
Pada tahap
selanjutnya UU otonomi daerah ini mendapatkan kritik dan masukan untuk lebih
disempurnakan lagi. Ada banyak kritik dan masukan yang disampaikan sehingga
dilakukan judicial review terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang otonomi daerah. Dengan terjadinya judicial review maka Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah diubah dan digantikan dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ini juga diikuti
pula dengan perubahan peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur
mengenai otonomi daerah yang berfungsi sebagai pelengkap pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia seperti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang selanjutnya digantikan dengan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
Sesungguhnya UU
otonomi daerah telah
mengalami beberapa kali perubahan setelah disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Namun perubahan tersebut meskipun penting namun
tidak bersifat substansial dan tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap tata
cara penyelenggaraan pemerintahan daerah karena hanya berkaitan dengan penyelenggaraan
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Sejak Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disahkan menggantikan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dilakukan
perubahan terhadap Undang-Undang Nomo 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2977).
Selanjutnya
dilakukan lagi perubahan melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah.
2. PERUBAHAN
PENERIMAAN DAERAH DAN PERANAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pengkajian kerangka regulasi yang
ada dan merekomendasikan penyempurnaan kerangka tersebut guna mendukung
prioritas pembangunan dan pembiayaan infrastruktur Penyusunan strategi
pembangunan dan pembiayaan infrastruktur ini diharapkan dapat menghasilkan peta
pembangunan infrastruktur yang jelas di masa yang akan datang sehingga
pemerintah mempunyai dokumen yang lengkap terhadap pembangunan infrastruktur.
Oleh
karena itu, ruang lingkup dari penyusunan strategi ini mencakup seluruh aspek
potensi ekonomi wilayah Indonesia Timur sebagai rumusan strategis pembangunan
infrastruktur nasional, baik berdasarkan subsektor jenis infrastruktur dan maupun
tipologi kewilayahan dengan basis pendekatan potensi. Penyusunan strategi
pembangunan dan pembiayaan infrastruktur kawasan timur Indonesia diharapkan
dapat menghasilkan Master Plan di bidang infrastruktur yang akan mendukung
skenario pembangunan era baru ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.
Master Plan ini diharapkan dapat memuat berbagai data dan informasi mengenai
pembangunan dan pembiayaan infrastruktur berdasarkan skala prioritas
pembangunan dan regulasi yang mendukung arah pembangunannya.
Cerminan
pembangunan infrastruktur nasional adalah pembangunan infrastruktur di tiap
wilayah atau propinsi di Indonesia. Perkembangan pembangunan infrastruktur di
masing-masing pulau di Indonesia memperlihatkan perbedaan yang cukup berarti.
Dominasi pembangunan infrastruktur sangat ditentukan oleh kondisi geograsfis
dan demografis dari suatu wilayah.
Dominasi
infrastruktur ini dapat mencerminkan pula tingkat aktivitas ekonomi dalam suatu
wilayah. Perkembangan pembangunan infrastruktur untuk masing-masing pulau yang
ada di Indonesia. Hal ini pula yang menjadi hambatan pembangunan infrastrukrur
Kawasan Timur Indonesia.
Pada
hal sejatinya jika Indonesia ingin percepatan mencapai kemajuan maka pendekatan
potensi atau potential approach yaitu potensi yang mendorong tumbuhnya
komoditas unggulan, hendaknya menjadi komintmen kuat terhadap pembangunan
infrstruktur kawasan timur Indonesia.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa daerah Kalimantan Selatan sebagaimana daerah Kalimantan
umumnya yang merupakan salah satu pulau terbesar yang ada di wilayah negara
kita. Tingkat kepadatan pendudukanya relative rendah sehingga tidak
dimungkinkan untuk melakukan pendekatan demographic dalam perencanaan
pembangunan infrastukturnya.
Dengan
jumlah penduduk yang mendiami wilayah ini hanya sebesar 6% dari total penduduk
Indonesia, maka akan berdampak pada aktivitas ekonomi yang ada di wilayah ini.
Kondisi semacam ini merupakan kondisi tipikal wilayah Indonesia Timur.
Karenanya diperlukan langkah potential approach atau pendekatan potensial untuk
pembangunan infrastrukturnya
Komoditas
yang menjadi unggulan untuk wilayah ini adalah sektor pertambangan dan galian,
sub sector perkebunan dan subsektor kehutanan. Ketiga sektor ini memberikan
sumbangan besar bagi pendapatan nasional.
Dengan
demikian terdapat pandangan berbeda mengenai pola perencanaan bahwa berdasarkan
jumlah penduduk atau pendekatan demografik, aktivitas ekonomi unggulan yang
tidak memerlukan banyak infrastruktur, maka akibatnya adalah persentase
pembangunan infrastruktur di pulau ini lebih rendah dibandingkan pulau Jawa dan
Sumatera.
Dilihat
dari infrastruktur transportasi, pelabuhan laut lebih mendominasi dibandingkan
dengan yang lainnya. Hal ini sangat wajar dengan kondisi geografis dari
Kalimantan yang lebih banyak rawa dibandingkan dengan daratannya yang
memungkinkan sektor pelabuhan laut dan lalulitas angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan lebih berkembang dibandingkan dengan transportasi darat.
Pembangunan
jalan di pulau ini masih relative rendah bila dibandingkan dengan luas wilayah
pulau ini. Hal ini sangat signifikan sekali dengan jumlah kendaraan yang berada
di wilayah ini hanya sebesar 5,8% dari jumlah kendaraan yang ada di Indonesia.
Hal ini pula yang menyebabkan rendahnya tingkat mobilitas dan tingginya biaya
transportasi sehingga wilayah ini kehilangan daya saingnya dalam menarik
investasi.
Pandangan
keliru juga terdapat pada subsektor pertanian tanaman pangan dan pengairan.
Dapat kita temukan fakta bahwa irigasi tidak menjadi salah satu fokus
pembangunan infrastruktur karena wilayah ini bukan sebagai lumbung padi tetapi
lebih cenderung pada komoditas kehutanan dan perkebunan.
Pada
pada sisi lain kitapun memehami betul bahwa kondisi wilayah ini sangat
dimungkinkan membangun jaringan irigasi guna menjadikan Kalimantan sebagai
lumbung padi. Kita dapat belajar dan membandingkan kondisi wilayah ini dengan
kondisi Vietnam yang petaninya lebih unggul dari petani kita bahkan tanpa proteksionisme
perdagangan.
Saat ini akses masyarakat Kalimantan
terhadap air bersih, hanya sebesar 44% yang dapat menikmati air bersih
sedangkan sisanya belum mendapatkan akses terhadap air bersih.
Ini
merupakan salah satu permasalahan yang harus menjadi perhatian, karena bila
kondisi tersebut dibiarkan maka akan berdampak pada tingkat kesehatan dari
masyarakat di Kalimantan. Bagaimana kita bisa mengembangkan sumber daya manusia
yang handal dan mampu bersaing secara global bila tingkat hiegenitas masih
rendah. Oleh karena itu akses terhadap air bersih perlu langkah prioritas
pembangunan infrastrukturnya.
Demikian
pula dengan subsektor telematika dan ketenagalistrikan perlu berpacu dengan
irama pertumbuhan yang berkembang dengan pesat. Hal ini sejalan dinamika dan
aktivitas dari masyarakat di pulau Kalimantan.
Pembukaan
lahan menjadi lahan pertanian yang notabene terjadi perubahan fungsi seringkali
memicu kotroversi yang kontraproduktif, hendaknya dipelajari kembali dengan
seksasama agar tidak terdapat resistensi pembangunan hanya sekadar penolakan
emosional, namun sebaliknya kehilangan informasi berharga tentang potensi
ekonomi yang mempunyai keunggulan tertentu.
Akhirnya
kita juga mengapeal akan pentingnya kesadaran tentang pembangunan infrastruktur
berkaitan dengan upaya strategis percepatan pertumbuhan ekonomi, hendaknya
secara nyata mengurangi hambatan birokratis di semua lini baik pada tingkat
pemerintah pusat maupun pada tingkat pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten.
3.
Pembangunan
Ekonomi Regional
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Untuk melihat ketidaknmerataan pertumbuhan regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. pertumbuhan output; 2. pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. pertumbuhan output perkapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan .
4. Faktor-faktor penyebab ketimpangan
Ada 2 faktor penyebab ketimpangan pembangunan, faktor pertama adalah karena ketidaksetaraan anugerah awal (initial endowment) diantara pelaku-pelaku ekonomi. Sedangkan faktor kedua karena strategi pembangunan dalam era PJP I lebih bertumpu pada aspek pertumbuhan (growth).
Sebagian ketidaksetaraan anugerah awal itu bersifat alamiah (natural) atau bahkan ilahiah. Akan tetapi sebagian lagi bersifat structural. Ketidaksetaraan itu berakibat peluang dan harapan untuk berkiprah dalam pembangunan menjadi tidak seimbang.
Ditumpukkannya strategi pembangunan pada aspek petumbuhan, bukanlah tidak beralasan. Secara akademik, baru pertumbuhanlah yang telah memiliki teori-teori yang mantap dalam konsep pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau rancangan pebangunan lebih menyandarkan rencana pembangunannya pada aspek pertumbuhan.
5. Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Pembangunan di Indonesia Bagian Timur lebih tertinggal dibandingkan daerah Indonesia bagian lain. Mungkin penyebabnya tanah yang lebih tidak subur dan masalah transportasi. Aku lihat sih daerah yang agak tandus, jalannya lebih cepat rusak, entah karena keadaan tanahnya atau karena suhu udaranya yang lebih panas. Sehingga perjalanan memerlukan waktu tempuh yang lebih lama dan medan yang berat. Aku sering main daerah dekat waduk/bendungan. Daerah yang sulit dijangkau karena jalannya rusak atau jauh, lebih mudah terjangkau dengan adanya transportasi air.
Keuntungannya:
- Proyek yang menarik dan mudah dijual karena akan mendapatkan hasil langsung berupa pohon/hasil hutan sepanjang yang akan dibuat jalan. Akan mendapatkan bahan galian yang bisa berupa bahan tambang yang bernilai tinggi (bisanya daerah tandus kaya akan bahan tambang bernilai tinggi dan batuan mulia/permata)dan atau bahan mineral.
- Peluang bisnis transportasi manusia dan barang (kalau tidak salah transportasi via air termasuk transportasi yang paling murah untuk angkutan barang).
- Bendungan bisa juga dibuat pembangkit listrik tenaga air.
- Bisa menjadi Objek wisata
- Di bendungan bisa dibuat budi daya ikan jaring terapung, sedangkan di jalan air bisa di buat budi daya ikan di keramba.
- Untuk saluran irigasi.
- Meningkatkan kesuburan tanah(biasanya daerah dekat aliran air, tanahnya menjadi lebih subur).
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi banjir.
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi kebakaran hutan (minimal melokalisasi kebakaran hutan yang terpotong jalan air).
- Transportasi manusia dan barang lebih mudah, murah dan lancar otomatis meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah itu dan antar pulau.
- Akan berkembang aktivitas-aktivitas ekonomi penunjang lainnya yang meningkatkan penghasilan dan menyerap lapangan pekerjaan.
- Mempermudah aparat keamanan untuk menjaga daerah-daerah yang sulit dijangkau lewat darat.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Masalah pengawasan dan keamanan lalu lintas jalan air
- Debit banjir bila air meluap
- Pemeliharaan jalan air
- Masalah keselamatan pengguna jalan air.
6. Teori dan Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah
Perbedaan karakteristik wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki, sehingga membutuhkan perbedaan kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk menunjukkan adanya perbedaan potensi ini maka dibentuklah zona-zona pengembangan ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan Ekonomi Daerah adalah pendekatan pengembangan ekonomi daerah dengan membagi habis wilayah sebuah daerah berdasarkan potensi unggulan yang dimiliki, dalam satu daerah dapat terdiri dari dua atau lebih zona dan sebuah zona dapat terdiri dari dua atau lebih cluster. Setiap zona diberi nama sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki, demikian pula pemberian nama untuk setiap cluster, misalnya : Zona Pengembangan Sektor Pertanian yang terdiri dari Cluster Bawang Merah, Cluster Semangka, Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan ekonomi daerah (ZPED) adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Pola pembangunan ekonomi dengan pendekatan Zona Pengembangan Ekonomi Daerah (ZPED), bertujuan:
1. Membangun setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan kompetitifnya/kompetensi intinya.
2. Menciptakan proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan berkesinambungan.
3. Memberikan peluang pengembangan wilayah kecamatan dan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan yang umumnya dikembangkan oleh para ahli ekonomi regional dewasa ini. Para ahli sangat concern dengan ide pengembangan ekonomi yang bersifat lokal, sehingga lahirlah berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development/LED).
Strategi ini terangkum dalam berbagai teori dan analisis yang terkait dengan pembangunan ekonomi lokal. Salah satu analisis yang relevan dengan strategi ini adalah Model Pembangunan Tak Seimbang, yang dikemukakan oleh Hirscman :
“Jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua priode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik walaupun sektor berkembang dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang terkait dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut”.
Model pembangunan tak seimbang menolak pemberlakuan sama pada setiap sektor yang mendukung perkembangan ekonomi suatu wilayah. Kompetensi inti dapat berupa produk barang atau jasa yang andalan bagi suatu zona/kluster untuk membangun perekonomiannya. Pengertian kompetensi inti menurut Hamel dan Prahalad (1995) adalah :
“Suatu kumpulan kemampuan yang terintegrasi dari serangkaian sumberdaya dan perangkat pendukungnya sebagai hasil dari proses akumulasi pembelajaran, yang akan bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis”.
Sedangan menurut Reeve (1995) adalah :
“Aset yang memiliki keunikan yang tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan yang unik, sehingga mampu membentuk suatu kompetensi inti”.
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Untuk melihat ketidaknmerataan pertumbuhan regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. pertumbuhan output; 2. pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. pertumbuhan output perkapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan .
4. Faktor-faktor penyebab ketimpangan
Ada 2 faktor penyebab ketimpangan pembangunan, faktor pertama adalah karena ketidaksetaraan anugerah awal (initial endowment) diantara pelaku-pelaku ekonomi. Sedangkan faktor kedua karena strategi pembangunan dalam era PJP I lebih bertumpu pada aspek pertumbuhan (growth).
Sebagian ketidaksetaraan anugerah awal itu bersifat alamiah (natural) atau bahkan ilahiah. Akan tetapi sebagian lagi bersifat structural. Ketidaksetaraan itu berakibat peluang dan harapan untuk berkiprah dalam pembangunan menjadi tidak seimbang.
Ditumpukkannya strategi pembangunan pada aspek petumbuhan, bukanlah tidak beralasan. Secara akademik, baru pertumbuhanlah yang telah memiliki teori-teori yang mantap dalam konsep pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau rancangan pebangunan lebih menyandarkan rencana pembangunannya pada aspek pertumbuhan.
5. Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Pembangunan di Indonesia Bagian Timur lebih tertinggal dibandingkan daerah Indonesia bagian lain. Mungkin penyebabnya tanah yang lebih tidak subur dan masalah transportasi. Aku lihat sih daerah yang agak tandus, jalannya lebih cepat rusak, entah karena keadaan tanahnya atau karena suhu udaranya yang lebih panas. Sehingga perjalanan memerlukan waktu tempuh yang lebih lama dan medan yang berat. Aku sering main daerah dekat waduk/bendungan. Daerah yang sulit dijangkau karena jalannya rusak atau jauh, lebih mudah terjangkau dengan adanya transportasi air.
Keuntungannya:
- Proyek yang menarik dan mudah dijual karena akan mendapatkan hasil langsung berupa pohon/hasil hutan sepanjang yang akan dibuat jalan. Akan mendapatkan bahan galian yang bisa berupa bahan tambang yang bernilai tinggi (bisanya daerah tandus kaya akan bahan tambang bernilai tinggi dan batuan mulia/permata)dan atau bahan mineral.
- Peluang bisnis transportasi manusia dan barang (kalau tidak salah transportasi via air termasuk transportasi yang paling murah untuk angkutan barang).
- Bendungan bisa juga dibuat pembangkit listrik tenaga air.
- Bisa menjadi Objek wisata
- Di bendungan bisa dibuat budi daya ikan jaring terapung, sedangkan di jalan air bisa di buat budi daya ikan di keramba.
- Untuk saluran irigasi.
- Meningkatkan kesuburan tanah(biasanya daerah dekat aliran air, tanahnya menjadi lebih subur).
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi banjir.
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi kebakaran hutan (minimal melokalisasi kebakaran hutan yang terpotong jalan air).
- Transportasi manusia dan barang lebih mudah, murah dan lancar otomatis meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah itu dan antar pulau.
- Akan berkembang aktivitas-aktivitas ekonomi penunjang lainnya yang meningkatkan penghasilan dan menyerap lapangan pekerjaan.
- Mempermudah aparat keamanan untuk menjaga daerah-daerah yang sulit dijangkau lewat darat.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Masalah pengawasan dan keamanan lalu lintas jalan air
- Debit banjir bila air meluap
- Pemeliharaan jalan air
- Masalah keselamatan pengguna jalan air.
6. Teori dan Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah
Perbedaan karakteristik wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki, sehingga membutuhkan perbedaan kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk menunjukkan adanya perbedaan potensi ini maka dibentuklah zona-zona pengembangan ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan Ekonomi Daerah adalah pendekatan pengembangan ekonomi daerah dengan membagi habis wilayah sebuah daerah berdasarkan potensi unggulan yang dimiliki, dalam satu daerah dapat terdiri dari dua atau lebih zona dan sebuah zona dapat terdiri dari dua atau lebih cluster. Setiap zona diberi nama sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki, demikian pula pemberian nama untuk setiap cluster, misalnya : Zona Pengembangan Sektor Pertanian yang terdiri dari Cluster Bawang Merah, Cluster Semangka, Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan ekonomi daerah (ZPED) adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Pola pembangunan ekonomi dengan pendekatan Zona Pengembangan Ekonomi Daerah (ZPED), bertujuan:
1. Membangun setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan kompetitifnya/kompetensi intinya.
2. Menciptakan proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan berkesinambungan.
3. Memberikan peluang pengembangan wilayah kecamatan dan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan yang umumnya dikembangkan oleh para ahli ekonomi regional dewasa ini. Para ahli sangat concern dengan ide pengembangan ekonomi yang bersifat lokal, sehingga lahirlah berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development/LED).
Strategi ini terangkum dalam berbagai teori dan analisis yang terkait dengan pembangunan ekonomi lokal. Salah satu analisis yang relevan dengan strategi ini adalah Model Pembangunan Tak Seimbang, yang dikemukakan oleh Hirscman :
“Jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua priode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik walaupun sektor berkembang dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang terkait dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut”.
Model pembangunan tak seimbang menolak pemberlakuan sama pada setiap sektor yang mendukung perkembangan ekonomi suatu wilayah. Kompetensi inti dapat berupa produk barang atau jasa yang andalan bagi suatu zona/kluster untuk membangun perekonomiannya. Pengertian kompetensi inti menurut Hamel dan Prahalad (1995) adalah :
“Suatu kumpulan kemampuan yang terintegrasi dari serangkaian sumberdaya dan perangkat pendukungnya sebagai hasil dari proses akumulasi pembelajaran, yang akan bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis”.
Sedangan menurut Reeve (1995) adalah :
“Aset yang memiliki keunikan yang tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan yang unik, sehingga mampu membentuk suatu kompetensi inti”.
BAB 10
Sektor Pertanian
Sektor
PertanianIndonesia
1. Definisi Pertanian
A.T Mosher (1968;19)
mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas
proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi didalam setiap
usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah
penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer. Ia mengambil gas
karbondioksida dari udara melalui daunnya. Diambilnya air dan hara kimia dari
dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini, dengan menggunakan sinar
matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak yang dapat digunakan oleh
manusia. Pertumbuhan tumbuhan dan hewan liar berlangsung di alam tanpa campur
tangan manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai bagian dunia telah
mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya perbedaan dalam
penyinaran matahari, suhu, jumlah air atau kelembaban yang tersedia serta sifat
tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki syarat-syarat tersendiri terutama
tumbuhnya pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah menentukan
jenis-jenis hewan apakah yang hidup di daerah tersebut, karena beberapa di
antara hewan itu memakan tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut, sedangkan
lainnya memakan hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah kombinasi tumbuhan
dan hewan di berbagai dunia.
Pertanian terbagi ke
dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit (Mubyarto,
1989;16-17). Pertanian dalam arti luas mencakup :
1. Pertanian
rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan
(termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau perkebunan besar).
3. Kehutanan.
4. Peternakan.
Sebagaimana telah
disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian
rakyat yaitu usaha pertanian keluarga di mana diproduksinya bahan makanan utama
seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan
tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat
yang merupakan usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari perkataan “farm”
dalam Bahasa Inggris.
Pertanian akan selalu
memerlukan bidang permukaan bumi yang luas yang terbuka terhadap sorotan sinar
matahari. Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah, ladang dan
pekarangan. Di dalam pertanian rakyat hampir tidak ada usaha tani yang
memproduksi hanya satu macam hasil saja. Dalam satu tahun petani dapat
memutuskan untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman perdagangan. Alasan
petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas kebutuhan makan
untuk seluruh keluarga petani, sedangkan alasan menanam tanaman perdagangan
didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan
tanaman tersebut dan harapan harga.
Definisi Pertanian Padi
Manusia membutuhkan
energi untuk mempertahankan ketahanan tubuhnya. Nasi merupakan salah satu bahan
makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak, lagi pula nilai energi
yang terkandung di dalamnya cukup tinggi, sehingga berpengaruh besar terhadap
aktivitas tubuh atau kesehatan. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan
beras. Menurut cara tanamnya, padi dapat dibagi menjadi padi sawah dan padi
gogo. Padi sawah adalah padi yang ditanam di sawah dengan pengairannya
sepanjang musim atau setiap saat. Sedangkan padi gogo adalah padi yang
diusahakan di tanah tegalan kering secara menetap. Padi gogo diusahakan dengan
menerapkan teknik budidaya seperti pengolahan tanah, pemupukan, dan pergiliran
tanaman (AAK, 1990).
Definisi Usaha Tani
A.T Mosher (Mubyarto,
1989;66) memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau bagian dari
permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu
apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Sedangkan usaha
tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usaha tani dapat
berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.
Ciri yang sangat
menonjol dalam sistem usaha tani khususnya tanaman pangan adalah jaringan
irigasi. Sedangkan ciri umum yang spesifik pada suatu wilayah antara lain
adanya lahan yang selalu tergenang, lahan dataran tinggi dengan suhu yang
sangat rendah, kondisi iklim yang kering atau basah. Bentuk umum sistem usaha
tani diIndonesiadapat dibedakan (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pertanian, 1990) antara lain :
1. Sistem
usaha tani lahan sawah dengan tanaman padi sebagai tanaman utama, diselingi
palawija, sayur-syuran atau tebu.
2. Sistem
usaha tani lahan kering atau tegalan di mana padi gogo dan berbagai jenis
tanaman palawija dan hortikultura sebagai komoditas pokok.
3. Sistem
usaha tani lahan dataran tinggi banyak ditanami dengan sayur-sayuran dan
beberapa jenis palwija dan sebagian varietas padi.
4. Usaha
tani perkebunan yang umumnya menanam berbagai jenis tanaman ekspor dan industri
sebagai komoditas yang diusahakan
Nilai Tukar Petani
Tujuan pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat,
sehingga dalam setiap tahapan pembangunan kesejahteraan masyarakat selalu
menjadi tujuan utama. Sebagai Negara agraris dengan jumlah penduduk besar dan
proporsi rumah tangga yang bekerja di pertanian dominan, maka perhatian
terhadap kesejahteraan petani dinilai sangat strategis. Salah satu alat ukur
kesejahteraan petani yang digunakan saat ini adalah Nilai Tukar Petani (NTP).
NTP dihitung dari rasio harga yang diterima petani (HT) terhadap harga yang
dibayar petani (HB). Konsep ini secara sederhana menggambarkan daya beli
pendapatan petani. Namun konsep penghitungan NTP yang didasarkan kepada
kuantitas yang tetap (indeks Laspeyres) belum sepenuhnya merupakan
indikator kesejahteraan petani. Kenaikan harga produk yang diterima petani
tidak identik dengan peningkatan pendapatan petani. Kenaikan harga yang
diterima petani justru mengindikasikan kelangkaan suplai/produksi pertanian.
Konsep pengukuran NTP juga tidak mengakomodasikan perkembangan produktivitas,
kemajuan teknologi dan pembangunan. Dalam kaitan sebagai indikator
kesejahteraan petani, penyempurnaan penghitungan NTP perlu dilakukan melalui
pendekatan nilai yaitu dengan memasukkan unsur kuantitas sehingga NTP
merupakan rasio antara nilai pendapatan terhadap nilai pengeluaran. Cara paling
sederhana adalah dihitungnya Indeks Produksi Pertanian dan Indeks
Konsumsi Rumah tangga petani dalam penghitungan NTP. Penyempurnaan lain adalah
menyempurnakan cakupan petani sesuai definisi pertanian dalam perhitungan
NTP.
Tren Investasi
Pertanian
Investasi
berarti suatu pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan
stok barang modal. Stok barang modal (capital stock) dan terdiri dari pabrik,
jalan, jembatan, perkantoran, produk-produk tahan lama lainnya, yang digunakan
dalam proses investasi. Investasi dapat diartikan juga sebagai pengeluaran
tambahan yang ditambahkan pada komponen-komponen barang modal (capital
accumulation). Sektor pertanian adalah salah satu sektor penting dalam
pergerakan perekonomian di Indonesia, terutama pada perekonomian pedesaan.
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah rendahnya perkembangan investasi
dibidang pertanian, terutama spesifikasi pada investasi bidang pertanian dalam
arti sempit. Salah satu sektor penunjang yang dapat menjadi indikator investasi
adalah sektor perbankan. Berdasarkan data posisi pinjaman investasi yang
diberikan oleh sektor perbankan (baik bank pPersero, Bank Perkreditan Rakyat,
Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Swasta Asing, dan Bank
Campuran)kepada sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan, tren
pemberian modal investasi pada tahun 2005-januari 2011 cenderung stagnan. Pada
Bank Persero, pemberian pinjaman investasi mengalami peningkatan(dalam miliar
rupiah) dari 7.579 pada 2005 atau 19.18% menjadi 28.307 pada januari 2011 atau
31.5%. sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan mendapatkan jumlah
dan proporsi terbesar dalam penyaluran kredit investasi. Namun, peningkatan ini
masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan pada sektor listrik,
gas, dan air bersih yang mendapatkan proporsi sebesar 0.2% pada 2005 dan
meningkat menjadi 9% pada 2011. Pada Bank Pemerintahan Daerah, pada januari
2011, alokasi pinjaman investasi terbesar diberikan kepada sektor jasa, yaitu
21.76%. sektor jasa mengalami peningkatan yang sangat signifikan, karena pada
tahun 2005 sektor ini hanya mendapatkan alokasi sebesar 8.68%. sedangkan sekrot
pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan mendapatkan proporsi sebesar
18.8% pada 2005 dan 15.74% pada januari 2011. Hal ini menunjukan bahwa sektor
pertanian mengalami penurunan proporsi pemberian modal kreit pada bank
pemerintahan daerah. Pada bank swasta nasional, sektor pertanian, perikanan,
peternakan dan kehutanan mendapatkan proporsi sebesar 9.02% pada 2005 dan
menjadi 8.46% pada januari 2011. Proporsi tertinggi pemberian pinjaman
investasi pada 2005 oleh bank swasta nasional adalah pada sektor perdagangan,
hotel, dan restoran sebesar 20.15%, dan pada januari 2011, sebesar 20.27%. Pada
bank swasta asing dan campuran, sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan
kehutanan memperoleh proporsi sebesar 1.9% pada 2005 dan 11.2% pada 2011.
Sedangkan sektor yang mendapatkan pinjaman terbesar adalah industri pengolahan
sebesar 43.8% pada 2005 dan 28% pada 2011. Berdasarkan data perkembangan
realisasi investasi PMA tahun 2006-2009, sektor tanaman pangan dan perkebunan
mendapatkan nilai realisasi investasi yang mengalami penurunan. Pada sektor
peternakan, nilai realisasi investasi mengalami peningkatan tajam pada 2007
namun setelah itu mengalami penurunan drastis hingga 2009. Sektor kehutanan
sejak tahun 2007 tidak mendapatkan realisasi investasi, sedangkan sektor
perikanan juga mengalami penurunan. Akan tetapi, jika diperhatikan secara
keselurhan, dapat disimpulkan bahwa investasi luar negeri lebih banyak
dialokasikan ke sektor sekunder dan tersier, dengan proporsi lebih dari 50%.
Berdasarkan data perkembangan realisasi investasi PMD tahun 2006-2009,sektor
tanaman pangan mengalami peningkatan pada tahun 2007, menurun pada tahun 2008,
dan meningkat kembali tahun 2009. Sektor petrnakan juga mengalami fluktuasi,
sedangkan sektor perikanan mengalami peningkatan. Sma seperti PMA, PMD pada
sektor pertanian memiliki proporsi yang masih lebih kecil dibandingkan pada
sektor lain.
Identifikasi
Penyebab Investasi Pertanian Terhambat
Berdasarkan
data-data diatas, terlihat bahwa perkembangan investasi untuk sektor pertanian
memiliki kecenderungan yang terus menurun. Terdapat beberapa hal yang dapat
menjadi penyebab ketidaktertarikan investor untuk menanamkan modalnya ke sektor
petanian, diantaranya:
Pertama, sektor pertanian
memiliki risiko dan ketidakpastian yang sangat tinggi dibanding sektor lain.
Terlebih lagi dengan adanya climate change yang menyebabkan kemungkinan
terjadinya fluktuasi produksi menyebabkan ketidakpastian dan risiko yang
dihadapi semakin tinggi.
Kedua, pada kasus
pertanian di Indonesia, minimnya sarana pendukung yang tersedia menjadi slah
satu faktor yang membuat investasi pada pertanian semakin tidak menarik.
Seperti yang telah banyak diketahui, saat ini sarana pertanian seperti irigasi
misalnya yang ada di daerah adalah peninggalan masa orde baru dan sudah semakin
tidak terawat. Selain itu, karena umuya sentra produksi pertanian berada di
daerah, dan infrastruktur sepeti jalan yang ada pada beberpaa jalur misalkan
pada jalur pantura kurang baik sehingga besarnya kemungkinan terjadi kerusakan
barang semakin tinggi.
Ketiga, masih sulitnya
birokrasi yang ada apabila hemdak mendirikan usaha pertanian yang memiliki
skala ekonomi yang cukup besar sehingga menjadi kurang menarik.
Keempat, masih tidak
stabilnya iklim investasi di Indonesia. Hal ini berlaku secara keseluruhan,
baik sektor pertanian maupun nonpertanian.
Kelima, masih tidak
stabilnya iklim politik dan pada beberapa komoditi pertanian yang menjadi
komoditi politik.
Keenam, masih maraknya
pungutan-pungutan liar di Indonesia sehingga semakin meningkatkan biaya yang
harus dikeluarkan. Masih terdapatnya tumpang tindih kebijakan antar departemen
atau kementrian yang ada dan kurangnya koordinasi antar instansi pemeerintahan
sehingga menimbulkan kebingungan pada investor
Ketujuh, adanya otanomi
daerah yang terkadang kebijakannya tumpang tindih dengan kebijakan pemerintah
pusat.
Kedelapan, anggapan bahwa
investasi sektor pertanian tidak menarik dibandingkan dengan sektor lain.
Pertanian Sektor
pertanian adalah sektor yang memiliki peran penting dalam meningkatkan
perekonomian, terutama perekonomian pedesaan. Saat ini tren investasi pertanian
memiliki tren yang mengalami penurunan. Hal yang paling utama untuk
meningkatkan minat investasi bidang pertanian adalah menyinergiskan kebijakan
dalam pemerintahan, baik antara departemen/kementrian di pemerintah pusat
maupun dengan pemerintah daerah. Dengan adanya kesinergisan kebijakan, maka
investor mendapatkan suatu kepastian kebijakan investasi sehingga mereka dapat
lebih mudah untuk mengambil keputusan investasi. Pemerintah juga perlu
melakukan upaya pendekatan kepada investor untuk menanamkan modalnya dibidang
pertanian. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kemudahan untuk
investasi misalkan bantuan untuk merampingkan jalur birokrasi, memberikan
jaminan kestabilan politik dan keamanan investasi, serta perbaikan
infrastruktur sehingga dapat meminimalisasi risiko dan ketidakpastian yang
dihadapi.
Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
Jika mau berkaca dari negara yang telah lebih
dahulu maju dibanding dengan Indonesia, pada awalnya mereka (negara-negara
maju) menitikberatkan pembangunan perekonomian mereka pada sektor pertanian
untuk kemudian dikembangkan dan beralih perlahan-lahan menjadi sektor industri.
Perubahan ini tidak berlangsung secara tiba-tiba melainkan dengan serangkaian
proses yang panjang dan tentunya pertanian dijadikan sebagai pondasi, baik
sebagai penyedia bahan baku maupun modal untuk membangun industri.
Berkaca pada krisis yang telah terjadi, proses industrialisasi yang
didengung-dengungkan pemerintah kurang mendapat moment yang tepat. Pada
akhirnya Indonesia yang direncanakan akan menjadi negara industri-dalam waktu
yang tidak lama lagi, tidak terwujud hingga saat sekarang ini.
Melihat kenyataan itu, sudah seharusnya kita memutarbalikkan
kemudi ekonomi untuk mundur selangkah merencanakan dan kemudian melaksanakan
dengan disiplin setiap proses yang terjadi. Yang terpenting yaitu harus dapat
dipastikan bahwa sektor pertanian mendapat prioritas dalam proses pembangunan tersebut.
Mengingat, sampai dengan saat ini negara-negara maju pun tidak dapat
meninggalkan sektor pertanian mereka, hingga kalau sekarang kita coba melihat
sektor pertanian sekelas negara maju, sektor pertanian mereka mendapat proteksi
yang besar dari negara dalam bentuk subsidi dan bantuan lainnya.
Ada beberapa alasan (yang dikemukakan oleh Dr.Tulus Tambunan dalam
bukunya Perekonomian Indonesia) kenapa sektor pertanian yang kuat sangat
esensial dalam proses industrialisasi di negara Indonesia, yakni sebagai berikut
:
1. Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan
terjamin dan ini merupakan salah satu prasyarat penting agar proses
industrialisasi pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa
berlangsung dengan baik.
2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian
yang kuat membuat tingkat pendapatan rill per kapita disektor tersebut tinggi
yang merupakan salah satu sumber permintaan terhadap barang-barang nonfood,
khususnya manufaktur. Khususnya di Indonesia, dimana sebagaina besar penduduk
berada di pedesaan dan mempunyai sumber pendapatan langsung maupun tidak
langusng dari kegitan pertanian, jelas sektor ini merupakan motor utama
penggerak industrialisasi.
3. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah satu
sumber input bagi sektor industri yang mana Indonesia memiliki keunggulan
komparatif.
4. Masih dari sisi penawaran, pembangunan yang baik disektor
pertanian bisa menghasilkan surplus di sektor tersebut dan ini bisa menjadi
sumber investasi di sektor industri, khususnya industri berskala kecil di
pedesaan.
Melihat hal itu, sangat penting untuk kita saling bersinergi dalam
meningkatkan produktivitas pertanian. Pemerintah-dalam hal ini pemangku
kebijakan, membuat regulasi yang memiliki tujuan yang selaras dengan cita-cita
bersama, menganggarkan dana untuk pengembangan pertanian, memberikan
pengetahuan dengan jalan memberdayakan tenaga penyuluh pertanian agar dapat
membantu petani dengan maksimal, bank dalam hal ini penyedia dana publik dapat
lebih bersahabat dengan petani, agar keterbatasan dana dapat teratasi dengan
bantuan bank sebagai penyedia dana dengan bunga yang kecil, perguruan tinggi
sangat penting untuk mengadakan penelitian-penelitian yang masiv dan dapat
diaplikasikan langsung untuk meningkatkan produktivitas pertanian, swasta
diharapkan dapat menginvestasikan modal mereka untuk membuat pabrik-pabrik
pengolahan produk-produk pertanian kita sehingga ketika kita ingin
memasarkannya ke luar (ekspor) maka kita akan dapat menghasilkan pendapatan
lebih (karena nilai yang lebih tinggi) dan tentunya masyarakat (petani) sebagai
subjek dapat dengan benar-benar serius dalam menjalankan setiap program yang
diberikan pemerintah (dengan asums : program yang dibuat oleh pemerintah sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan oleh petani)…
Ketika hal ini berjalan dengan baik, maka kita dapat meningkatkan
produk-produk pertanian kita sejalan dengan peningkatan industri manufaktur
yang membutuhkan bahan baku yang kita produksi dari para petani-petani
kita. Maka dari itu, peningkatan pendapatan para petani akan berkorelasi
positif terhadap meningkatnya kesejahteraan petani dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
SUMBER :
http://reizalichaal.blogspot.com/2012/09/contoh-makalah-tentang-masalah.html
http://farhaanahramadhani.blogspot.com/2015/04/perubahan-penerimaan-daerah-dan-peranan.html/
Sumber
daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan,
dan mikroorganisme,
tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi,
gas alam,
berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi,
kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri
telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga
persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad
belakangan ini. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan
manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa
negara seperti Indonesia, Brazil,
Kongo, Maroko, dan berbagai
negara di Timur Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang
sangat berlimpah. Sebagai contoh, negara di kawasan Timur Tengah
memiliki persediaan gas alam sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko
sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar
setengah dari yang ada di bumi. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini
seringkali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi
di negara-negara tersebut.
Indonesia,
salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam hayati dan nonhayati
terbesar di dunia.Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat
digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui.
SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama
penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme,
sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan.
Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi
dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak dapat diperbaharui adalah
SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses
pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Minyak
bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan
waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya
sangat terbatas., minyak bumi dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal
dari lingkungan perairan.Perubahan tekanan
dan suhu panas selama jutaaan tahun
ini kemudian mengubah materi
dan senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis
bahan tambang tersebut.
Daya dukung lingkungan
Kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup
yang meliputi ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu
disebut daya dukung lingkungan. Keberadaan sumber daya alam di bumi tidak
tersebar merata sehingga daya dukung lingkungan pada setiap daerah akan
berbeda-beda. Oleh karena itu, pemanfaatannya harus dijaga agar terus
berkesinambungan dan tindakan eksploitasi harus dihindari. Pemeliharaan dan
pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional antara
lain sebagai berikut:
- Memanfaatkan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien,
misalnya: air, tanah, dan udara.
- Menggunakan
bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).
- Mengembangkan
metode penambangan dan pemrosesan yang lebih efisien serta dapat didaur
ulang.
- Melaksanakan
etika lingkungan dengan menjaga kelestarian alam.
Sumber daya alam di Indonesia
Indonesia
merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di dunia setelah Brazil. Fakta
tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman sumber daya alam hayati yang
dimiliki Indonesia dan hal ini, berdasarkan Protokol Nagoya, akan
menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi
yang berkelanjutan (green economy).
Kekayaan alam di Indonesia yang melimpah terbentuk oleh beberapa faktor, antara
lain:
- Dilihat
dari sisi astronomi, Indonesia terletak pada daerah tropis
yang memiliki curah hujan yang tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang
dapat hidup dan tumbuh dengan cepat.
- Dilihat
dari sisi geologi, Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak terbentuk
pegunungan
yang kaya akan mineral.
- Daerah
perairan di Indonesia kaya sumber makanan
bagi berbagai jenis tanaman dan hewan laut, serta mengandung juga berbagai
jenis sumber mineral.
Tingginya tingkat biodiversitas Indonesia ditunjukkan dengan
adanya 10% dari tanaman berbunga
yang dikenal di dunia dapat ditemukan di Indonesia, 12% dari mamalia,
16% dari hewan reptil,
17% dari burung,
18% dari jenis terumbu karang, dan 25% dari hewan laut.[12]
Di bidang agrikultur,
Indonesia juga terkenal atas kekayaan tanaman perkebunannya,
seperti biji coklat,
karet, kelapa sawit,
cengkeh,
dan bahkan kayu
yang banyak diantaranya menempati urutan atas dari segi produksinya di dunia.
Sumber daya alam di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan
hayatinya saja. Berbagai daerah di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil
berbagai jenis bahan tambang, seperti petroleum,
timah, gas alam,
nikel, tembaga,
bauksit,
timah, batu bara,
emas, dan perak. Di samping itu,
Indonesia juga memiliki tanah
yang subur dan baik digunakan untuk berbagai jenis tanaman. Wilayah perairan
yang mencapai 7,9 juta km2 juga menyediakan potensi alam yang sangat
besar.
Sumber daya alam dan pertumbuhan ekonomi
Sumber daya alam dan tingkat perekonomian
suatu negara memiliki kaitan yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara
teoritis akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi, pada
kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena negara-negara di
dunia yang kaya akan sumber daya alamnya seringkali merupakan negara dengan
tingkat ekonomi yang rendah. Kasus ini dalam bidang ekonomi sering pula disebut
Dutch disease. Hal ini
disebabkan negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari hasil
bumi memiliki kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada
negara-negara yang bergerak di sektor industri dan jasa. Di samping itu, negara
yang kaya akan sumber daya alam juga cenderung tidak memiliki teknologi yang
memadai dalam mengolahnya. Korupsi, perang saudara, lemahnya pemerintahan
dan demokrasi
juga menjadi faktor penghambat dari perkembangan perekonomian negara-negara
terebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pembenahan sistem
pemerintahan, pengalihan investasi dan penyokongan ekonomi ke bidang industri
lain, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pemberdayaan
sumber daya alam. Contoh negara yang telah berhasil mengatasi hal tersebut dan
menjadikan kekayaan alam sebagai pemicu pertumbuhan negara adalah Norwegia
dan Botswana.
Pemanfaatan sumber daya alam
Sumber daya alam memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia. Untuk memudahkan pengkajiannya, pemanfaatan SDA dibagi berdasarkan
asalnya, yaitu SDA hayati dan nonhayati.
Sumber daya alam hayati :
Tumbuhan
Tumbuhan
merupakan sumber daya alam yang sangat beragam dan melimpah. Organisme
ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen
dan pati
melalui proses fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen
atau penyusun dasar rantai makanan. Eksploitasi tumbuhan yang
berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kepunahan dan hal ini akan
berdampak pada rusaknya rantai makanan. Kerusakan yang terjadi karena punahnya
salah satu faktor dari rantai makanan akan berakibat punahnya konsumen
tingkat di atasnya. Pemanfaatan tumbuhan oleh manusia diantaranya:
- Bahan
makanan: padi,
jagung,gandum,tebu
- Bahan
bangungan: kayu jati, kayu
mahoni
- Bahan
bakar (biosolar): kelapa sawit
- Obat:
jahe,
daun
binahong,
kina,
mahkota dewa
- Pupuk
kompos.
Pertanian dan perkebunan
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar
penduduk Indonesia mempunyai pencaharian di bidang pertanian
atau bercocok tanam. Data statistik pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 45%
penduduk Indonesia bekerja di bidang agrikultur. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara ini memiliki lahan seluas lebih dari 31 juta ha yang
telah siap tanam, dimana sebagian besarnya dapat ditemukan di Pulau Jawa. Pertanian di
Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain
padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong. Di samping itu,
Indonesia juga dikenal dengan hasil perkebunannya, antara lain karet (bahan baku ban), kelapa sawit
(bahan baku minyak goreng), tembakau (bahan baku obat dan rokok), kapas (bahan baku tekstil),
kopi (bahan minuman), dan tebu (bahan baku gula pasir).
Hewan, peternakan, dan perikanan
Sumber daya alam hewan dapat berupa hewan liar maupun hewan yang
sudah dibudidayakan. Pemanfaatannya dapat sebagai pembantu pekerjaan berat
manusia, seperti kerbau dan kuda atau
sebagai sumber bahan pangan, seperti unggas dan sapi. Untuk menjaga
keberlanjutannya, terutama untuk satwa langka, pelestarian secara in situ dan
ex situ terkadang harus dilaksanakan. Pelestarian in situ adalah pelestarian
yang dilakukan di habitat asalnya, sedangkan pelestarian ex situ adalah
pelestarian dengan memindahkan hewan tersebut dari habitatnya ke tempat lain.
Untuk memaksimalkan potensinya, manusia membangun sistem peternakan,
dan juga perikanan,
untuk lebih memberdayakan sumber daya hewan.
Sumber daya alam nonhayati :
Air
Sumber daya alam, air.
|
Air merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk hidup dan bumi
sendiri didominasi oleh wilayah perairan. Dari total wilayah perairan yang ada,
97% merupakan air asin (wilayah laut,
samudra,
dll.) dan hanya 3% yang merupakan air tawar (wilayah sungai, danau, dll.). Seiring
dengan pertumbuhan populasi manusia, kebutuhan akan air, baik itu untuk
keperluan domestik dan energi,
terus meningkat. Air juga digunakan untuk pengairan,
bahan dasar industri
minuman, penambangan, dan aset rekreasi. Di bidang energi, teknologi penggunaan air sebagai
sumber listrik sebagai pengganti dari minyak bumi telah dan akan terus
berkembang karena selain terbaharukan, energi yang dihasilkan dari air
cenderung tidak berpolusi
dan hal ini akan mengurangi efek rumah kaca.
Angin
Pada era ini, penggunaan minyak bumi, batu bara, dan berbagai
jenis bahan bakar
hasil tambang
mulai digantikan dengan penggunaan energi
yang dihasilkan oleh angin. Angin mampu menghasilkan energi dengan menggunakan turbin
yang pada umumnya diletakkan dengan ketinggian lebih dari 30 meter di daerah
dataran tinggi. Selain sumbernya yang terbaharukan dan selalu ada, energi yang
dihasilkan angin jauh lebih bersih dari residu yang dihasilkan oleh bahan bakar
lain pada umumnya. Beberapa negara yang telah mengaplikasikan turbin angin
sebagai sumber energi alternatif adalah Belanda
dan Inggris.
Tanah
Tanah adalah komponen penyusun permukaan bumi .Tanah termasuk
salah satu sumber daya alam nonhayati yang penting untuk menunjang pertumbuhan penduduk
dan sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis makhluk hidup. Pertumbuhan
tanaman pertanian dan perkebunan secara langsung terkait dengan tingkat
kesuburan dan kualitas tanah. Tanah tersusun atas beberapa komponen, seperti
udara, air, mineral, dan senyawa organik.
Hasil tambang
Sumber daya alam hasil penambangan memiliki beragam fungsi bagi
kehidupan manusia, seperti bahan dasar infrastruktur,
kendaraan bermotor, sumber energi, maupun
sebagai perhiasan.
Berbagai jenis bahan hasil galian memiliki nilai ekonomi yang besar dan hal ini
memicu eksploitasi sumber daya alam tersebut. Beberapa negara, seperti
Indonesia dan Arab, memiliki pendapatan yang sangat besar dari sektor ini.
Jumlahnya sangat terbatas, oleh karena itu penggunaannya harus dilakukan secara
efisein.
Kesimpulan yang dapat saya ambil tetntang materi ini adalah sumber
daya alam yang terdapat dalam di negeri Indonesia sangatlah banyak sehingga
dapat memungkinkan memajukan Negara Indonesia sebagai Negara maju dan bukan
lagi Negara berkembang. Seperti dalam konteks hasil tambang, Indonesia banyak
sekali pegunungan dan lautan yang menyimpan didalamnya banyak hasil tambang
seperti minyak bumi dan lain-lain. Belum lagi sumber daya hayati dan non
hayatinya yang sangat melimpah. Namun sayangnya Indonesia belum bisa mengolah
sendiri hasil hasil sumber daya alam tersebut melainkan ada yang menjualnya
dengan cara mentah-mentah dan di bantu tenaga asing sehingga menambah
kost(biaya) lebih untuk membuatnya menjadi tidak barang mentah. Dan lemahnya
Indonesia dalam konteks ini adalah menjual sumber daya mentah dan di olah di
Negara lain lalu Indonesia membelinya
kembali dengan harga yang tak lagi sama dengan harga awal.
BAB 5. PDB, PERTUMBUHAN DAN
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI.
Produk domestik bruto (PDB)
Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu
metode untuk menghitung pendapatan
nasional.
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa
yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya
per tahun). PDB berbeda dariproduk nasional bruto karena
memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara
tersebut.
PDB Nominal merujuk kepada
nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga.PDB dapat dihitung dengan memakai dua
pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum
untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:
PDB = Konsumsi +investasi + Pengeluaran
pemerintah + (EKSPOR-IMPOR)
Di mana konsumsi adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, invesasi oleh sektor
usaha pengeluaran pemerinah oleh pemerintah,
dan ekspor dan impormelibatkan sektor luar negeri.
Sementara pendekatan pendapatan
menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi
PDB
= sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan
pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, Upah untuk tenaga
kerja,bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Pertumbuhan
dan perubahan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses
perubahan kondisi suatu perekonomian
Negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu.
Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia
1. Faktor produksi
2. Faktor investasi
3. Factor perdagangan dan negri dan
neraca pembayaran
4. Factor kebijakan moneter dan inflasi
5. Faktor keuangan Negara
- Pendapatan Nasional
Ada
dua arti dari PN, yakni dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti
sempit PN adalah PN. Dalam arti luas, PN dapat merujuk ke PDB, atau merujuk ke
PNB, atau ke produk nasional netto (PNN).
Sesuai metode yang standar, perhitungan PN diawali diawali dengan perhitungan
PDB. Hubungan antara PDB dan PN dapat dijelaskan melalui beberapa persamaan
sederhana sebagai berikut.
PNB=
PDB+F
PNN=PNB-D
PN=PNN-Ttl
Dimana
: F pendapatan netto atas faktor luar negri,
D= Penyusutan; dan Ttl = pajak tak langsung neto (
variabel-variabel lainya telah dijelaskan di dalam teks). Jika tiga persamaan
di gabungkan, akan dapat persamaan berikut.
PDB
= PN + Ttl + D – F
Atau
PN=
PDB + F – D –Ttl
PDB
dapat diukur dengan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dua pendekatan pertama
tersebut adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat, sedangkan pendekatan
pengeluaran adalah perhitungan PDB adalah jumlah nilai output (NO) dari semua
sektor ekonomi atau lapangan usaha, PDB adalah jumlah NO dari kesembilan sektor
tersebut
PDB
= ∑ NO
Oleh
sebab itu, dalam pendekataan pendapatan, PDB adalah jumlah dari nilai tambah
bruto (NTB) dari kesembilan sektor tersebut.
PDB
= NTB1 + NTB 2+ ……NTB9
Menurut
pendekatan pengeluaran,
PDB
= C + I + G+ X –M
- Sumber
– Sumber Pertumbuhan
Pertumbuhan
ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi permintaan agregat (AD) Atau
/ dan sisi penawaran agregat ( AS). Seperti yang diilustrasikan pada
gambar. Titik potong antara kurva AD dengan kurva AS Adalah titik keseimbangan
ekonomi yang menghasilkan suatu jumlah output agregat (PDB) tertentu dengan
tingkat harga umum tertentu. Output agregat yang dihasilkan di dalam suatu
ekonomi (atau negara ) selanjutnya membentuk PN. Apabila pada periode awal
(t=0) adalah Y0, maka yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah apabila
pada periode berikutnya output= Y1, yang mana Y1 >Y0.
- Sisi
Permintaan Pertumbuhan
Dari
sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan peningkatan permintaan
di dalam ekonomi terjadi karena PN. Yang terdiri dari permintaan masyarakat
(konsumen), perusahaan, dan pemerintah, meningkat,. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, sisi AD (penggunaan PDB) terdiri dari empat komponen: konsumsi
rumah tangga.investasi, konsumsi. Sisi AD di dalam suatu ekonomi bisa
digambarkan dalam suatu model ekonomi makro sederhana sebagai berikut.
Y=
C+I+G+X-M
C=
Cy+Ca
I=-ir+Ia
G=Ga
X=Xa
M=My+Ma
- Sisi
penawaran Agregat
Faktor
produksi dapat ditulis dalam suatu fungsi sederhana sbb:
Q=
f (X1,X2,X3,…….Xn)
Dimana
Q mewakili volume output dan,X1,X2,X3……Xn adalah volume dari faktor*
produksi yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut.
C.Teori-teori
dan Model-model Pertumbuhan
a.
teori dan model pertumbuhan ekonomi (di lihat dari sisi AS/ produksi), yakni
teori neoklasik dan teori modern.Dalam kelompok teori neoklasik , faktor*
produksi dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan output adalah jumlah
L dan K; yang terakhir ini bisa dalam bentuk keuangan dan barang modal(seperti
mesin).
b.Teori
Modern dan Model Pertumbuhan Endogen
Dalam
teori modern, faktor* produksi yang krusial tidak hanya L dan K, tetapi
juga perubahan T ( yang berkandung di dalam barang modal atau mesin), E
kewirausahaan (kw), bahan baku (bb) dan material (MT).
Dilihat
dari kerangka pemikiran kelompok teori modern tersebut, ada
sejumlah perbedaan yang mendasar dengan kelompok teori neoklasik. Di antaranya
adalah yang mencakup L,K, dan Kw. Dalam kelompok teori ini kualitas L lebih
penting daripada kuantitas nya.
Di
dalam modelnya , laju pertumbuhan keseimbangan (waranted growth) yang
membuwat besarnya S Yang direncanakan ditetapkan selalu sama dengan
besarnya I yang direncanakan yaitu:
sYt
=ICOR(Yt-Yt-1)
(Yt-Yt-1)/Y=s/ICOR
Pada
model ekonomi makro dari IBII (2000) diasumsikan bahwa faktor produksi yang
menenyukan kapasitas produksi di Indonesia adalah jumlah K, karena faktor
L di Indonesia (terutama berasal dari sektor pertanian) cukup melimpah.
Berdasarkan
asumsi ini, maka perubahan kapasitas produksi tergantung pada perubahan kapital
(IBII,2000) :
∆cap
= (1/k)*∆K
Dimana
:
Cap
= kapasitas produksi atau potensial output
K=
rasio output modal (COR ) yang mengukur tingkat efisien penggunaan K.
Dilain
pihak, di dalam model makro ini K pada tahun tertentu (t) di definisikan
sebagai penjumlahan stok K tahun lalu (t-1) dan 1 bersih :
K(t)=k(t-1)+(i-s)
Dimana:
I=i
kotor
S=pengurangan
K
Pemotongan
K adalah K yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis karena output yang
dihasilkan lebih kecil daripada biaya produksinya. Dengan melakukan substitusi
persamaan di peroleh :
∆cap=
(1/k)*(i-s)
c.Pertumbuhan
TFP
Berdasarkan
studi-studi emperis mengenai pertumbuhan ekonomi dan sumber-sumbernya ,
pack n dan page menyatakan bahwa terdapat 2 sumber utama pertumbuhan, yakni
pertumbuhan yang bersumber dari peningkatan (investment –driven growth) dan
pertumbuhan yang di dorong oleh peningkatan produktivitas
(produktivity-driven growth).
Sumber
pertumbuhan output yang berasal dari peningkatan produktivitas dan input-input
produksi dapat dihitung secara persial,
Ln
Yt=LnTt+αLn Kt+βLnKt +βLnLt
Dapat
di rumuskan kembali sebagai berikut.
Ln
Yt = Ln Tt + (1-β)Ln Kt + β Ln Lt
=
Ln Tt+LnKt+β (Ln Lt-Ln Kt)
Ln
Yt-Ln Kt= Ln Tt +β (Ln Lt-Ln Kt)
Ln(Yt/Kt)=
Ln Tt +β Ln (Lt/Kt)
Yt/Kt
= Tt(Lt/Kt)β
BAB 6 & 7 .KEMISKINAN DAN
KESENJANGAN
A. KONSEP
DAN PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
·
Gambaran kekurangan materi, yang
biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi
kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·
Gambaran tentang kebutuhan sosial,
termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
·
Gambaran tentang kurangnya penghasilan
dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar
profesi secara halal.
Kemiskinan
dapat dilihat dari dua sisi yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif adalah konsep kemiskinan yang mengacu
pada kepemilikan materi dikaitkan dengan standar kelayakan hidup seseorang atau
kekeluarga. Kedua istilah itu menunjuk pada perbedaan sosial (social distinction)
yang ada dalam masyarakat berangkat dari distribusi pendapatan. Perbedaannya
adalah bahwa pada kemiskinan absolut ukurannya sudah terlebih dahulu ditentukan
dengan angka-angka nyata (garis kemiskinan) dan atau indikator atau kriteria
yang digunakan, sementara pada kemiskinan relatif kategori kemiskinan
ditentukan berdasarkan perbandingan relatif tingkat kesejahteraan antar
penduduk.
B. GARIS
KEMISKINAN
Garis
kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang
dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu
negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis
kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada
di negara berkembang.
Hampir
setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan
berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat
miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program
peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi
kemiskinan.
C. PENYEBAB
DAN DAMPAK KEMISKINAN
Secara
umum, penyebab kemiskinan dapat dibagi kedalam empat mazhab (Spicker,
2002),yaitu:
Pertama,
Individual explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan cenderungdiakibatkan
oleh karakteristik orang miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud
sepertimalas dan kurang sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam
bekerja. Mereka juga sering salah dalam memilih, termasuk memilih pekerjaan,
memilih jalan hidup,memilih tempat tinggal, memilih sekolah dan lainnya. Gagal,
sebahagian orang miskin bukankarena tidak pernah memiliki kesempatan, namun ia
gagal menjalani dengan baik kesempatantersebut. Seseorang yang sudah bekerja
namun karena sesuatu hal akhirnya ia diberhentikan(PHK) dan selanjutnya menjadi
miskin.
Kedua,
Familial explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan lebih disebabkan
olehfaktor keturunan. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah telah membawa
dia kedalamkemiskinan. Akibatnya ia juga tidak mampu memberikan pendidikan yang
layak kepadaanaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikian
secara terus menerusdan turun temurun.
Ketiga,
Subcultural explanation, menurut mazhab ini bahwa kemiskinan dapat disebabkan
oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik perilaku
lingkungan. Misalnya, kebiasaan yang bekerja adalah kaum perempuan, kebiasaan
yang enggan untuk bekerja kerasdan menerima apa adanya, keyakinan bahwa
mengabdi kepada para raja atau orang terhormatmeski tidak diberi bayaran dan
berakibat pada kemiskinan.
Keempat,
Structural explanations, mazhab ini menganggap bahwa kemiskinan timbul
akibatdari ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat,
kebijakan, dan aturanlain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan
lainnya hingga menimbulkankemiskinan di antara mereka yang statusnya rendah dan
haknya terbatas.
Kemiskinan
tidak hanya terdapat di desa, namun juga di kota. Kemiskinan di desa terutama
disebabkan oleh faktor-faktor antara lain:
1) Ketidakberdayaan.
Kondisi ini muncul karena kurangnya lapangan kerja, rendahnya hargaproduk yang
dihasilkan mereka, dan tingginya biaya pendidikan,
2) Keterkucilan,
rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya keahlian, sulitnya transportasi,
sertaketiadaan akses terhadap kredit menyebabkan mereka terkucil dan menjadi
miskin,
3) Kemiskinan
materi, kondisi ini diakibatkan kurangnya modal, dan minimnya lahan
pertanianyang dimiliki menyebabkan penghasilan mereka relatif rendah,
4) Kerentanan,
sulitnya mendapatkan pekerjaan, pekerjaan musiman, dan bencana alam,membuat
mereka menjadi rentan dan miskin,
5) Sikap,
sikap yang menerima apa adanya dan kurang termotivasi untuk bekerja
kerasmembuat mereka menjadi miskin.
Kemiskinan
di kota pada dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan di desa,
yang berbeda adalah penyebab dari faktor-faktor tersebut, misalnya faktor
ketidakberdayaan dikota cendrung disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja, dan
tingginya biaya hidup.
Kemiskinan
dapat juga disebabkan oleh:
a) Rendahnya
kualitas angkatan kerja,
b) Akses
yang sulit dan terbatas terhadap kepemilikan modal,
c) Rendahnya
tingkat penguasaan teknologi,
d) Penggunaan
sumberdaya yang tidak efisien,
e) Pertumbuhan
penduduk yang tinggi (Sharp et al, 2000).
Selain
dari berbagai pendapat di atas, kemiskinan secara umum disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang datang dari dalam diri orang miskin, seperti sikap yang menerima
apa adanya, tidak bersungguh-sungguh dalam berusaha, dan kondisi fisik
yangkurang sempurna. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari
luar diri si miskin, seperti keterkucilan karena akses yang terbatas, kurangnya
lapangan kerja, ketiadaan kesempatan, sumberdaya alam yang terbatas, kebijakan
yang tidak berpihak dan lainnya.
Dampak
dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks, yaitu :
1. Pengangguran.
Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja sebanyak
12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat krisis
multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini.
Dengan
banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan
karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan
mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran
telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat.
2. Kekerasan.
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari
pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan
yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan
dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya,
merampok, menodong, mencuri, menipu , dll.
3. Pendidikan.
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini.
Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau
dunia sekolah atau pendidikan.
4. Kesehatan.
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap
klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos
pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh
kalangan miskin.
5. Konflik
sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat
ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi
bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat
ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara,
persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan
identitas yang subjektif.
Dan
antara penggaruran, kemiskinan dan kesenjangan pendapatan saling berhubungan
dan mempunyai dampak yang cukup besar bagi negara.
D. PERTUMBUHAN,
KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
Merupakan
hubungan antara pertumbuhan dan kesenjangan.
Hubungan
antara tingkat kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi dapat
dijelaskan dengan Kuznet Hypothesis. Hipotesis ini berawal dari pertumbuhan
ekonomi (berasal dari tingkat pendapatan yang rendah berasosiasi dalam suatu
masyarakat agraris pada tingkat awal) yang pada mulanya menaik pada tingkat
kesenjangan pendapatan rendah hingga pada suatu tingkat pertumbuhan tertentu
selanjutnya kembali menurun. Indikasi yang digambarkan oleh Kuznet didasarkan
pada riset dengan menggunakan data time series terhadap indikator kesenjangan
Negara Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat.
Pemikiran
tentang mekanisme yang terjadi pada phenomena “Kuznet” bermula dari transfer
yang berasal dari sektor tenaga kerja dengan produktivitas rendah (dan tingkat
kesenjangan pendapatannya rendah), ke sektor yang mempunyai produktivitas
tinggi (dan tingkat kesenjangan menengah). Dengan adanya kesenjangan antar
sektor maka secara subtansial dapat menaikan kesenjangan diantara tenaga kerja
yang bekerja pada masing-masing sektor (Ferreira, 1999, 4).
Versi
dinamis dari Kuznet Hypothesis, menyebutkan kan bahwa kecepatan pertumbuhan
ekonomi dalam beberapa tahun (dasawarsa) memberikan indikasi naiknya tingkat
kesenjangan pendapatan dengan memperhatikan initial level of income (Deininger
& Squire, 1996). Periode pertumbuhan ekonomi yang hampir merata sering
berasosiasi dengan kenaikan kesenjangan pendapatan yang menurun.
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
·
Hubungan antara Pertumbuhan dan
Kesenjangan
Data decade 1970an dan 1980an mengenai
pertumbuhan ekonomi dan distribusi di banyak Negara berkembang, terutama
Negara-negara dengan proses pembangunan ekonomi yang tinggi, seperti Indonesia,
menunjukkan seakan-akan ada korelasi positif antara laju pertumbuhan dan
tingkat kesenjangan ekonomi: semakin tinggi pertumbuhan PDB atau semakin besar
pendapatan per kapita semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum
kaya. Studi dari Jantti (1997) dan Mule
(1998) memperlihatkan perkembangan ketimpangan pendapatan antara kaum miskin
dan kaum kaya di Swedia, Inggris dan AS, serta beberapa Negara di Eropa Barat
menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama decade 1970an dan 1980an. Jantti membuat kesimpulan semakin besar
ketimpangan distribusi pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi,
perubahan pasar buruh dan perubahan kebijakan public. Dalam perubahan pasar buruh, membesarnya
kesenjangan pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besarnya pendapatan
dari istri dalam jumlah pendapatan keluarga merupakan dua factor penyebab
penting.
Literature mengenai perubahan
kesenjangan dalam dsitribusi pendapatan awalnya didominasi oleh apa yang
disebuthipotesis Kuznets. Dengan memakai
data antar Negara (cross section) dan data dari sejumlah survey/observasi di
tiap Negara (time series), Simon Kuznets menemukan relasi antara kesenjangan
pendapatan dan tingkat perdapatan per kapita berbentuk U terbalik. Hasil ini diinterpretasikan sebagai evolusi
dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari ekonomi pedesaan (rural)
ke ekonomi perkotaan (urban) atau ekonomi industry.
·
Hubungan antara Pertumbuhan dan
Kemiskinan
Dasar teori dari korelasi antara
pertumbuhan dan kemiskinan tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan dengan
ketimpangan, seperti yang telah dibahas di atas. Mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal
proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan saat mendekati
tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur berkurang. Namun banyak factor lain selain pertumbuhan
yang juga mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat kemiskinan di suatu
wilayah/Negara seperti struktur pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi.
Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan
langkah-langkah dan program yang dirancang secara khusus dan terpadu oleh
pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat. Penulis ingin menitikberatkan karya ilmiah ini dengan 3 masalah
utama kemiskinan di Indonesia, yaitu: terbatasnya kecukupan dan mutu pangan,
terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, serta terbatasnya dan
rendahnya mutu layanan pendidikan.
Ø Terbatasnya
Kecukupan dan Mutu Pangan
Hal
ini berkaitan dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak
merata, dan kurangnya dukungan pemerintah bagi petani untuk memproduksi beras
sedangkan masyarakat Indonesia sangat tergantung pada beras. Permasalahan
kecukupan pangan antara lain terlihat dari rendahnya asupan kalori penduduk
miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita, dan ibu.
Ø Terbatasnya
dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan
Hal
ini mengakibatkan rendahnya daya tahan dan kesehatan masyarakat miskin untuk
bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk
tumbuh kembang, dan rendahnya kesehatan para ibu. Salah satu indikator dari
terbatasnya akses layanan kesehatan adalah angka kematian bayi. Data Susenas
(Survai Sosial Ekonomi Nasional) menunjukan bahwa angka kematian bayi pada
kelompok pengeluaran terendah masih di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup.
Ø Terbatasnya
dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan
Hal
ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, terbatasnya kesediaan sarana
pendidikan, terbatasnya jumlah guru bermutu di daerah, dan terbatasnya jumlah
sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar. Pendidikan formal belum dapat
menjangkau secara merata seluruh lapisan masyarakat sehingga terjadi perbedaan
antara penduduk kaya dan penduduk miskin dalam masalah pendidikan.
·
Faktor - faktor Penyebab Kemiskinan
Yang
menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu :
1. Kemiskinan
alamiah.
Kemiskinan
alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas,penggunaan teknologi yang
rendah,dan bencana alam.
2. Kemiskinan
buatan.
Kemiskinan
ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian
anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas
lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.
Selain
itu,penyebab kemiskinan di negara Indonesia adalah :
1. Laju
Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan
penduduk Indonesia terus menigkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus
penduduk.
Meningkatnya
jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang
belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban
ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban
ketergantungan yang harud ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan.
2. Angkatan
Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara
garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja. Yang tergolong tenaga kerja ialah penduduk yang berumur
didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang
satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah
minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua
penduduk kesenjangan dikatakan lunak,distribusi pendapatan nasional dikatakan
cukup merata.
3. Tingkat
pendidikan yang rendah.
Rendahnya
kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu
negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama industry,
jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang mempunyai skill atau
paling tidak dapat membaca dan menulis.
4. Kurangnya
perhatian dari pemerintah.
Pemerintah
yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi
salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang
mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.
Faktor
lain yang masih memperlambat pencapaian penurunan kemiskinan sebagai berikut :
v Belum
meratanya program pembangunan,khususnya di pedesaan,luar Pulau Jawa,daerah
terpencil,dan daerah perbatasan. Sekitar 63.5% penduduk miskin hidup di daerah
pedesaan. Kemiskinan diluar Pulau Jawa
termasuk Nusa Tenggara, Maluku dan Papua juga lebih tinggi dibandingkan di
Pulau Jawa. Oleh karena itu, upaya penanganan kemiskinan seharusnya lebih difokuskan
di daerah-daerah tersebut.
v Masih
terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.
v Masih
besarnya jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin,baik karena guncangan
ekonomi,bencana alam,dan juga akibat kurangnya akses terhadap pelayanan dasar
dan sosial.
v Kondisi
kemiskinan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kebutuhan pokok. Sehubungan
dengan itu ,upaya penanggulangan kemiskinan melalui stabilitas harga kebutuhan
pokok harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Hal ini bertujuan agar
penanggulangan kemiskinan,baik di perdesaan maupun perkotaan dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
Penanggulangan
Masalah Kemiskinan di Indonesia
Penanganan
berbagai masalah di atas memerlukan strategi penanggulangan kemiskinan yang
jelas. Pemerintah Indonesia dan berbagai pihak terkait lainnya patut mendapat
acungan jempol atas berbagai usaha yang telah dijalankan dalam membentuk
strategi penanggulangan kemiskinan.
Tahun
1990 bank dunia mendeklerasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan
kemiskinan perlu dilakukan secara serentak pada 3 front
1. Pertumbuhan
ekonomiyang luas dan padat karya yang menciptakan kesempatan kerja dan
pendapatan pada kelompok miskin.
2. Pengembangan
SDM (pendidikan, kesehatan, dan gizi) yang member mereka kemampuan lebih baik
untuk memanfaatkan kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi
3. Membuat
suatu jaringan pengaman sosial untuk mereka diantara pendiuduk miskin yang sama
skali tidak mampu untuk mendapat keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi
dan kesempatan pengembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana
alam, konflik sosial, dan terisolasi secara fisik.
Pada
tahun 2000 bank dunia muncul dengan kerangka kerja analisi yang baru untuk
memerang kemiskinan yang dibangun di atas 3 pilar yakni pemberdayaan, keamanan,
dan kesempatan.
Hal
pertama yang dapat dilakukan oleh pemerintahan baru adalah menyelesaikan dan
mengadaptasikan rancangan strategi penanggulangan kemiskinan yang telah
berjalan.Kemudian hal ini dapat dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan. Berikut
ini dijabarkan sepuluh langkah yang dapat diambil dalam mengimplementasikan
strategi pengentasan kemiskinan tersebut.
è Peningkatan
fasilitas jalan dan listrik di pedesaan.
Berbagai
pengalaman di China, Vietnam dan juga di Indonesia sendiri menunjukkan bahwa
pembangunan jalan di area pedesaan merupakan cara yang efektif dalam mengurangi
kemiskinan. Jalan nasional dan jalan provinsi di Indonesia relatif dalam
keadaan yang baik. Tetapi, setengah dari jalan kabupaten berada dalam kondisi
yang buruk. Sementara itu lima persen dari populasi, yang berarti sekitar 11
juta orang, tidak mendapatkan akses jalan untuk setahun penuh.
è Peningkatan
tingkat kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang lebih baik
Indonesia
sedang mengalami krisis penyediaan fasilitas sanitasi.
Hanya
kurang dari satu persen limbah rumah tangga di Indonesia yang menjadi bagian
dari sistem pembuangan. Penyediaan fasilitaslimbah lokal tidak dibarengi dengan
penyediaan fasilitas pengumpulan, pengolahan dan pembuangan akhir. Pada tahun
2002, pemerintah hanya menyediakan anggaran untuk perbaikan sanitasi sebesar
1/1000 dari anggaran yang disediakan untuk penyediaan air. Akibatnya, penduduk
miskin cenderung menggunakan air dari sungai yang telah tercemar. Tempat
tinggal mereka juga sering berada didekat tempat pembuangan limbah. Hal ini
membuat penduduk miskin cenderung menjadi lebih mudah sakit dan tidak
produktif.
è Penghapusan
larangan impor beras
Larangan
impor beras yang diterapkan bukanlah merupakan kebijakan yang tepat dalam
membantu petani, tetapi kebijakan yang merugikan orang miskin. Studi yang baru
saja dilakukan menunjukkan Secara keseluruhan, 80 % dari penduduk Indonesia
menderita akibat proteksi tersebut, sementara hanya 20% yang menikmati
manfaatnya. Bahkan manfaat tersebut tidaklah sedemikian jelas. Harga beras di
tingkat petani tidak mengalami kenaikan yang berarti sementara harga di tingkat
pengecer naik cukup tinggi.
è Pembatasan
pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan orang miskin
Salah
satu sumber penghasilan terpenting bagi penduduk miskin didaerah pedesaan
adalah wiraswasta dan usaha pendukung pertanian.Setengah dari penghasilan
masyarakat petani miskin berasal dariusaha pendukung pertanian. Untuk
meningkatkan penghasilan tersebut, terutama yang berasal dari usaha kecil dan
menengah, perlu dibangun iklim usaha yang lebih kondusif. Sayangnya, sejak
proses desentralisasi dijalankan, pemerintah daerah berlomba-lomba meningkatkan
pendapatan mereka dengan cara mengenakan pajak dan pungutan daerah yang lebih tinggi.
Belum lagi beban dari berbagai pungutan liar yang harus dibayarkan untuk
menjamin pengangkutan barang berjalan secara lancar dan aman. Berbagai biaya
ini menghambat pertumbuhan usaha di tingkat local dan menurunkan harga jual
yang diperoleh penduduk miskin atas barang yang mereka produksi.
è Pemberian
hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin
Adanya
kepastian dalam kepemilikan tanah merupakan factor penting untuk meningkatkan
investasi dan produktifitas pertanian.Pemberian hak atas tanah juga membuka akses
penduduk miskin pada kredit dan pinjaman. Dengan memiliki sertifikat
kepemilikan mereka dapat meminjam uang, menginvestasikannya dan mendapatkan
hasil yang lebih tinggi dari aktifitas merek. Dengan program pemutihan yang
sekarang ini dijalankan, dimana satu juta sertifikat dikeluarkan sejak 1997,
dibutuhkan waktu seratus tahun lagi untuk menyelesaikan proses tersebut.
Disamping itu, kepemilikan atas 64 persen tanah diIndonesia tidaklah
dimungkinkan, karena termasuk dalam klasifikasi area hutan.
è Perbaikan
atas kualitas pendidikan dan penyediaan pendidikan transisiuntuk sekolah
menengah
Indonesia
telah mencapai hasil yang memuaskan dalam meningkatkan partisipasi di tingkat
pendidikan dasar. Hanya saja,banyak anak-anak dari keluarga miskin yang tidak
dapat melanjutkan pendidikan dan terpaksa keluar dari sekolah dasar sebelum
dapat menamatkannya. Hal ini terkait erat dengan masalah utama pendidikan di
Indonesia, yaitu buruknya kualitas
pendidikan.
è Membangun
lembaga - lembaga pembiayaan mikro yang memberimanfaat pada penduduk miskin.
Sekitar
50 persen rumah tangga tidak memiliki akses yang baik terhadap lembaga
pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki rekening tabungan. Kondisi
ini terlihat lebih parah di daerah pedesaan. Solusinya bukanlah dengan memberikan
pinjaman bersubsidi. Program pemberian pinjaman bersubsidi tidak dapat
dipungkiri telah memberi manfaat kepada penerimannya. Tetapiprogram ini juga
melumpuhkan perkembangan lembaga pembiayaan mikro (LPM) yang beroperasi secara
komersial. Padahal, lembaga-lembaga semacam inilah yang dapat diandalkan untuk
melayani masyarakat miskin secara lebih luas. Solusi yang lebih tepat adalah
memanfaaatkan dan mendorong pemberian kredit dari bank-bank komersial kepada
lembaga-lembaga pembiayaan mikro tersebut.
è Mengurangi
tingkat kematian Ibu pada saat melahirkan
Hampir
310 wanita di Indonesia meninggal dunia pada setiap 10.00 kelahiran hidup.
Angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Tingkat kematian menjadi
tinggi terkait dengan dua sebab.Pertama karena ibu yang melahirkan sering
terlambat dalam mencari bantuan medis. Sering terjadi juga bantuan medis yang
dibutuhkan tersebut tidak tersedia. Kedua karena kebanyakan ibu yang melahirkan
lebih memilih untuk meminta bantuan bidan tradisional daripada fasilitas medis
yang tersedia.
è Menyedian
lebih banyak dana untuk daerah-daerah miskin
Fiskal
antar daerah di Indonesia sangatlah terasa.Pemerintah daerah terkaya di
Indonesia mempunyai pendapatan perpenduduk 46 kali lebih tinggi dari pemerintah
di daerah termiskin.Akibatnya pemerintah Kesenjangan daerah yang miskin sering
tidak dapat menyediakan pelayanan yang mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Pemberian dana yang terarah dengan baik dapat membantu masalah ini.
è Merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran
Program
perlindungan yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin serta
subsidi bahan bakar dan listrik, dapat dikatakan belum mencapai sasaran dengan
baik. Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia mengeluarkan Rp 74 trilliun untuk
perlindungan sosial.Angka ini lebih besar dari pengeluaran di bidang kesehatan
danpendidikan. Sayangnya, hanya 10 persen yang dapat dinikmati oleh penduduk
miskin, sementara sekitar Rp60 trilliun lebih banyak dinikmati oleh masyarakat
mampu.
BAB 8
& 9 . PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH DAN OTONOMI DAERAH
1.
UNDANG
UNDANG OTONOMI DAERAH
UU Otonomi Daerah
UU otonomi daerah merupakan dasar hukum pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia atau dapat juga disebut payung hukum pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia.UU otonomi daerah di Indonesia menjadi payung hukum
terhadap seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pelaksanaan otonomi daerah di bawah UU otonomi daerah seperti, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan seterusnya.
Tentang UU Otonomi Daerah
UU otonomi daerah itu sendiri merupakan implementasi
dari ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang
menyebutkan otonomi daerah sebagai bagian dari sistem tata negara Indonesia dan
pelaksanaan pemerintahan di Indonesia. Ketentuan mengenai pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia tercantum dalam pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
yang menyebutkan bahwa:
“Pemerintahan daerah propinsi,
daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.
Selanjutnya Undang-Undang Dasar 1945 memerintahkan
pembentukan UU Otonomi Daerah untuk mengatur mengenai susunan dan
tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (7), bahwa:
“Susunan dan tata cara
penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang”.
Ketentuan tersebut diatas menjadi payung hukum bagi
pembentukan UU otonomi daerah di
Indonesia, sementara UU otonomi daerah menjadi dasar bagi pembentukan peraturan
lain yang tingkatannya berada di bawah undang-undang menurut hirarki atau tata
urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Otonomi daerah di
Indonesia dilaksanakan segera setelah gerakan reformasi 1998. Tepatnya pada
tahun 1999 UU otonomi daerah mulai diberlakukan.
Perubahan UU Otonomi Daerah
Pada tahap
selanjutnya UU otonomi daerah ini mendapatkan kritik dan masukan untuk lebih
disempurnakan lagi. Ada banyak kritik dan masukan yang disampaikan sehingga
dilakukan judicial review terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang otonomi daerah. Dengan terjadinya judicial review maka Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah diubah dan digantikan dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ini juga diikuti
pula dengan perubahan peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur
mengenai otonomi daerah yang berfungsi sebagai pelengkap pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia seperti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang selanjutnya digantikan dengan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
Sesungguhnya UU
otonomi daerah telah
mengalami beberapa kali perubahan setelah disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Namun perubahan tersebut meskipun penting namun
tidak bersifat substansial dan tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap tata
cara penyelenggaraan pemerintahan daerah karena hanya berkaitan dengan penyelenggaraan
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Sejak Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disahkan menggantikan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dilakukan
perubahan terhadap Undang-Undang Nomo 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2977).
Selanjutnya
dilakukan lagi perubahan melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah.
2. PERUBAHAN
PENERIMAAN DAERAH DAN PERANAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pengkajian kerangka regulasi yang
ada dan merekomendasikan penyempurnaan kerangka tersebut guna mendukung
prioritas pembangunan dan pembiayaan infrastruktur Penyusunan strategi
pembangunan dan pembiayaan infrastruktur ini diharapkan dapat menghasilkan peta
pembangunan infrastruktur yang jelas di masa yang akan datang sehingga
pemerintah mempunyai dokumen yang lengkap terhadap pembangunan infrastruktur.
Oleh
karena itu, ruang lingkup dari penyusunan strategi ini mencakup seluruh aspek
potensi ekonomi wilayah Indonesia Timur sebagai rumusan strategis pembangunan
infrastruktur nasional, baik berdasarkan subsektor jenis infrastruktur dan maupun
tipologi kewilayahan dengan basis pendekatan potensi. Penyusunan strategi
pembangunan dan pembiayaan infrastruktur kawasan timur Indonesia diharapkan
dapat menghasilkan Master Plan di bidang infrastruktur yang akan mendukung
skenario pembangunan era baru ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.
Master Plan ini diharapkan dapat memuat berbagai data dan informasi mengenai
pembangunan dan pembiayaan infrastruktur berdasarkan skala prioritas
pembangunan dan regulasi yang mendukung arah pembangunannya.
Cerminan
pembangunan infrastruktur nasional adalah pembangunan infrastruktur di tiap
wilayah atau propinsi di Indonesia. Perkembangan pembangunan infrastruktur di
masing-masing pulau di Indonesia memperlihatkan perbedaan yang cukup berarti.
Dominasi pembangunan infrastruktur sangat ditentukan oleh kondisi geograsfis
dan demografis dari suatu wilayah.
Dominasi
infrastruktur ini dapat mencerminkan pula tingkat aktivitas ekonomi dalam suatu
wilayah. Perkembangan pembangunan infrastruktur untuk masing-masing pulau yang
ada di Indonesia. Hal ini pula yang menjadi hambatan pembangunan infrastrukrur
Kawasan Timur Indonesia.
Pada
hal sejatinya jika Indonesia ingin percepatan mencapai kemajuan maka pendekatan
potensi atau potential approach yaitu potensi yang mendorong tumbuhnya
komoditas unggulan, hendaknya menjadi komintmen kuat terhadap pembangunan
infrstruktur kawasan timur Indonesia.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa daerah Kalimantan Selatan sebagaimana daerah Kalimantan
umumnya yang merupakan salah satu pulau terbesar yang ada di wilayah negara
kita. Tingkat kepadatan pendudukanya relative rendah sehingga tidak
dimungkinkan untuk melakukan pendekatan demographic dalam perencanaan
pembangunan infrastukturnya.
Dengan
jumlah penduduk yang mendiami wilayah ini hanya sebesar 6% dari total penduduk
Indonesia, maka akan berdampak pada aktivitas ekonomi yang ada di wilayah ini.
Kondisi semacam ini merupakan kondisi tipikal wilayah Indonesia Timur.
Karenanya diperlukan langkah potential approach atau pendekatan potensial untuk
pembangunan infrastrukturnya
Komoditas
yang menjadi unggulan untuk wilayah ini adalah sektor pertambangan dan galian,
sub sector perkebunan dan subsektor kehutanan. Ketiga sektor ini memberikan
sumbangan besar bagi pendapatan nasional.
Dengan
demikian terdapat pandangan berbeda mengenai pola perencanaan bahwa berdasarkan
jumlah penduduk atau pendekatan demografik, aktivitas ekonomi unggulan yang
tidak memerlukan banyak infrastruktur, maka akibatnya adalah persentase
pembangunan infrastruktur di pulau ini lebih rendah dibandingkan pulau Jawa dan
Sumatera.
Dilihat
dari infrastruktur transportasi, pelabuhan laut lebih mendominasi dibandingkan
dengan yang lainnya. Hal ini sangat wajar dengan kondisi geografis dari
Kalimantan yang lebih banyak rawa dibandingkan dengan daratannya yang
memungkinkan sektor pelabuhan laut dan lalulitas angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan lebih berkembang dibandingkan dengan transportasi darat.
Pembangunan
jalan di pulau ini masih relative rendah bila dibandingkan dengan luas wilayah
pulau ini. Hal ini sangat signifikan sekali dengan jumlah kendaraan yang berada
di wilayah ini hanya sebesar 5,8% dari jumlah kendaraan yang ada di Indonesia.
Hal ini pula yang menyebabkan rendahnya tingkat mobilitas dan tingginya biaya
transportasi sehingga wilayah ini kehilangan daya saingnya dalam menarik
investasi.
Pandangan
keliru juga terdapat pada subsektor pertanian tanaman pangan dan pengairan.
Dapat kita temukan fakta bahwa irigasi tidak menjadi salah satu fokus
pembangunan infrastruktur karena wilayah ini bukan sebagai lumbung padi tetapi
lebih cenderung pada komoditas kehutanan dan perkebunan.
Pada
pada sisi lain kitapun memehami betul bahwa kondisi wilayah ini sangat
dimungkinkan membangun jaringan irigasi guna menjadikan Kalimantan sebagai
lumbung padi. Kita dapat belajar dan membandingkan kondisi wilayah ini dengan
kondisi Vietnam yang petaninya lebih unggul dari petani kita bahkan tanpa proteksionisme
perdagangan.
Saat ini akses masyarakat Kalimantan
terhadap air bersih, hanya sebesar 44% yang dapat menikmati air bersih
sedangkan sisanya belum mendapatkan akses terhadap air bersih.
Ini
merupakan salah satu permasalahan yang harus menjadi perhatian, karena bila
kondisi tersebut dibiarkan maka akan berdampak pada tingkat kesehatan dari
masyarakat di Kalimantan. Bagaimana kita bisa mengembangkan sumber daya manusia
yang handal dan mampu bersaing secara global bila tingkat hiegenitas masih
rendah. Oleh karena itu akses terhadap air bersih perlu langkah prioritas
pembangunan infrastrukturnya.
Demikian
pula dengan subsektor telematika dan ketenagalistrikan perlu berpacu dengan
irama pertumbuhan yang berkembang dengan pesat. Hal ini sejalan dinamika dan
aktivitas dari masyarakat di pulau Kalimantan.
Pembukaan
lahan menjadi lahan pertanian yang notabene terjadi perubahan fungsi seringkali
memicu kotroversi yang kontraproduktif, hendaknya dipelajari kembali dengan
seksasama agar tidak terdapat resistensi pembangunan hanya sekadar penolakan
emosional, namun sebaliknya kehilangan informasi berharga tentang potensi
ekonomi yang mempunyai keunggulan tertentu.
Akhirnya
kita juga mengapeal akan pentingnya kesadaran tentang pembangunan infrastruktur
berkaitan dengan upaya strategis percepatan pertumbuhan ekonomi, hendaknya
secara nyata mengurangi hambatan birokratis di semua lini baik pada tingkat
pemerintah pusat maupun pada tingkat pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten.
3.
Pembangunan
Ekonomi Regional
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Untuk melihat ketidaknmerataan pertumbuhan regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. pertumbuhan output; 2. pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. pertumbuhan output perkapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan .
4. Faktor-faktor penyebab ketimpangan
Ada 2 faktor penyebab ketimpangan pembangunan, faktor pertama adalah karena ketidaksetaraan anugerah awal (initial endowment) diantara pelaku-pelaku ekonomi. Sedangkan faktor kedua karena strategi pembangunan dalam era PJP I lebih bertumpu pada aspek pertumbuhan (growth).
Sebagian ketidaksetaraan anugerah awal itu bersifat alamiah (natural) atau bahkan ilahiah. Akan tetapi sebagian lagi bersifat structural. Ketidaksetaraan itu berakibat peluang dan harapan untuk berkiprah dalam pembangunan menjadi tidak seimbang.
Ditumpukkannya strategi pembangunan pada aspek petumbuhan, bukanlah tidak beralasan. Secara akademik, baru pertumbuhanlah yang telah memiliki teori-teori yang mantap dalam konsep pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau rancangan pebangunan lebih menyandarkan rencana pembangunannya pada aspek pertumbuhan.
5. Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Pembangunan di Indonesia Bagian Timur lebih tertinggal dibandingkan daerah Indonesia bagian lain. Mungkin penyebabnya tanah yang lebih tidak subur dan masalah transportasi. Aku lihat sih daerah yang agak tandus, jalannya lebih cepat rusak, entah karena keadaan tanahnya atau karena suhu udaranya yang lebih panas. Sehingga perjalanan memerlukan waktu tempuh yang lebih lama dan medan yang berat. Aku sering main daerah dekat waduk/bendungan. Daerah yang sulit dijangkau karena jalannya rusak atau jauh, lebih mudah terjangkau dengan adanya transportasi air.
Keuntungannya:
- Proyek yang menarik dan mudah dijual karena akan mendapatkan hasil langsung berupa pohon/hasil hutan sepanjang yang akan dibuat jalan. Akan mendapatkan bahan galian yang bisa berupa bahan tambang yang bernilai tinggi (bisanya daerah tandus kaya akan bahan tambang bernilai tinggi dan batuan mulia/permata)dan atau bahan mineral.
- Peluang bisnis transportasi manusia dan barang (kalau tidak salah transportasi via air termasuk transportasi yang paling murah untuk angkutan barang).
- Bendungan bisa juga dibuat pembangkit listrik tenaga air.
- Bisa menjadi Objek wisata
- Di bendungan bisa dibuat budi daya ikan jaring terapung, sedangkan di jalan air bisa di buat budi daya ikan di keramba.
- Untuk saluran irigasi.
- Meningkatkan kesuburan tanah(biasanya daerah dekat aliran air, tanahnya menjadi lebih subur).
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi banjir.
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi kebakaran hutan (minimal melokalisasi kebakaran hutan yang terpotong jalan air).
- Transportasi manusia dan barang lebih mudah, murah dan lancar otomatis meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah itu dan antar pulau.
- Akan berkembang aktivitas-aktivitas ekonomi penunjang lainnya yang meningkatkan penghasilan dan menyerap lapangan pekerjaan.
- Mempermudah aparat keamanan untuk menjaga daerah-daerah yang sulit dijangkau lewat darat.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Masalah pengawasan dan keamanan lalu lintas jalan air
- Debit banjir bila air meluap
- Pemeliharaan jalan air
- Masalah keselamatan pengguna jalan air.
6. Teori dan Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah
Perbedaan karakteristik wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki, sehingga membutuhkan perbedaan kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk menunjukkan adanya perbedaan potensi ini maka dibentuklah zona-zona pengembangan ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan Ekonomi Daerah adalah pendekatan pengembangan ekonomi daerah dengan membagi habis wilayah sebuah daerah berdasarkan potensi unggulan yang dimiliki, dalam satu daerah dapat terdiri dari dua atau lebih zona dan sebuah zona dapat terdiri dari dua atau lebih cluster. Setiap zona diberi nama sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki, demikian pula pemberian nama untuk setiap cluster, misalnya : Zona Pengembangan Sektor Pertanian yang terdiri dari Cluster Bawang Merah, Cluster Semangka, Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan ekonomi daerah (ZPED) adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Pola pembangunan ekonomi dengan pendekatan Zona Pengembangan Ekonomi Daerah (ZPED), bertujuan:
1. Membangun setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan kompetitifnya/kompetensi intinya.
2. Menciptakan proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan berkesinambungan.
3. Memberikan peluang pengembangan wilayah kecamatan dan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan yang umumnya dikembangkan oleh para ahli ekonomi regional dewasa ini. Para ahli sangat concern dengan ide pengembangan ekonomi yang bersifat lokal, sehingga lahirlah berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development/LED).
Strategi ini terangkum dalam berbagai teori dan analisis yang terkait dengan pembangunan ekonomi lokal. Salah satu analisis yang relevan dengan strategi ini adalah Model Pembangunan Tak Seimbang, yang dikemukakan oleh Hirscman :
“Jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua priode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik walaupun sektor berkembang dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang terkait dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut”.
Model pembangunan tak seimbang menolak pemberlakuan sama pada setiap sektor yang mendukung perkembangan ekonomi suatu wilayah. Kompetensi inti dapat berupa produk barang atau jasa yang andalan bagi suatu zona/kluster untuk membangun perekonomiannya. Pengertian kompetensi inti menurut Hamel dan Prahalad (1995) adalah :
“Suatu kumpulan kemampuan yang terintegrasi dari serangkaian sumberdaya dan perangkat pendukungnya sebagai hasil dari proses akumulasi pembelajaran, yang akan bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis”.
Sedangan menurut Reeve (1995) adalah :
“Aset yang memiliki keunikan yang tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan yang unik, sehingga mampu membentuk suatu kompetensi inti”.
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Untuk melihat ketidaknmerataan pertumbuhan regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. pertumbuhan output; 2. pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. pertumbuhan output perkapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan .
4. Faktor-faktor penyebab ketimpangan
Ada 2 faktor penyebab ketimpangan pembangunan, faktor pertama adalah karena ketidaksetaraan anugerah awal (initial endowment) diantara pelaku-pelaku ekonomi. Sedangkan faktor kedua karena strategi pembangunan dalam era PJP I lebih bertumpu pada aspek pertumbuhan (growth).
Sebagian ketidaksetaraan anugerah awal itu bersifat alamiah (natural) atau bahkan ilahiah. Akan tetapi sebagian lagi bersifat structural. Ketidaksetaraan itu berakibat peluang dan harapan untuk berkiprah dalam pembangunan menjadi tidak seimbang.
Ditumpukkannya strategi pembangunan pada aspek petumbuhan, bukanlah tidak beralasan. Secara akademik, baru pertumbuhanlah yang telah memiliki teori-teori yang mantap dalam konsep pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau rancangan pebangunan lebih menyandarkan rencana pembangunannya pada aspek pertumbuhan.
5. Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Pembangunan di Indonesia Bagian Timur lebih tertinggal dibandingkan daerah Indonesia bagian lain. Mungkin penyebabnya tanah yang lebih tidak subur dan masalah transportasi. Aku lihat sih daerah yang agak tandus, jalannya lebih cepat rusak, entah karena keadaan tanahnya atau karena suhu udaranya yang lebih panas. Sehingga perjalanan memerlukan waktu tempuh yang lebih lama dan medan yang berat. Aku sering main daerah dekat waduk/bendungan. Daerah yang sulit dijangkau karena jalannya rusak atau jauh, lebih mudah terjangkau dengan adanya transportasi air.
Keuntungannya:
- Proyek yang menarik dan mudah dijual karena akan mendapatkan hasil langsung berupa pohon/hasil hutan sepanjang yang akan dibuat jalan. Akan mendapatkan bahan galian yang bisa berupa bahan tambang yang bernilai tinggi (bisanya daerah tandus kaya akan bahan tambang bernilai tinggi dan batuan mulia/permata)dan atau bahan mineral.
- Peluang bisnis transportasi manusia dan barang (kalau tidak salah transportasi via air termasuk transportasi yang paling murah untuk angkutan barang).
- Bendungan bisa juga dibuat pembangkit listrik tenaga air.
- Bisa menjadi Objek wisata
- Di bendungan bisa dibuat budi daya ikan jaring terapung, sedangkan di jalan air bisa di buat budi daya ikan di keramba.
- Untuk saluran irigasi.
- Meningkatkan kesuburan tanah(biasanya daerah dekat aliran air, tanahnya menjadi lebih subur).
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi banjir.
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi kebakaran hutan (minimal melokalisasi kebakaran hutan yang terpotong jalan air).
- Transportasi manusia dan barang lebih mudah, murah dan lancar otomatis meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah itu dan antar pulau.
- Akan berkembang aktivitas-aktivitas ekonomi penunjang lainnya yang meningkatkan penghasilan dan menyerap lapangan pekerjaan.
- Mempermudah aparat keamanan untuk menjaga daerah-daerah yang sulit dijangkau lewat darat.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Masalah pengawasan dan keamanan lalu lintas jalan air
- Debit banjir bila air meluap
- Pemeliharaan jalan air
- Masalah keselamatan pengguna jalan air.
6. Teori dan Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah
Perbedaan karakteristik wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki, sehingga membutuhkan perbedaan kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk menunjukkan adanya perbedaan potensi ini maka dibentuklah zona-zona pengembangan ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan Ekonomi Daerah adalah pendekatan pengembangan ekonomi daerah dengan membagi habis wilayah sebuah daerah berdasarkan potensi unggulan yang dimiliki, dalam satu daerah dapat terdiri dari dua atau lebih zona dan sebuah zona dapat terdiri dari dua atau lebih cluster. Setiap zona diberi nama sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki, demikian pula pemberian nama untuk setiap cluster, misalnya : Zona Pengembangan Sektor Pertanian yang terdiri dari Cluster Bawang Merah, Cluster Semangka, Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan ekonomi daerah (ZPED) adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Pola pembangunan ekonomi dengan pendekatan Zona Pengembangan Ekonomi Daerah (ZPED), bertujuan:
1. Membangun setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan kompetitifnya/kompetensi intinya.
2. Menciptakan proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan berkesinambungan.
3. Memberikan peluang pengembangan wilayah kecamatan dan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan yang umumnya dikembangkan oleh para ahli ekonomi regional dewasa ini. Para ahli sangat concern dengan ide pengembangan ekonomi yang bersifat lokal, sehingga lahirlah berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development/LED).
Strategi ini terangkum dalam berbagai teori dan analisis yang terkait dengan pembangunan ekonomi lokal. Salah satu analisis yang relevan dengan strategi ini adalah Model Pembangunan Tak Seimbang, yang dikemukakan oleh Hirscman :
“Jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua priode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik walaupun sektor berkembang dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang terkait dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut”.
Model pembangunan tak seimbang menolak pemberlakuan sama pada setiap sektor yang mendukung perkembangan ekonomi suatu wilayah. Kompetensi inti dapat berupa produk barang atau jasa yang andalan bagi suatu zona/kluster untuk membangun perekonomiannya. Pengertian kompetensi inti menurut Hamel dan Prahalad (1995) adalah :
“Suatu kumpulan kemampuan yang terintegrasi dari serangkaian sumberdaya dan perangkat pendukungnya sebagai hasil dari proses akumulasi pembelajaran, yang akan bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis”.
Sedangan menurut Reeve (1995) adalah :
“Aset yang memiliki keunikan yang tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan yang unik, sehingga mampu membentuk suatu kompetensi inti”.
BAB 10
Sektor Pertanian
Sektor
PertanianIndonesia
1. Definisi Pertanian
A.T Mosher (1968;19)
mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas
proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi didalam setiap
usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah
penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer. Ia mengambil gas
karbondioksida dari udara melalui daunnya. Diambilnya air dan hara kimia dari
dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini, dengan menggunakan sinar
matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak yang dapat digunakan oleh
manusia. Pertumbuhan tumbuhan dan hewan liar berlangsung di alam tanpa campur
tangan manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai bagian dunia telah
mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya perbedaan dalam
penyinaran matahari, suhu, jumlah air atau kelembaban yang tersedia serta sifat
tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki syarat-syarat tersendiri terutama
tumbuhnya pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah menentukan
jenis-jenis hewan apakah yang hidup di daerah tersebut, karena beberapa di
antara hewan itu memakan tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut, sedangkan
lainnya memakan hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah kombinasi tumbuhan
dan hewan di berbagai dunia.
Pertanian terbagi ke
dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit (Mubyarto,
1989;16-17). Pertanian dalam arti luas mencakup :
1. Pertanian
rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan
(termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau perkebunan besar).
3. Kehutanan.
4. Peternakan.
Sebagaimana telah
disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian
rakyat yaitu usaha pertanian keluarga di mana diproduksinya bahan makanan utama
seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan
tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat
yang merupakan usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari perkataan “farm”
dalam Bahasa Inggris.
Pertanian akan selalu
memerlukan bidang permukaan bumi yang luas yang terbuka terhadap sorotan sinar
matahari. Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah, ladang dan
pekarangan. Di dalam pertanian rakyat hampir tidak ada usaha tani yang
memproduksi hanya satu macam hasil saja. Dalam satu tahun petani dapat
memutuskan untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman perdagangan. Alasan
petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas kebutuhan makan
untuk seluruh keluarga petani, sedangkan alasan menanam tanaman perdagangan
didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan
tanaman tersebut dan harapan harga.
Definisi Pertanian Padi
Manusia membutuhkan
energi untuk mempertahankan ketahanan tubuhnya. Nasi merupakan salah satu bahan
makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak, lagi pula nilai energi
yang terkandung di dalamnya cukup tinggi, sehingga berpengaruh besar terhadap
aktivitas tubuh atau kesehatan. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan
beras. Menurut cara tanamnya, padi dapat dibagi menjadi padi sawah dan padi
gogo. Padi sawah adalah padi yang ditanam di sawah dengan pengairannya
sepanjang musim atau setiap saat. Sedangkan padi gogo adalah padi yang
diusahakan di tanah tegalan kering secara menetap. Padi gogo diusahakan dengan
menerapkan teknik budidaya seperti pengolahan tanah, pemupukan, dan pergiliran
tanaman (AAK, 1990).
Definisi Usaha Tani
A.T Mosher (Mubyarto,
1989;66) memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau bagian dari
permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu
apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Sedangkan usaha
tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usaha tani dapat
berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.
Ciri yang sangat
menonjol dalam sistem usaha tani khususnya tanaman pangan adalah jaringan
irigasi. Sedangkan ciri umum yang spesifik pada suatu wilayah antara lain
adanya lahan yang selalu tergenang, lahan dataran tinggi dengan suhu yang
sangat rendah, kondisi iklim yang kering atau basah. Bentuk umum sistem usaha
tani diIndonesiadapat dibedakan (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pertanian, 1990) antara lain :
1. Sistem
usaha tani lahan sawah dengan tanaman padi sebagai tanaman utama, diselingi
palawija, sayur-syuran atau tebu.
2. Sistem
usaha tani lahan kering atau tegalan di mana padi gogo dan berbagai jenis
tanaman palawija dan hortikultura sebagai komoditas pokok.
3. Sistem
usaha tani lahan dataran tinggi banyak ditanami dengan sayur-sayuran dan
beberapa jenis palwija dan sebagian varietas padi.
4. Usaha
tani perkebunan yang umumnya menanam berbagai jenis tanaman ekspor dan industri
sebagai komoditas yang diusahakan
Nilai Tukar Petani
Tujuan pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat,
sehingga dalam setiap tahapan pembangunan kesejahteraan masyarakat selalu
menjadi tujuan utama. Sebagai Negara agraris dengan jumlah penduduk besar dan
proporsi rumah tangga yang bekerja di pertanian dominan, maka perhatian
terhadap kesejahteraan petani dinilai sangat strategis. Salah satu alat ukur
kesejahteraan petani yang digunakan saat ini adalah Nilai Tukar Petani (NTP).
NTP dihitung dari rasio harga yang diterima petani (HT) terhadap harga yang
dibayar petani (HB). Konsep ini secara sederhana menggambarkan daya beli
pendapatan petani. Namun konsep penghitungan NTP yang didasarkan kepada
kuantitas yang tetap (indeks Laspeyres) belum sepenuhnya merupakan
indikator kesejahteraan petani. Kenaikan harga produk yang diterima petani
tidak identik dengan peningkatan pendapatan petani. Kenaikan harga yang
diterima petani justru mengindikasikan kelangkaan suplai/produksi pertanian.
Konsep pengukuran NTP juga tidak mengakomodasikan perkembangan produktivitas,
kemajuan teknologi dan pembangunan. Dalam kaitan sebagai indikator
kesejahteraan petani, penyempurnaan penghitungan NTP perlu dilakukan melalui
pendekatan nilai yaitu dengan memasukkan unsur kuantitas sehingga NTP
merupakan rasio antara nilai pendapatan terhadap nilai pengeluaran. Cara paling
sederhana adalah dihitungnya Indeks Produksi Pertanian dan Indeks
Konsumsi Rumah tangga petani dalam penghitungan NTP. Penyempurnaan lain adalah
menyempurnakan cakupan petani sesuai definisi pertanian dalam perhitungan
NTP.
Tren Investasi
Pertanian
Investasi
berarti suatu pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan
stok barang modal. Stok barang modal (capital stock) dan terdiri dari pabrik,
jalan, jembatan, perkantoran, produk-produk tahan lama lainnya, yang digunakan
dalam proses investasi. Investasi dapat diartikan juga sebagai pengeluaran
tambahan yang ditambahkan pada komponen-komponen barang modal (capital
accumulation). Sektor pertanian adalah salah satu sektor penting dalam
pergerakan perekonomian di Indonesia, terutama pada perekonomian pedesaan.
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah rendahnya perkembangan investasi
dibidang pertanian, terutama spesifikasi pada investasi bidang pertanian dalam
arti sempit. Salah satu sektor penunjang yang dapat menjadi indikator investasi
adalah sektor perbankan. Berdasarkan data posisi pinjaman investasi yang
diberikan oleh sektor perbankan (baik bank pPersero, Bank Perkreditan Rakyat,
Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Swasta Asing, dan Bank
Campuran)kepada sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan, tren
pemberian modal investasi pada tahun 2005-januari 2011 cenderung stagnan. Pada
Bank Persero, pemberian pinjaman investasi mengalami peningkatan(dalam miliar
rupiah) dari 7.579 pada 2005 atau 19.18% menjadi 28.307 pada januari 2011 atau
31.5%. sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan mendapatkan jumlah
dan proporsi terbesar dalam penyaluran kredit investasi. Namun, peningkatan ini
masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan pada sektor listrik,
gas, dan air bersih yang mendapatkan proporsi sebesar 0.2% pada 2005 dan
meningkat menjadi 9% pada 2011. Pada Bank Pemerintahan Daerah, pada januari
2011, alokasi pinjaman investasi terbesar diberikan kepada sektor jasa, yaitu
21.76%. sektor jasa mengalami peningkatan yang sangat signifikan, karena pada
tahun 2005 sektor ini hanya mendapatkan alokasi sebesar 8.68%. sedangkan sekrot
pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan mendapatkan proporsi sebesar
18.8% pada 2005 dan 15.74% pada januari 2011. Hal ini menunjukan bahwa sektor
pertanian mengalami penurunan proporsi pemberian modal kreit pada bank
pemerintahan daerah. Pada bank swasta nasional, sektor pertanian, perikanan,
peternakan dan kehutanan mendapatkan proporsi sebesar 9.02% pada 2005 dan
menjadi 8.46% pada januari 2011. Proporsi tertinggi pemberian pinjaman
investasi pada 2005 oleh bank swasta nasional adalah pada sektor perdagangan,
hotel, dan restoran sebesar 20.15%, dan pada januari 2011, sebesar 20.27%. Pada
bank swasta asing dan campuran, sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan
kehutanan memperoleh proporsi sebesar 1.9% pada 2005 dan 11.2% pada 2011.
Sedangkan sektor yang mendapatkan pinjaman terbesar adalah industri pengolahan
sebesar 43.8% pada 2005 dan 28% pada 2011. Berdasarkan data perkembangan
realisasi investasi PMA tahun 2006-2009, sektor tanaman pangan dan perkebunan
mendapatkan nilai realisasi investasi yang mengalami penurunan. Pada sektor
peternakan, nilai realisasi investasi mengalami peningkatan tajam pada 2007
namun setelah itu mengalami penurunan drastis hingga 2009. Sektor kehutanan
sejak tahun 2007 tidak mendapatkan realisasi investasi, sedangkan sektor
perikanan juga mengalami penurunan. Akan tetapi, jika diperhatikan secara
keselurhan, dapat disimpulkan bahwa investasi luar negeri lebih banyak
dialokasikan ke sektor sekunder dan tersier, dengan proporsi lebih dari 50%.
Berdasarkan data perkembangan realisasi investasi PMD tahun 2006-2009,sektor
tanaman pangan mengalami peningkatan pada tahun 2007, menurun pada tahun 2008,
dan meningkat kembali tahun 2009. Sektor petrnakan juga mengalami fluktuasi,
sedangkan sektor perikanan mengalami peningkatan. Sma seperti PMA, PMD pada
sektor pertanian memiliki proporsi yang masih lebih kecil dibandingkan pada
sektor lain.
Identifikasi
Penyebab Investasi Pertanian Terhambat
Berdasarkan
data-data diatas, terlihat bahwa perkembangan investasi untuk sektor pertanian
memiliki kecenderungan yang terus menurun. Terdapat beberapa hal yang dapat
menjadi penyebab ketidaktertarikan investor untuk menanamkan modalnya ke sektor
petanian, diantaranya:
Pertama, sektor pertanian
memiliki risiko dan ketidakpastian yang sangat tinggi dibanding sektor lain.
Terlebih lagi dengan adanya climate change yang menyebabkan kemungkinan
terjadinya fluktuasi produksi menyebabkan ketidakpastian dan risiko yang
dihadapi semakin tinggi.
Kedua, pada kasus
pertanian di Indonesia, minimnya sarana pendukung yang tersedia menjadi slah
satu faktor yang membuat investasi pada pertanian semakin tidak menarik.
Seperti yang telah banyak diketahui, saat ini sarana pertanian seperti irigasi
misalnya yang ada di daerah adalah peninggalan masa orde baru dan sudah semakin
tidak terawat. Selain itu, karena umuya sentra produksi pertanian berada di
daerah, dan infrastruktur sepeti jalan yang ada pada beberpaa jalur misalkan
pada jalur pantura kurang baik sehingga besarnya kemungkinan terjadi kerusakan
barang semakin tinggi.
Ketiga, masih sulitnya
birokrasi yang ada apabila hemdak mendirikan usaha pertanian yang memiliki
skala ekonomi yang cukup besar sehingga menjadi kurang menarik.
Keempat, masih tidak
stabilnya iklim investasi di Indonesia. Hal ini berlaku secara keseluruhan,
baik sektor pertanian maupun nonpertanian.
Kelima, masih tidak
stabilnya iklim politik dan pada beberapa komoditi pertanian yang menjadi
komoditi politik.
Keenam, masih maraknya
pungutan-pungutan liar di Indonesia sehingga semakin meningkatkan biaya yang
harus dikeluarkan. Masih terdapatnya tumpang tindih kebijakan antar departemen
atau kementrian yang ada dan kurangnya koordinasi antar instansi pemeerintahan
sehingga menimbulkan kebingungan pada investor
Ketujuh, adanya otanomi
daerah yang terkadang kebijakannya tumpang tindih dengan kebijakan pemerintah
pusat.
Kedelapan, anggapan bahwa
investasi sektor pertanian tidak menarik dibandingkan dengan sektor lain.
Pertanian Sektor
pertanian adalah sektor yang memiliki peran penting dalam meningkatkan
perekonomian, terutama perekonomian pedesaan. Saat ini tren investasi pertanian
memiliki tren yang mengalami penurunan. Hal yang paling utama untuk
meningkatkan minat investasi bidang pertanian adalah menyinergiskan kebijakan
dalam pemerintahan, baik antara departemen/kementrian di pemerintah pusat
maupun dengan pemerintah daerah. Dengan adanya kesinergisan kebijakan, maka
investor mendapatkan suatu kepastian kebijakan investasi sehingga mereka dapat
lebih mudah untuk mengambil keputusan investasi. Pemerintah juga perlu
melakukan upaya pendekatan kepada investor untuk menanamkan modalnya dibidang
pertanian. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kemudahan untuk
investasi misalkan bantuan untuk merampingkan jalur birokrasi, memberikan
jaminan kestabilan politik dan keamanan investasi, serta perbaikan
infrastruktur sehingga dapat meminimalisasi risiko dan ketidakpastian yang
dihadapi.
Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
Jika mau berkaca dari negara yang telah lebih
dahulu maju dibanding dengan Indonesia, pada awalnya mereka (negara-negara
maju) menitikberatkan pembangunan perekonomian mereka pada sektor pertanian
untuk kemudian dikembangkan dan beralih perlahan-lahan menjadi sektor industri.
Perubahan ini tidak berlangsung secara tiba-tiba melainkan dengan serangkaian
proses yang panjang dan tentunya pertanian dijadikan sebagai pondasi, baik
sebagai penyedia bahan baku maupun modal untuk membangun industri.
Berkaca pada krisis yang telah terjadi, proses industrialisasi yang
didengung-dengungkan pemerintah kurang mendapat moment yang tepat. Pada
akhirnya Indonesia yang direncanakan akan menjadi negara industri-dalam waktu
yang tidak lama lagi, tidak terwujud hingga saat sekarang ini.
Melihat kenyataan itu, sudah seharusnya kita memutarbalikkan
kemudi ekonomi untuk mundur selangkah merencanakan dan kemudian melaksanakan
dengan disiplin setiap proses yang terjadi. Yang terpenting yaitu harus dapat
dipastikan bahwa sektor pertanian mendapat prioritas dalam proses pembangunan tersebut.
Mengingat, sampai dengan saat ini negara-negara maju pun tidak dapat
meninggalkan sektor pertanian mereka, hingga kalau sekarang kita coba melihat
sektor pertanian sekelas negara maju, sektor pertanian mereka mendapat proteksi
yang besar dari negara dalam bentuk subsidi dan bantuan lainnya.
Ada beberapa alasan (yang dikemukakan oleh Dr.Tulus Tambunan dalam
bukunya Perekonomian Indonesia) kenapa sektor pertanian yang kuat sangat
esensial dalam proses industrialisasi di negara Indonesia, yakni sebagai berikut
:
1. Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan
terjamin dan ini merupakan salah satu prasyarat penting agar proses
industrialisasi pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa
berlangsung dengan baik.
2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian
yang kuat membuat tingkat pendapatan rill per kapita disektor tersebut tinggi
yang merupakan salah satu sumber permintaan terhadap barang-barang nonfood,
khususnya manufaktur. Khususnya di Indonesia, dimana sebagaina besar penduduk
berada di pedesaan dan mempunyai sumber pendapatan langsung maupun tidak
langusng dari kegitan pertanian, jelas sektor ini merupakan motor utama
penggerak industrialisasi.
3. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah satu
sumber input bagi sektor industri yang mana Indonesia memiliki keunggulan
komparatif.
4. Masih dari sisi penawaran, pembangunan yang baik disektor
pertanian bisa menghasilkan surplus di sektor tersebut dan ini bisa menjadi
sumber investasi di sektor industri, khususnya industri berskala kecil di
pedesaan.
Melihat hal itu, sangat penting untuk kita saling bersinergi dalam
meningkatkan produktivitas pertanian. Pemerintah-dalam hal ini pemangku
kebijakan, membuat regulasi yang memiliki tujuan yang selaras dengan cita-cita
bersama, menganggarkan dana untuk pengembangan pertanian, memberikan
pengetahuan dengan jalan memberdayakan tenaga penyuluh pertanian agar dapat
membantu petani dengan maksimal, bank dalam hal ini penyedia dana publik dapat
lebih bersahabat dengan petani, agar keterbatasan dana dapat teratasi dengan
bantuan bank sebagai penyedia dana dengan bunga yang kecil, perguruan tinggi
sangat penting untuk mengadakan penelitian-penelitian yang masiv dan dapat
diaplikasikan langsung untuk meningkatkan produktivitas pertanian, swasta
diharapkan dapat menginvestasikan modal mereka untuk membuat pabrik-pabrik
pengolahan produk-produk pertanian kita sehingga ketika kita ingin
memasarkannya ke luar (ekspor) maka kita akan dapat menghasilkan pendapatan
lebih (karena nilai yang lebih tinggi) dan tentunya masyarakat (petani) sebagai
subjek dapat dengan benar-benar serius dalam menjalankan setiap program yang
diberikan pemerintah (dengan asums : program yang dibuat oleh pemerintah sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan oleh petani)…
Ketika hal ini berjalan dengan baik, maka kita dapat meningkatkan
produk-produk pertanian kita sejalan dengan peningkatan industri manufaktur
yang membutuhkan bahan baku yang kita produksi dari para petani-petani
kita. Maka dari itu, peningkatan pendapatan para petani akan berkorelasi
positif terhadap meningkatnya kesejahteraan petani dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
SUMBER :
http://reizalichaal.blogspot.com/2012/09/contoh-makalah-tentang-masalah.html
http://farhaanahramadhani.blogspot.com/2015/04/perubahan-penerimaan-daerah-dan-peranan.html/
Sumber
daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan,
dan mikroorganisme,
tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi,
gas alam,
berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi,
kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri
telah membawa manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga
persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad
belakangan ini. Sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan
manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa
negara seperti Indonesia, Brazil,
Kongo, Maroko, dan berbagai
negara di Timur Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang
sangat berlimpah. Sebagai contoh, negara di kawasan Timur Tengah
memiliki persediaan gas alam sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko
sendiri memiliki persediaan senyawa fosfat sebesar
setengah dari yang ada di bumi. Akan tetapi, kekayaan sumber daya alam ini
seringkali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi
di negara-negara tersebut.
Indonesia,
salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam hayati dan nonhayati
terbesar di dunia.Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat
digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui.
SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama
penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme,
sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan.
Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi
dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak dapat diperbaharui adalah
SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih cepat daripada proses
pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Minyak
bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya pada umumnya memerlukan
waktu dan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya
sangat terbatas., minyak bumi dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa
hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal
dari lingkungan perairan.Perubahan tekanan
dan suhu panas selama jutaaan tahun
ini kemudian mengubah materi
dan senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis
bahan tambang tersebut.
Daya dukung lingkungan
Kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup
yang meliputi ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu
disebut daya dukung lingkungan. Keberadaan sumber daya alam di bumi tidak
tersebar merata sehingga daya dukung lingkungan pada setiap daerah akan
berbeda-beda. Oleh karena itu, pemanfaatannya harus dijaga agar terus
berkesinambungan dan tindakan eksploitasi harus dihindari. Pemeliharaan dan
pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional antara
lain sebagai berikut:
- Memanfaatkan
sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien,
misalnya: air, tanah, dan udara.
- Menggunakan
bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).
- Mengembangkan
metode penambangan dan pemrosesan yang lebih efisien serta dapat didaur
ulang.
- Melaksanakan
etika lingkungan dengan menjaga kelestarian alam.
Sumber daya alam di Indonesia
Indonesia
merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di dunia setelah Brazil. Fakta
tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman sumber daya alam hayati yang
dimiliki Indonesia dan hal ini, berdasarkan Protokol Nagoya, akan
menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi
yang berkelanjutan (green economy).
Kekayaan alam di Indonesia yang melimpah terbentuk oleh beberapa faktor, antara
lain:
- Dilihat
dari sisi astronomi, Indonesia terletak pada daerah tropis
yang memiliki curah hujan yang tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang
dapat hidup dan tumbuh dengan cepat.
- Dilihat
dari sisi geologi, Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak terbentuk
pegunungan
yang kaya akan mineral.
- Daerah
perairan di Indonesia kaya sumber makanan
bagi berbagai jenis tanaman dan hewan laut, serta mengandung juga berbagai
jenis sumber mineral.
Tingginya tingkat biodiversitas Indonesia ditunjukkan dengan
adanya 10% dari tanaman berbunga
yang dikenal di dunia dapat ditemukan di Indonesia, 12% dari mamalia,
16% dari hewan reptil,
17% dari burung,
18% dari jenis terumbu karang, dan 25% dari hewan laut.[12]
Di bidang agrikultur,
Indonesia juga terkenal atas kekayaan tanaman perkebunannya,
seperti biji coklat,
karet, kelapa sawit,
cengkeh,
dan bahkan kayu
yang banyak diantaranya menempati urutan atas dari segi produksinya di dunia.
Sumber daya alam di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan
hayatinya saja. Berbagai daerah di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil
berbagai jenis bahan tambang, seperti petroleum,
timah, gas alam,
nikel, tembaga,
bauksit,
timah, batu bara,
emas, dan perak. Di samping itu,
Indonesia juga memiliki tanah
yang subur dan baik digunakan untuk berbagai jenis tanaman. Wilayah perairan
yang mencapai 7,9 juta km2 juga menyediakan potensi alam yang sangat
besar.
Sumber daya alam dan pertumbuhan ekonomi
Sumber daya alam dan tingkat perekonomian
suatu negara memiliki kaitan yang erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara
teoritis akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi, pada
kenyataannya hal tersebut justru sangat bertentangan karena negara-negara di
dunia yang kaya akan sumber daya alamnya seringkali merupakan negara dengan
tingkat ekonomi yang rendah. Kasus ini dalam bidang ekonomi sering pula disebut
Dutch disease. Hal ini
disebabkan negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari hasil
bumi memiliki kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada
negara-negara yang bergerak di sektor industri dan jasa. Di samping itu, negara
yang kaya akan sumber daya alam juga cenderung tidak memiliki teknologi yang
memadai dalam mengolahnya. Korupsi, perang saudara, lemahnya pemerintahan
dan demokrasi
juga menjadi faktor penghambat dari perkembangan perekonomian negara-negara
terebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pembenahan sistem
pemerintahan, pengalihan investasi dan penyokongan ekonomi ke bidang industri
lain, serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pemberdayaan
sumber daya alam. Contoh negara yang telah berhasil mengatasi hal tersebut dan
menjadikan kekayaan alam sebagai pemicu pertumbuhan negara adalah Norwegia
dan Botswana.
Pemanfaatan sumber daya alam
Sumber daya alam memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia. Untuk memudahkan pengkajiannya, pemanfaatan SDA dibagi berdasarkan
asalnya, yaitu SDA hayati dan nonhayati.
Sumber daya alam hayati :
Tumbuhan
Tumbuhan
merupakan sumber daya alam yang sangat beragam dan melimpah. Organisme
ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen
dan pati
melalui proses fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen
atau penyusun dasar rantai makanan. Eksploitasi tumbuhan yang
berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kepunahan dan hal ini akan
berdampak pada rusaknya rantai makanan. Kerusakan yang terjadi karena punahnya
salah satu faktor dari rantai makanan akan berakibat punahnya konsumen
tingkat di atasnya. Pemanfaatan tumbuhan oleh manusia diantaranya:
- Bahan
makanan: padi,
jagung,gandum,tebu
- Bahan
bangungan: kayu jati, kayu
mahoni
- Bahan
bakar (biosolar): kelapa sawit
- Obat:
jahe,
daun
binahong,
kina,
mahkota dewa
- Pupuk
kompos.
Pertanian dan perkebunan
Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar
penduduk Indonesia mempunyai pencaharian di bidang pertanian
atau bercocok tanam. Data statistik pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 45%
penduduk Indonesia bekerja di bidang agrikultur. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa negara ini memiliki lahan seluas lebih dari 31 juta ha yang
telah siap tanam, dimana sebagian besarnya dapat ditemukan di Pulau Jawa. Pertanian di
Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain
padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai, ubi, dan singkong. Di samping itu,
Indonesia juga dikenal dengan hasil perkebunannya, antara lain karet (bahan baku ban), kelapa sawit
(bahan baku minyak goreng), tembakau (bahan baku obat dan rokok), kapas (bahan baku tekstil),
kopi (bahan minuman), dan tebu (bahan baku gula pasir).
Hewan, peternakan, dan perikanan
Sumber daya alam hewan dapat berupa hewan liar maupun hewan yang
sudah dibudidayakan. Pemanfaatannya dapat sebagai pembantu pekerjaan berat
manusia, seperti kerbau dan kuda atau
sebagai sumber bahan pangan, seperti unggas dan sapi. Untuk menjaga
keberlanjutannya, terutama untuk satwa langka, pelestarian secara in situ dan
ex situ terkadang harus dilaksanakan. Pelestarian in situ adalah pelestarian
yang dilakukan di habitat asalnya, sedangkan pelestarian ex situ adalah
pelestarian dengan memindahkan hewan tersebut dari habitatnya ke tempat lain.
Untuk memaksimalkan potensinya, manusia membangun sistem peternakan,
dan juga perikanan,
untuk lebih memberdayakan sumber daya hewan.
Sumber daya alam nonhayati :
Air
Sumber daya alam, air.
|
Air merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk hidup dan bumi
sendiri didominasi oleh wilayah perairan. Dari total wilayah perairan yang ada,
97% merupakan air asin (wilayah laut,
samudra,
dll.) dan hanya 3% yang merupakan air tawar (wilayah sungai, danau, dll.). Seiring
dengan pertumbuhan populasi manusia, kebutuhan akan air, baik itu untuk
keperluan domestik dan energi,
terus meningkat. Air juga digunakan untuk pengairan,
bahan dasar industri
minuman, penambangan, dan aset rekreasi. Di bidang energi, teknologi penggunaan air sebagai
sumber listrik sebagai pengganti dari minyak bumi telah dan akan terus
berkembang karena selain terbaharukan, energi yang dihasilkan dari air
cenderung tidak berpolusi
dan hal ini akan mengurangi efek rumah kaca.
Angin
Pada era ini, penggunaan minyak bumi, batu bara, dan berbagai
jenis bahan bakar
hasil tambang
mulai digantikan dengan penggunaan energi
yang dihasilkan oleh angin. Angin mampu menghasilkan energi dengan menggunakan turbin
yang pada umumnya diletakkan dengan ketinggian lebih dari 30 meter di daerah
dataran tinggi. Selain sumbernya yang terbaharukan dan selalu ada, energi yang
dihasilkan angin jauh lebih bersih dari residu yang dihasilkan oleh bahan bakar
lain pada umumnya. Beberapa negara yang telah mengaplikasikan turbin angin
sebagai sumber energi alternatif adalah Belanda
dan Inggris.
Tanah
Tanah adalah komponen penyusun permukaan bumi .Tanah termasuk
salah satu sumber daya alam nonhayati yang penting untuk menunjang pertumbuhan penduduk
dan sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis makhluk hidup. Pertumbuhan
tanaman pertanian dan perkebunan secara langsung terkait dengan tingkat
kesuburan dan kualitas tanah. Tanah tersusun atas beberapa komponen, seperti
udara, air, mineral, dan senyawa organik.
Hasil tambang
Sumber daya alam hasil penambangan memiliki beragam fungsi bagi
kehidupan manusia, seperti bahan dasar infrastruktur,
kendaraan bermotor, sumber energi, maupun
sebagai perhiasan.
Berbagai jenis bahan hasil galian memiliki nilai ekonomi yang besar dan hal ini
memicu eksploitasi sumber daya alam tersebut. Beberapa negara, seperti
Indonesia dan Arab, memiliki pendapatan yang sangat besar dari sektor ini.
Jumlahnya sangat terbatas, oleh karena itu penggunaannya harus dilakukan secara
efisein.
Kesimpulan yang dapat saya ambil tetntang materi ini adalah sumber
daya alam yang terdapat dalam di negeri Indonesia sangatlah banyak sehingga
dapat memungkinkan memajukan Negara Indonesia sebagai Negara maju dan bukan
lagi Negara berkembang. Seperti dalam konteks hasil tambang, Indonesia banyak
sekali pegunungan dan lautan yang menyimpan didalamnya banyak hasil tambang
seperti minyak bumi dan lain-lain. Belum lagi sumber daya hayati dan non
hayatinya yang sangat melimpah. Namun sayangnya Indonesia belum bisa mengolah
sendiri hasil hasil sumber daya alam tersebut melainkan ada yang menjualnya
dengan cara mentah-mentah dan di bantu tenaga asing sehingga menambah
kost(biaya) lebih untuk membuatnya menjadi tidak barang mentah. Dan lemahnya
Indonesia dalam konteks ini adalah menjual sumber daya mentah dan di olah di
Negara lain lalu Indonesia membelinya
kembali dengan harga yang tak lagi sama dengan harga awal.
BAB 5. PDB, PERTUMBUHAN DAN
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI.
Produk domestik bruto (PDB)
Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu
metode untuk menghitung pendapatan
nasional.
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa
yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya
per tahun). PDB berbeda dariproduk nasional bruto karena
memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara
tersebut.
PDB Nominal merujuk kepada
nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga.PDB dapat dihitung dengan memakai dua
pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum
untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:
PDB = Konsumsi +investasi + Pengeluaran
pemerintah + (EKSPOR-IMPOR)
Di mana konsumsi adalah
pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, invesasi oleh sektor
usaha pengeluaran pemerinah oleh pemerintah,
dan ekspor dan impormelibatkan sektor luar negeri.
Sementara pendekatan pendapatan
menghitung pendapatan yang diterima faktor produksi
PDB
= sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan
pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, Upah untuk tenaga
kerja,bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Pertumbuhan
dan perubahan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses
perubahan kondisi suatu perekonomian
Negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu.
Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia
1. Faktor produksi
2. Faktor investasi
3. Factor perdagangan dan negri dan
neraca pembayaran
4. Factor kebijakan moneter dan inflasi
5. Faktor keuangan Negara
- Pendapatan Nasional
Ada
dua arti dari PN, yakni dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti
sempit PN adalah PN. Dalam arti luas, PN dapat merujuk ke PDB, atau merujuk ke
PNB, atau ke produk nasional netto (PNN).
Sesuai metode yang standar, perhitungan PN diawali diawali dengan perhitungan
PDB. Hubungan antara PDB dan PN dapat dijelaskan melalui beberapa persamaan
sederhana sebagai berikut.
PNB=
PDB+F
PNN=PNB-D
PN=PNN-Ttl
Dimana
: F pendapatan netto atas faktor luar negri,
D= Penyusutan; dan Ttl = pajak tak langsung neto (
variabel-variabel lainya telah dijelaskan di dalam teks). Jika tiga persamaan
di gabungkan, akan dapat persamaan berikut.
PDB
= PN + Ttl + D – F
Atau
PN=
PDB + F – D –Ttl
PDB
dapat diukur dengan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Dua pendekatan pertama
tersebut adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat, sedangkan pendekatan
pengeluaran adalah perhitungan PDB adalah jumlah nilai output (NO) dari semua
sektor ekonomi atau lapangan usaha, PDB adalah jumlah NO dari kesembilan sektor
tersebut
PDB
= ∑ NO
Oleh
sebab itu, dalam pendekataan pendapatan, PDB adalah jumlah dari nilai tambah
bruto (NTB) dari kesembilan sektor tersebut.
PDB
= NTB1 + NTB 2+ ……NTB9
Menurut
pendekatan pengeluaran,
PDB
= C + I + G+ X –M
- Sumber
– Sumber Pertumbuhan
Pertumbuhan
ekonomi bisa bersumber dari pertumbuhan pada sisi permintaan agregat (AD) Atau
/ dan sisi penawaran agregat ( AS). Seperti yang diilustrasikan pada
gambar. Titik potong antara kurva AD dengan kurva AS Adalah titik keseimbangan
ekonomi yang menghasilkan suatu jumlah output agregat (PDB) tertentu dengan
tingkat harga umum tertentu. Output agregat yang dihasilkan di dalam suatu
ekonomi (atau negara ) selanjutnya membentuk PN. Apabila pada periode awal
(t=0) adalah Y0, maka yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah apabila
pada periode berikutnya output= Y1, yang mana Y1 >Y0.
- Sisi
Permintaan Pertumbuhan
Dari
sisi AD, pergeseran kurvanya ke kanan yang mencerminkan peningkatan permintaan
di dalam ekonomi terjadi karena PN. Yang terdiri dari permintaan masyarakat
(konsumen), perusahaan, dan pemerintah, meningkat,. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, sisi AD (penggunaan PDB) terdiri dari empat komponen: konsumsi
rumah tangga.investasi, konsumsi. Sisi AD di dalam suatu ekonomi bisa
digambarkan dalam suatu model ekonomi makro sederhana sebagai berikut.
Y=
C+I+G+X-M
C=
Cy+Ca
I=-ir+Ia
G=Ga
X=Xa
M=My+Ma
- Sisi
penawaran Agregat
Faktor
produksi dapat ditulis dalam suatu fungsi sederhana sbb:
Q=
f (X1,X2,X3,…….Xn)
Dimana
Q mewakili volume output dan,X1,X2,X3……Xn adalah volume dari faktor*
produksi yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut.
C.Teori-teori
dan Model-model Pertumbuhan
a.
teori dan model pertumbuhan ekonomi (di lihat dari sisi AS/ produksi), yakni
teori neoklasik dan teori modern.Dalam kelompok teori neoklasik , faktor*
produksi dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan output adalah jumlah
L dan K; yang terakhir ini bisa dalam bentuk keuangan dan barang modal(seperti
mesin).
b.Teori
Modern dan Model Pertumbuhan Endogen
Dalam
teori modern, faktor* produksi yang krusial tidak hanya L dan K, tetapi
juga perubahan T ( yang berkandung di dalam barang modal atau mesin), E
kewirausahaan (kw), bahan baku (bb) dan material (MT).
Dilihat
dari kerangka pemikiran kelompok teori modern tersebut, ada
sejumlah perbedaan yang mendasar dengan kelompok teori neoklasik. Di antaranya
adalah yang mencakup L,K, dan Kw. Dalam kelompok teori ini kualitas L lebih
penting daripada kuantitas nya.
Di
dalam modelnya , laju pertumbuhan keseimbangan (waranted growth) yang
membuwat besarnya S Yang direncanakan ditetapkan selalu sama dengan
besarnya I yang direncanakan yaitu:
sYt
=ICOR(Yt-Yt-1)
(Yt-Yt-1)/Y=s/ICOR
Pada
model ekonomi makro dari IBII (2000) diasumsikan bahwa faktor produksi yang
menenyukan kapasitas produksi di Indonesia adalah jumlah K, karena faktor
L di Indonesia (terutama berasal dari sektor pertanian) cukup melimpah.
Berdasarkan
asumsi ini, maka perubahan kapasitas produksi tergantung pada perubahan kapital
(IBII,2000) :
∆cap
= (1/k)*∆K
Dimana
:
Cap
= kapasitas produksi atau potensial output
K=
rasio output modal (COR ) yang mengukur tingkat efisien penggunaan K.
Dilain
pihak, di dalam model makro ini K pada tahun tertentu (t) di definisikan
sebagai penjumlahan stok K tahun lalu (t-1) dan 1 bersih :
K(t)=k(t-1)+(i-s)
Dimana:
I=i
kotor
S=pengurangan
K
Pemotongan
K adalah K yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis karena output yang
dihasilkan lebih kecil daripada biaya produksinya. Dengan melakukan substitusi
persamaan di peroleh :
∆cap=
(1/k)*(i-s)
c.Pertumbuhan
TFP
Berdasarkan
studi-studi emperis mengenai pertumbuhan ekonomi dan sumber-sumbernya ,
pack n dan page menyatakan bahwa terdapat 2 sumber utama pertumbuhan, yakni
pertumbuhan yang bersumber dari peningkatan (investment –driven growth) dan
pertumbuhan yang di dorong oleh peningkatan produktivitas
(produktivity-driven growth).
Sumber
pertumbuhan output yang berasal dari peningkatan produktivitas dan input-input
produksi dapat dihitung secara persial,
Ln
Yt=LnTt+αLn Kt+βLnKt +βLnLt
Dapat
di rumuskan kembali sebagai berikut.
Ln
Yt = Ln Tt + (1-β)Ln Kt + β Ln Lt
=
Ln Tt+LnKt+β (Ln Lt-Ln Kt)
Ln
Yt-Ln Kt= Ln Tt +β (Ln Lt-Ln Kt)
Ln(Yt/Kt)=
Ln Tt +β Ln (Lt/Kt)
Yt/Kt
= Tt(Lt/Kt)β
BAB 6 & 7 .KEMISKINAN DAN
KESENJANGAN
A. KONSEP
DAN PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
·
Gambaran kekurangan materi, yang
biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi
kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·
Gambaran tentang kebutuhan sosial,
termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
·
Gambaran tentang kurangnya penghasilan
dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat
berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar
profesi secara halal.
Kemiskinan
dapat dilihat dari dua sisi yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif adalah konsep kemiskinan yang mengacu
pada kepemilikan materi dikaitkan dengan standar kelayakan hidup seseorang atau
kekeluarga. Kedua istilah itu menunjuk pada perbedaan sosial (social distinction)
yang ada dalam masyarakat berangkat dari distribusi pendapatan. Perbedaannya
adalah bahwa pada kemiskinan absolut ukurannya sudah terlebih dahulu ditentukan
dengan angka-angka nyata (garis kemiskinan) dan atau indikator atau kriteria
yang digunakan, sementara pada kemiskinan relatif kategori kemiskinan
ditentukan berdasarkan perbandingan relatif tingkat kesejahteraan antar
penduduk.
B. GARIS
KEMISKINAN
Garis
kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang
dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu
negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis
kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada
di negara berkembang.
Hampir
setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan
berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat
miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program
peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi
kemiskinan.
C. PENYEBAB
DAN DAMPAK KEMISKINAN
Secara
umum, penyebab kemiskinan dapat dibagi kedalam empat mazhab (Spicker,
2002),yaitu:
Pertama,
Individual explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan cenderungdiakibatkan
oleh karakteristik orang miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud
sepertimalas dan kurang sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam
bekerja. Mereka juga sering salah dalam memilih, termasuk memilih pekerjaan,
memilih jalan hidup,memilih tempat tinggal, memilih sekolah dan lainnya. Gagal,
sebahagian orang miskin bukankarena tidak pernah memiliki kesempatan, namun ia
gagal menjalani dengan baik kesempatantersebut. Seseorang yang sudah bekerja
namun karena sesuatu hal akhirnya ia diberhentikan(PHK) dan selanjutnya menjadi
miskin.
Kedua,
Familial explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan lebih disebabkan
olehfaktor keturunan. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah telah membawa
dia kedalamkemiskinan. Akibatnya ia juga tidak mampu memberikan pendidikan yang
layak kepadaanaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikian
secara terus menerusdan turun temurun.
Ketiga,
Subcultural explanation, menurut mazhab ini bahwa kemiskinan dapat disebabkan
oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik perilaku
lingkungan. Misalnya, kebiasaan yang bekerja adalah kaum perempuan, kebiasaan
yang enggan untuk bekerja kerasdan menerima apa adanya, keyakinan bahwa
mengabdi kepada para raja atau orang terhormatmeski tidak diberi bayaran dan
berakibat pada kemiskinan.
Keempat,
Structural explanations, mazhab ini menganggap bahwa kemiskinan timbul
akibatdari ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat,
kebijakan, dan aturanlain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan
lainnya hingga menimbulkankemiskinan di antara mereka yang statusnya rendah dan
haknya terbatas.
Kemiskinan
tidak hanya terdapat di desa, namun juga di kota. Kemiskinan di desa terutama
disebabkan oleh faktor-faktor antara lain:
1) Ketidakberdayaan.
Kondisi ini muncul karena kurangnya lapangan kerja, rendahnya hargaproduk yang
dihasilkan mereka, dan tingginya biaya pendidikan,
2) Keterkucilan,
rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya keahlian, sulitnya transportasi,
sertaketiadaan akses terhadap kredit menyebabkan mereka terkucil dan menjadi
miskin,
3) Kemiskinan
materi, kondisi ini diakibatkan kurangnya modal, dan minimnya lahan
pertanianyang dimiliki menyebabkan penghasilan mereka relatif rendah,
4) Kerentanan,
sulitnya mendapatkan pekerjaan, pekerjaan musiman, dan bencana alam,membuat
mereka menjadi rentan dan miskin,
5) Sikap,
sikap yang menerima apa adanya dan kurang termotivasi untuk bekerja
kerasmembuat mereka menjadi miskin.
Kemiskinan
di kota pada dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan di desa,
yang berbeda adalah penyebab dari faktor-faktor tersebut, misalnya faktor
ketidakberdayaan dikota cendrung disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja, dan
tingginya biaya hidup.
Kemiskinan
dapat juga disebabkan oleh:
a) Rendahnya
kualitas angkatan kerja,
b) Akses
yang sulit dan terbatas terhadap kepemilikan modal,
c) Rendahnya
tingkat penguasaan teknologi,
d) Penggunaan
sumberdaya yang tidak efisien,
e) Pertumbuhan
penduduk yang tinggi (Sharp et al, 2000).
Selain
dari berbagai pendapat di atas, kemiskinan secara umum disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang datang dari dalam diri orang miskin, seperti sikap yang menerima
apa adanya, tidak bersungguh-sungguh dalam berusaha, dan kondisi fisik
yangkurang sempurna. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari
luar diri si miskin, seperti keterkucilan karena akses yang terbatas, kurangnya
lapangan kerja, ketiadaan kesempatan, sumberdaya alam yang terbatas, kebijakan
yang tidak berpihak dan lainnya.
Dampak
dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks, yaitu :
1. Pengangguran.
Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja sebanyak
12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat krisis
multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini.
Dengan
banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan
karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan
mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran
telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat.
2. Kekerasan.
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari
pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan
yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan
dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya,
merampok, menodong, mencuri, menipu , dll.
3. Pendidikan.
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini.
Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau
dunia sekolah atau pendidikan.
4. Kesehatan.
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap
klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos
pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh
kalangan miskin.
5. Konflik
sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat
ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi
bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat
ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara,
persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan
identitas yang subjektif.
Dan
antara penggaruran, kemiskinan dan kesenjangan pendapatan saling berhubungan
dan mempunyai dampak yang cukup besar bagi negara.
D. PERTUMBUHAN,
KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
Merupakan
hubungan antara pertumbuhan dan kesenjangan.
Hubungan
antara tingkat kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi dapat
dijelaskan dengan Kuznet Hypothesis. Hipotesis ini berawal dari pertumbuhan
ekonomi (berasal dari tingkat pendapatan yang rendah berasosiasi dalam suatu
masyarakat agraris pada tingkat awal) yang pada mulanya menaik pada tingkat
kesenjangan pendapatan rendah hingga pada suatu tingkat pertumbuhan tertentu
selanjutnya kembali menurun. Indikasi yang digambarkan oleh Kuznet didasarkan
pada riset dengan menggunakan data time series terhadap indikator kesenjangan
Negara Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat.
Pemikiran
tentang mekanisme yang terjadi pada phenomena “Kuznet” bermula dari transfer
yang berasal dari sektor tenaga kerja dengan produktivitas rendah (dan tingkat
kesenjangan pendapatannya rendah), ke sektor yang mempunyai produktivitas
tinggi (dan tingkat kesenjangan menengah). Dengan adanya kesenjangan antar
sektor maka secara subtansial dapat menaikan kesenjangan diantara tenaga kerja
yang bekerja pada masing-masing sektor (Ferreira, 1999, 4).
Versi
dinamis dari Kuznet Hypothesis, menyebutkan kan bahwa kecepatan pertumbuhan
ekonomi dalam beberapa tahun (dasawarsa) memberikan indikasi naiknya tingkat
kesenjangan pendapatan dengan memperhatikan initial level of income (Deininger
& Squire, 1996). Periode pertumbuhan ekonomi yang hampir merata sering
berasosiasi dengan kenaikan kesenjangan pendapatan yang menurun.
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
·
Hubungan antara Pertumbuhan dan
Kesenjangan
Data decade 1970an dan 1980an mengenai
pertumbuhan ekonomi dan distribusi di banyak Negara berkembang, terutama
Negara-negara dengan proses pembangunan ekonomi yang tinggi, seperti Indonesia,
menunjukkan seakan-akan ada korelasi positif antara laju pertumbuhan dan
tingkat kesenjangan ekonomi: semakin tinggi pertumbuhan PDB atau semakin besar
pendapatan per kapita semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum
kaya. Studi dari Jantti (1997) dan Mule
(1998) memperlihatkan perkembangan ketimpangan pendapatan antara kaum miskin
dan kaum kaya di Swedia, Inggris dan AS, serta beberapa Negara di Eropa Barat
menunjukkan kecenderungan yang meningkat selama decade 1970an dan 1980an. Jantti membuat kesimpulan semakin besar
ketimpangan distribusi pendapatan disebabkan oleh pergeseran demografi,
perubahan pasar buruh dan perubahan kebijakan public. Dalam perubahan pasar buruh, membesarnya
kesenjangan pendapatan dari kepala keluarga dan semakin besarnya pendapatan
dari istri dalam jumlah pendapatan keluarga merupakan dua factor penyebab
penting.
Literature mengenai perubahan
kesenjangan dalam dsitribusi pendapatan awalnya didominasi oleh apa yang
disebuthipotesis Kuznets. Dengan memakai
data antar Negara (cross section) dan data dari sejumlah survey/observasi di
tiap Negara (time series), Simon Kuznets menemukan relasi antara kesenjangan
pendapatan dan tingkat perdapatan per kapita berbentuk U terbalik. Hasil ini diinterpretasikan sebagai evolusi
dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari ekonomi pedesaan (rural)
ke ekonomi perkotaan (urban) atau ekonomi industry.
·
Hubungan antara Pertumbuhan dan
Kemiskinan
Dasar teori dari korelasi antara
pertumbuhan dan kemiskinan tidak berbeda dengan kasus pertumbuhan dengan
ketimpangan, seperti yang telah dibahas di atas. Mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal
proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan saat mendekati
tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur berkurang. Namun banyak factor lain selain pertumbuhan
yang juga mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat kemiskinan di suatu
wilayah/Negara seperti struktur pendidikan tenaga kerja dan struktur ekonomi.
Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan
langkah-langkah dan program yang dirancang secara khusus dan terpadu oleh
pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat. Penulis ingin menitikberatkan karya ilmiah ini dengan 3 masalah
utama kemiskinan di Indonesia, yaitu: terbatasnya kecukupan dan mutu pangan,
terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, serta terbatasnya dan
rendahnya mutu layanan pendidikan.
Ø Terbatasnya
Kecukupan dan Mutu Pangan
Hal
ini berkaitan dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak
merata, dan kurangnya dukungan pemerintah bagi petani untuk memproduksi beras
sedangkan masyarakat Indonesia sangat tergantung pada beras. Permasalahan
kecukupan pangan antara lain terlihat dari rendahnya asupan kalori penduduk
miskin dan buruknya status gizi bayi, anak balita, dan ibu.
Ø Terbatasnya
dan Rendahnya Mutu Layanan Kesehatan
Hal
ini mengakibatkan rendahnya daya tahan dan kesehatan masyarakat miskin untuk
bekerja dan mencari nafkah, terbatasnya kemampuan anak dari keluarga untuk
tumbuh kembang, dan rendahnya kesehatan para ibu. Salah satu indikator dari
terbatasnya akses layanan kesehatan adalah angka kematian bayi. Data Susenas
(Survai Sosial Ekonomi Nasional) menunjukan bahwa angka kematian bayi pada
kelompok pengeluaran terendah masih di atas 50 per 1.000 kelahiran hidup.
Ø Terbatasnya
dan Rendahnya Mutu Layanan Pendidikan
Hal
ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, terbatasnya kesediaan sarana
pendidikan, terbatasnya jumlah guru bermutu di daerah, dan terbatasnya jumlah
sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar. Pendidikan formal belum dapat
menjangkau secara merata seluruh lapisan masyarakat sehingga terjadi perbedaan
antara penduduk kaya dan penduduk miskin dalam masalah pendidikan.
·
Faktor - faktor Penyebab Kemiskinan
Yang
menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu :
1. Kemiskinan
alamiah.
Kemiskinan
alamiah terjadi akibat sumber daya alam yang terbatas,penggunaan teknologi yang
rendah,dan bencana alam.
2. Kemiskinan
buatan.
Kemiskinan
ini terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian
anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas
lain yang tersedia hingga mereka tetap miskin.
Selain
itu,penyebab kemiskinan di negara Indonesia adalah :
1. Laju
Pertumbuhan Penduduk.
Pertumbuhan
penduduk Indonesia terus menigkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus
penduduk.
Meningkatnya
jumlah penduduk membuat Indonesia semakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang
belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban
ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban
ketergantungan yang harud ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan.
2. Angkatan
Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran.
Secara
garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan
bukan tenaga kerja. Yang tergolong tenaga kerja ialah penduduk yang berumur
didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang
satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah
minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atau semua
penduduk kesenjangan dikatakan lunak,distribusi pendapatan nasional dikatakan
cukup merata.
3. Tingkat
pendidikan yang rendah.
Rendahnya
kualitas penduduk juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan di suatu
negara. Ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan tenaga kerja. Untuk adanya perkembangan ekonomi terutama industry,
jelas sekali dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang mempunyai skill atau
paling tidak dapat membaca dan menulis.
4. Kurangnya
perhatian dari pemerintah.
Pemerintah
yang kurang peka terhadap laju pertumbuhan masyarakat miskin dapat menjadi
salah satu faktor kemiskinan. Pemerintah tidak dapat memutuskan kebijakan yang
mampu mengendalikan tingkat kemiskinan di negaranya.
Faktor
lain yang masih memperlambat pencapaian penurunan kemiskinan sebagai berikut :
v Belum
meratanya program pembangunan,khususnya di pedesaan,luar Pulau Jawa,daerah
terpencil,dan daerah perbatasan. Sekitar 63.5% penduduk miskin hidup di daerah
pedesaan. Kemiskinan diluar Pulau Jawa
termasuk Nusa Tenggara, Maluku dan Papua juga lebih tinggi dibandingkan di
Pulau Jawa. Oleh karena itu, upaya penanganan kemiskinan seharusnya lebih difokuskan
di daerah-daerah tersebut.
v Masih
terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.
v Masih
besarnya jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin,baik karena guncangan
ekonomi,bencana alam,dan juga akibat kurangnya akses terhadap pelayanan dasar
dan sosial.
v Kondisi
kemiskinan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kebutuhan pokok. Sehubungan
dengan itu ,upaya penanggulangan kemiskinan melalui stabilitas harga kebutuhan
pokok harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Hal ini bertujuan agar
penanggulangan kemiskinan,baik di perdesaan maupun perkotaan dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
Penanggulangan
Masalah Kemiskinan di Indonesia
Penanganan
berbagai masalah di atas memerlukan strategi penanggulangan kemiskinan yang
jelas. Pemerintah Indonesia dan berbagai pihak terkait lainnya patut mendapat
acungan jempol atas berbagai usaha yang telah dijalankan dalam membentuk
strategi penanggulangan kemiskinan.
Tahun
1990 bank dunia mendeklerasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan
kemiskinan perlu dilakukan secara serentak pada 3 front
1. Pertumbuhan
ekonomiyang luas dan padat karya yang menciptakan kesempatan kerja dan
pendapatan pada kelompok miskin.
2. Pengembangan
SDM (pendidikan, kesehatan, dan gizi) yang member mereka kemampuan lebih baik
untuk memanfaatkan kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi
3. Membuat
suatu jaringan pengaman sosial untuk mereka diantara pendiuduk miskin yang sama
skali tidak mampu untuk mendapat keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi
dan kesempatan pengembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana
alam, konflik sosial, dan terisolasi secara fisik.
Pada
tahun 2000 bank dunia muncul dengan kerangka kerja analisi yang baru untuk
memerang kemiskinan yang dibangun di atas 3 pilar yakni pemberdayaan, keamanan,
dan kesempatan.
Hal
pertama yang dapat dilakukan oleh pemerintahan baru adalah menyelesaikan dan
mengadaptasikan rancangan strategi penanggulangan kemiskinan yang telah
berjalan.Kemudian hal ini dapat dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan. Berikut
ini dijabarkan sepuluh langkah yang dapat diambil dalam mengimplementasikan
strategi pengentasan kemiskinan tersebut.
è Peningkatan
fasilitas jalan dan listrik di pedesaan.
Berbagai
pengalaman di China, Vietnam dan juga di Indonesia sendiri menunjukkan bahwa
pembangunan jalan di area pedesaan merupakan cara yang efektif dalam mengurangi
kemiskinan. Jalan nasional dan jalan provinsi di Indonesia relatif dalam
keadaan yang baik. Tetapi, setengah dari jalan kabupaten berada dalam kondisi
yang buruk. Sementara itu lima persen dari populasi, yang berarti sekitar 11
juta orang, tidak mendapatkan akses jalan untuk setahun penuh.
è Peningkatan
tingkat kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang lebih baik
Indonesia
sedang mengalami krisis penyediaan fasilitas sanitasi.
Hanya
kurang dari satu persen limbah rumah tangga di Indonesia yang menjadi bagian
dari sistem pembuangan. Penyediaan fasilitaslimbah lokal tidak dibarengi dengan
penyediaan fasilitas pengumpulan, pengolahan dan pembuangan akhir. Pada tahun
2002, pemerintah hanya menyediakan anggaran untuk perbaikan sanitasi sebesar
1/1000 dari anggaran yang disediakan untuk penyediaan air. Akibatnya, penduduk
miskin cenderung menggunakan air dari sungai yang telah tercemar. Tempat
tinggal mereka juga sering berada didekat tempat pembuangan limbah. Hal ini
membuat penduduk miskin cenderung menjadi lebih mudah sakit dan tidak
produktif.
è Penghapusan
larangan impor beras
Larangan
impor beras yang diterapkan bukanlah merupakan kebijakan yang tepat dalam
membantu petani, tetapi kebijakan yang merugikan orang miskin. Studi yang baru
saja dilakukan menunjukkan Secara keseluruhan, 80 % dari penduduk Indonesia
menderita akibat proteksi tersebut, sementara hanya 20% yang menikmati
manfaatnya. Bahkan manfaat tersebut tidaklah sedemikian jelas. Harga beras di
tingkat petani tidak mengalami kenaikan yang berarti sementara harga di tingkat
pengecer naik cukup tinggi.
è Pembatasan
pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha lokal dan orang miskin
Salah
satu sumber penghasilan terpenting bagi penduduk miskin didaerah pedesaan
adalah wiraswasta dan usaha pendukung pertanian.Setengah dari penghasilan
masyarakat petani miskin berasal dariusaha pendukung pertanian. Untuk
meningkatkan penghasilan tersebut, terutama yang berasal dari usaha kecil dan
menengah, perlu dibangun iklim usaha yang lebih kondusif. Sayangnya, sejak
proses desentralisasi dijalankan, pemerintah daerah berlomba-lomba meningkatkan
pendapatan mereka dengan cara mengenakan pajak dan pungutan daerah yang lebih tinggi.
Belum lagi beban dari berbagai pungutan liar yang harus dibayarkan untuk
menjamin pengangkutan barang berjalan secara lancar dan aman. Berbagai biaya
ini menghambat pertumbuhan usaha di tingkat local dan menurunkan harga jual
yang diperoleh penduduk miskin atas barang yang mereka produksi.
è Pemberian
hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin
Adanya
kepastian dalam kepemilikan tanah merupakan factor penting untuk meningkatkan
investasi dan produktifitas pertanian.Pemberian hak atas tanah juga membuka akses
penduduk miskin pada kredit dan pinjaman. Dengan memiliki sertifikat
kepemilikan mereka dapat meminjam uang, menginvestasikannya dan mendapatkan
hasil yang lebih tinggi dari aktifitas merek. Dengan program pemutihan yang
sekarang ini dijalankan, dimana satu juta sertifikat dikeluarkan sejak 1997,
dibutuhkan waktu seratus tahun lagi untuk menyelesaikan proses tersebut.
Disamping itu, kepemilikan atas 64 persen tanah diIndonesia tidaklah
dimungkinkan, karena termasuk dalam klasifikasi area hutan.
è Perbaikan
atas kualitas pendidikan dan penyediaan pendidikan transisiuntuk sekolah
menengah
Indonesia
telah mencapai hasil yang memuaskan dalam meningkatkan partisipasi di tingkat
pendidikan dasar. Hanya saja,banyak anak-anak dari keluarga miskin yang tidak
dapat melanjutkan pendidikan dan terpaksa keluar dari sekolah dasar sebelum
dapat menamatkannya. Hal ini terkait erat dengan masalah utama pendidikan di
Indonesia, yaitu buruknya kualitas
pendidikan.
è Membangun
lembaga - lembaga pembiayaan mikro yang memberimanfaat pada penduduk miskin.
Sekitar
50 persen rumah tangga tidak memiliki akses yang baik terhadap lembaga
pembiayaan, sementara hanya 40 persen yang memiliki rekening tabungan. Kondisi
ini terlihat lebih parah di daerah pedesaan. Solusinya bukanlah dengan memberikan
pinjaman bersubsidi. Program pemberian pinjaman bersubsidi tidak dapat
dipungkiri telah memberi manfaat kepada penerimannya. Tetapiprogram ini juga
melumpuhkan perkembangan lembaga pembiayaan mikro (LPM) yang beroperasi secara
komersial. Padahal, lembaga-lembaga semacam inilah yang dapat diandalkan untuk
melayani masyarakat miskin secara lebih luas. Solusi yang lebih tepat adalah
memanfaaatkan dan mendorong pemberian kredit dari bank-bank komersial kepada
lembaga-lembaga pembiayaan mikro tersebut.
è Mengurangi
tingkat kematian Ibu pada saat melahirkan
Hampir
310 wanita di Indonesia meninggal dunia pada setiap 10.00 kelahiran hidup.
Angka ini merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara. Tingkat kematian menjadi
tinggi terkait dengan dua sebab.Pertama karena ibu yang melahirkan sering
terlambat dalam mencari bantuan medis. Sering terjadi juga bantuan medis yang
dibutuhkan tersebut tidak tersedia. Kedua karena kebanyakan ibu yang melahirkan
lebih memilih untuk meminta bantuan bidan tradisional daripada fasilitas medis
yang tersedia.
è Menyedian
lebih banyak dana untuk daerah-daerah miskin
Fiskal
antar daerah di Indonesia sangatlah terasa.Pemerintah daerah terkaya di
Indonesia mempunyai pendapatan perpenduduk 46 kali lebih tinggi dari pemerintah
di daerah termiskin.Akibatnya pemerintah Kesenjangan daerah yang miskin sering
tidak dapat menyediakan pelayanan yang mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Pemberian dana yang terarah dengan baik dapat membantu masalah ini.
è Merancang perlindungan sosial yang lebih tepat sasaran
Program
perlindungan yang tersedia saat ini, seperti beras untuk orang miskin serta
subsidi bahan bakar dan listrik, dapat dikatakan belum mencapai sasaran dengan
baik. Pada tahun 2004, pemerintah Indonesia mengeluarkan Rp 74 trilliun untuk
perlindungan sosial.Angka ini lebih besar dari pengeluaran di bidang kesehatan
danpendidikan. Sayangnya, hanya 10 persen yang dapat dinikmati oleh penduduk
miskin, sementara sekitar Rp60 trilliun lebih banyak dinikmati oleh masyarakat
mampu.
BAB 8
& 9 . PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH DAN OTONOMI DAERAH
1.
UNDANG
UNDANG OTONOMI DAERAH
UU Otonomi Daerah
UU otonomi daerah merupakan dasar hukum pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia atau dapat juga disebut payung hukum pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia.UU otonomi daerah di Indonesia menjadi payung hukum
terhadap seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pelaksanaan otonomi daerah di bawah UU otonomi daerah seperti, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan seterusnya.
Tentang UU Otonomi Daerah
UU otonomi daerah itu sendiri merupakan implementasi
dari ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang
menyebutkan otonomi daerah sebagai bagian dari sistem tata negara Indonesia dan
pelaksanaan pemerintahan di Indonesia. Ketentuan mengenai pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia tercantum dalam pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
yang menyebutkan bahwa:
“Pemerintahan daerah propinsi,
daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”.
Selanjutnya Undang-Undang Dasar 1945 memerintahkan
pembentukan UU Otonomi Daerah untuk mengatur mengenai susunan dan
tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (7), bahwa:
“Susunan dan tata cara
penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang”.
Ketentuan tersebut diatas menjadi payung hukum bagi
pembentukan UU otonomi daerah di
Indonesia, sementara UU otonomi daerah menjadi dasar bagi pembentukan peraturan
lain yang tingkatannya berada di bawah undang-undang menurut hirarki atau tata
urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Otonomi daerah di
Indonesia dilaksanakan segera setelah gerakan reformasi 1998. Tepatnya pada
tahun 1999 UU otonomi daerah mulai diberlakukan.
Perubahan UU Otonomi Daerah
Pada tahap
selanjutnya UU otonomi daerah ini mendapatkan kritik dan masukan untuk lebih
disempurnakan lagi. Ada banyak kritik dan masukan yang disampaikan sehingga
dilakukan judicial review terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang otonomi daerah. Dengan terjadinya judicial review maka Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah diubah dan digantikan dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ini juga diikuti
pula dengan perubahan peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur
mengenai otonomi daerah yang berfungsi sebagai pelengkap pelaksanaan otonomi
daerah di Indonesia seperti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang selanjutnya digantikan dengan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah.
Sesungguhnya UU
otonomi daerah telah
mengalami beberapa kali perubahan setelah disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Namun perubahan tersebut meskipun penting namun
tidak bersifat substansial dan tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap tata
cara penyelenggaraan pemerintahan daerah karena hanya berkaitan dengan penyelenggaraan
pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Sejak Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disahkan menggantikan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dilakukan
perubahan terhadap Undang-Undang Nomo 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2977).
Selanjutnya
dilakukan lagi perubahan melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah.
2. PERUBAHAN
PENERIMAAN DAERAH DAN PERANAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pengkajian kerangka regulasi yang
ada dan merekomendasikan penyempurnaan kerangka tersebut guna mendukung
prioritas pembangunan dan pembiayaan infrastruktur Penyusunan strategi
pembangunan dan pembiayaan infrastruktur ini diharapkan dapat menghasilkan peta
pembangunan infrastruktur yang jelas di masa yang akan datang sehingga
pemerintah mempunyai dokumen yang lengkap terhadap pembangunan infrastruktur.
Oleh
karena itu, ruang lingkup dari penyusunan strategi ini mencakup seluruh aspek
potensi ekonomi wilayah Indonesia Timur sebagai rumusan strategis pembangunan
infrastruktur nasional, baik berdasarkan subsektor jenis infrastruktur dan maupun
tipologi kewilayahan dengan basis pendekatan potensi. Penyusunan strategi
pembangunan dan pembiayaan infrastruktur kawasan timur Indonesia diharapkan
dapat menghasilkan Master Plan di bidang infrastruktur yang akan mendukung
skenario pembangunan era baru ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.
Master Plan ini diharapkan dapat memuat berbagai data dan informasi mengenai
pembangunan dan pembiayaan infrastruktur berdasarkan skala prioritas
pembangunan dan regulasi yang mendukung arah pembangunannya.
Cerminan
pembangunan infrastruktur nasional adalah pembangunan infrastruktur di tiap
wilayah atau propinsi di Indonesia. Perkembangan pembangunan infrastruktur di
masing-masing pulau di Indonesia memperlihatkan perbedaan yang cukup berarti.
Dominasi pembangunan infrastruktur sangat ditentukan oleh kondisi geograsfis
dan demografis dari suatu wilayah.
Dominasi
infrastruktur ini dapat mencerminkan pula tingkat aktivitas ekonomi dalam suatu
wilayah. Perkembangan pembangunan infrastruktur untuk masing-masing pulau yang
ada di Indonesia. Hal ini pula yang menjadi hambatan pembangunan infrastrukrur
Kawasan Timur Indonesia.
Pada
hal sejatinya jika Indonesia ingin percepatan mencapai kemajuan maka pendekatan
potensi atau potential approach yaitu potensi yang mendorong tumbuhnya
komoditas unggulan, hendaknya menjadi komintmen kuat terhadap pembangunan
infrstruktur kawasan timur Indonesia.
Sebagaimana
kita ketahui bahwa daerah Kalimantan Selatan sebagaimana daerah Kalimantan
umumnya yang merupakan salah satu pulau terbesar yang ada di wilayah negara
kita. Tingkat kepadatan pendudukanya relative rendah sehingga tidak
dimungkinkan untuk melakukan pendekatan demographic dalam perencanaan
pembangunan infrastukturnya.
Dengan
jumlah penduduk yang mendiami wilayah ini hanya sebesar 6% dari total penduduk
Indonesia, maka akan berdampak pada aktivitas ekonomi yang ada di wilayah ini.
Kondisi semacam ini merupakan kondisi tipikal wilayah Indonesia Timur.
Karenanya diperlukan langkah potential approach atau pendekatan potensial untuk
pembangunan infrastrukturnya
Komoditas
yang menjadi unggulan untuk wilayah ini adalah sektor pertambangan dan galian,
sub sector perkebunan dan subsektor kehutanan. Ketiga sektor ini memberikan
sumbangan besar bagi pendapatan nasional.
Dengan
demikian terdapat pandangan berbeda mengenai pola perencanaan bahwa berdasarkan
jumlah penduduk atau pendekatan demografik, aktivitas ekonomi unggulan yang
tidak memerlukan banyak infrastruktur, maka akibatnya adalah persentase
pembangunan infrastruktur di pulau ini lebih rendah dibandingkan pulau Jawa dan
Sumatera.
Dilihat
dari infrastruktur transportasi, pelabuhan laut lebih mendominasi dibandingkan
dengan yang lainnya. Hal ini sangat wajar dengan kondisi geografis dari
Kalimantan yang lebih banyak rawa dibandingkan dengan daratannya yang
memungkinkan sektor pelabuhan laut dan lalulitas angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan lebih berkembang dibandingkan dengan transportasi darat.
Pembangunan
jalan di pulau ini masih relative rendah bila dibandingkan dengan luas wilayah
pulau ini. Hal ini sangat signifikan sekali dengan jumlah kendaraan yang berada
di wilayah ini hanya sebesar 5,8% dari jumlah kendaraan yang ada di Indonesia.
Hal ini pula yang menyebabkan rendahnya tingkat mobilitas dan tingginya biaya
transportasi sehingga wilayah ini kehilangan daya saingnya dalam menarik
investasi.
Pandangan
keliru juga terdapat pada subsektor pertanian tanaman pangan dan pengairan.
Dapat kita temukan fakta bahwa irigasi tidak menjadi salah satu fokus
pembangunan infrastruktur karena wilayah ini bukan sebagai lumbung padi tetapi
lebih cenderung pada komoditas kehutanan dan perkebunan.
Pada
pada sisi lain kitapun memehami betul bahwa kondisi wilayah ini sangat
dimungkinkan membangun jaringan irigasi guna menjadikan Kalimantan sebagai
lumbung padi. Kita dapat belajar dan membandingkan kondisi wilayah ini dengan
kondisi Vietnam yang petaninya lebih unggul dari petani kita bahkan tanpa proteksionisme
perdagangan.
Saat ini akses masyarakat Kalimantan
terhadap air bersih, hanya sebesar 44% yang dapat menikmati air bersih
sedangkan sisanya belum mendapatkan akses terhadap air bersih.
Ini
merupakan salah satu permasalahan yang harus menjadi perhatian, karena bila
kondisi tersebut dibiarkan maka akan berdampak pada tingkat kesehatan dari
masyarakat di Kalimantan. Bagaimana kita bisa mengembangkan sumber daya manusia
yang handal dan mampu bersaing secara global bila tingkat hiegenitas masih
rendah. Oleh karena itu akses terhadap air bersih perlu langkah prioritas
pembangunan infrastrukturnya.
Demikian
pula dengan subsektor telematika dan ketenagalistrikan perlu berpacu dengan
irama pertumbuhan yang berkembang dengan pesat. Hal ini sejalan dinamika dan
aktivitas dari masyarakat di pulau Kalimantan.
Pembukaan
lahan menjadi lahan pertanian yang notabene terjadi perubahan fungsi seringkali
memicu kotroversi yang kontraproduktif, hendaknya dipelajari kembali dengan
seksasama agar tidak terdapat resistensi pembangunan hanya sekadar penolakan
emosional, namun sebaliknya kehilangan informasi berharga tentang potensi
ekonomi yang mempunyai keunggulan tertentu.
Akhirnya
kita juga mengapeal akan pentingnya kesadaran tentang pembangunan infrastruktur
berkaitan dengan upaya strategis percepatan pertumbuhan ekonomi, hendaknya
secara nyata mengurangi hambatan birokratis di semua lini baik pada tingkat
pemerintah pusat maupun pada tingkat pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten.
3.
Pembangunan
Ekonomi Regional
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Untuk melihat ketidaknmerataan pertumbuhan regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. pertumbuhan output; 2. pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. pertumbuhan output perkapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan .
4. Faktor-faktor penyebab ketimpangan
Ada 2 faktor penyebab ketimpangan pembangunan, faktor pertama adalah karena ketidaksetaraan anugerah awal (initial endowment) diantara pelaku-pelaku ekonomi. Sedangkan faktor kedua karena strategi pembangunan dalam era PJP I lebih bertumpu pada aspek pertumbuhan (growth).
Sebagian ketidaksetaraan anugerah awal itu bersifat alamiah (natural) atau bahkan ilahiah. Akan tetapi sebagian lagi bersifat structural. Ketidaksetaraan itu berakibat peluang dan harapan untuk berkiprah dalam pembangunan menjadi tidak seimbang.
Ditumpukkannya strategi pembangunan pada aspek petumbuhan, bukanlah tidak beralasan. Secara akademik, baru pertumbuhanlah yang telah memiliki teori-teori yang mantap dalam konsep pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau rancangan pebangunan lebih menyandarkan rencana pembangunannya pada aspek pertumbuhan.
5. Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Pembangunan di Indonesia Bagian Timur lebih tertinggal dibandingkan daerah Indonesia bagian lain. Mungkin penyebabnya tanah yang lebih tidak subur dan masalah transportasi. Aku lihat sih daerah yang agak tandus, jalannya lebih cepat rusak, entah karena keadaan tanahnya atau karena suhu udaranya yang lebih panas. Sehingga perjalanan memerlukan waktu tempuh yang lebih lama dan medan yang berat. Aku sering main daerah dekat waduk/bendungan. Daerah yang sulit dijangkau karena jalannya rusak atau jauh, lebih mudah terjangkau dengan adanya transportasi air.
Keuntungannya:
- Proyek yang menarik dan mudah dijual karena akan mendapatkan hasil langsung berupa pohon/hasil hutan sepanjang yang akan dibuat jalan. Akan mendapatkan bahan galian yang bisa berupa bahan tambang yang bernilai tinggi (bisanya daerah tandus kaya akan bahan tambang bernilai tinggi dan batuan mulia/permata)dan atau bahan mineral.
- Peluang bisnis transportasi manusia dan barang (kalau tidak salah transportasi via air termasuk transportasi yang paling murah untuk angkutan barang).
- Bendungan bisa juga dibuat pembangkit listrik tenaga air.
- Bisa menjadi Objek wisata
- Di bendungan bisa dibuat budi daya ikan jaring terapung, sedangkan di jalan air bisa di buat budi daya ikan di keramba.
- Untuk saluran irigasi.
- Meningkatkan kesuburan tanah(biasanya daerah dekat aliran air, tanahnya menjadi lebih subur).
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi banjir.
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi kebakaran hutan (minimal melokalisasi kebakaran hutan yang terpotong jalan air).
- Transportasi manusia dan barang lebih mudah, murah dan lancar otomatis meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah itu dan antar pulau.
- Akan berkembang aktivitas-aktivitas ekonomi penunjang lainnya yang meningkatkan penghasilan dan menyerap lapangan pekerjaan.
- Mempermudah aparat keamanan untuk menjaga daerah-daerah yang sulit dijangkau lewat darat.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Masalah pengawasan dan keamanan lalu lintas jalan air
- Debit banjir bila air meluap
- Pemeliharaan jalan air
- Masalah keselamatan pengguna jalan air.
6. Teori dan Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah
Perbedaan karakteristik wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki, sehingga membutuhkan perbedaan kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk menunjukkan adanya perbedaan potensi ini maka dibentuklah zona-zona pengembangan ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan Ekonomi Daerah adalah pendekatan pengembangan ekonomi daerah dengan membagi habis wilayah sebuah daerah berdasarkan potensi unggulan yang dimiliki, dalam satu daerah dapat terdiri dari dua atau lebih zona dan sebuah zona dapat terdiri dari dua atau lebih cluster. Setiap zona diberi nama sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki, demikian pula pemberian nama untuk setiap cluster, misalnya : Zona Pengembangan Sektor Pertanian yang terdiri dari Cluster Bawang Merah, Cluster Semangka, Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan ekonomi daerah (ZPED) adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Pola pembangunan ekonomi dengan pendekatan Zona Pengembangan Ekonomi Daerah (ZPED), bertujuan:
1. Membangun setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan kompetitifnya/kompetensi intinya.
2. Menciptakan proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan berkesinambungan.
3. Memberikan peluang pengembangan wilayah kecamatan dan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan yang umumnya dikembangkan oleh para ahli ekonomi regional dewasa ini. Para ahli sangat concern dengan ide pengembangan ekonomi yang bersifat lokal, sehingga lahirlah berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development/LED).
Strategi ini terangkum dalam berbagai teori dan analisis yang terkait dengan pembangunan ekonomi lokal. Salah satu analisis yang relevan dengan strategi ini adalah Model Pembangunan Tak Seimbang, yang dikemukakan oleh Hirscman :
“Jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua priode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik walaupun sektor berkembang dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang terkait dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut”.
Model pembangunan tak seimbang menolak pemberlakuan sama pada setiap sektor yang mendukung perkembangan ekonomi suatu wilayah. Kompetensi inti dapat berupa produk barang atau jasa yang andalan bagi suatu zona/kluster untuk membangun perekonomiannya. Pengertian kompetensi inti menurut Hamel dan Prahalad (1995) adalah :
“Suatu kumpulan kemampuan yang terintegrasi dari serangkaian sumberdaya dan perangkat pendukungnya sebagai hasil dari proses akumulasi pembelajaran, yang akan bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis”.
Sedangan menurut Reeve (1995) adalah :
“Aset yang memiliki keunikan yang tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan yang unik, sehingga mampu membentuk suatu kompetensi inti”.
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Untuk melihat ketidaknmerataan pertumbuhan regional dapat ditentukan dengan beberapa cara. Secara umum dalam menghitung pertumbuhan dengan; 1. pertumbuhan output; 2. pertumbuhan output per pekerja; dan, 3. pertumbuhan output perkapita. Pertumbuhan output digunakan untuk mengetahui indikator kapasitas produksi. Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan
Perkembangan teori ekonomi pertumbuhan dan meningkatnya ketersediaan data daerah mendorong meningkatnya perhatian terhadap ketidakmerataan pertumbuhan daerah. Teori ekonomi pertumbuhan dimulai oleh Robert Solow yang dikenal dengan Model pertumbuhan neo-klasik. Dan beberapa ahli ekonomi Amerika mulai menggunakan teori pertumbuhan tersebut dengan menggunakan data-data daerah.
Pertumbuhan output per pekerja seringkali digunakan untuk mengetahui indikator dari perubahan tingkat kompetitifitas daerah, sedangkan pertumbuhan output perkapita digunakan sebagai indikator perubahan dari kesejahteraan .
4. Faktor-faktor penyebab ketimpangan
Ada 2 faktor penyebab ketimpangan pembangunan, faktor pertama adalah karena ketidaksetaraan anugerah awal (initial endowment) diantara pelaku-pelaku ekonomi. Sedangkan faktor kedua karena strategi pembangunan dalam era PJP I lebih bertumpu pada aspek pertumbuhan (growth).
Sebagian ketidaksetaraan anugerah awal itu bersifat alamiah (natural) atau bahkan ilahiah. Akan tetapi sebagian lagi bersifat structural. Ketidaksetaraan itu berakibat peluang dan harapan untuk berkiprah dalam pembangunan menjadi tidak seimbang.
Ditumpukkannya strategi pembangunan pada aspek petumbuhan, bukanlah tidak beralasan. Secara akademik, baru pertumbuhanlah yang telah memiliki teori-teori yang mantap dalam konsep pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau rancangan pebangunan lebih menyandarkan rencana pembangunannya pada aspek pertumbuhan.
5. Pembangunan Indonesia Bagian Timur
Pembangunan di Indonesia Bagian Timur lebih tertinggal dibandingkan daerah Indonesia bagian lain. Mungkin penyebabnya tanah yang lebih tidak subur dan masalah transportasi. Aku lihat sih daerah yang agak tandus, jalannya lebih cepat rusak, entah karena keadaan tanahnya atau karena suhu udaranya yang lebih panas. Sehingga perjalanan memerlukan waktu tempuh yang lebih lama dan medan yang berat. Aku sering main daerah dekat waduk/bendungan. Daerah yang sulit dijangkau karena jalannya rusak atau jauh, lebih mudah terjangkau dengan adanya transportasi air.
Keuntungannya:
- Proyek yang menarik dan mudah dijual karena akan mendapatkan hasil langsung berupa pohon/hasil hutan sepanjang yang akan dibuat jalan. Akan mendapatkan bahan galian yang bisa berupa bahan tambang yang bernilai tinggi (bisanya daerah tandus kaya akan bahan tambang bernilai tinggi dan batuan mulia/permata)dan atau bahan mineral.
- Peluang bisnis transportasi manusia dan barang (kalau tidak salah transportasi via air termasuk transportasi yang paling murah untuk angkutan barang).
- Bendungan bisa juga dibuat pembangkit listrik tenaga air.
- Bisa menjadi Objek wisata
- Di bendungan bisa dibuat budi daya ikan jaring terapung, sedangkan di jalan air bisa di buat budi daya ikan di keramba.
- Untuk saluran irigasi.
- Meningkatkan kesuburan tanah(biasanya daerah dekat aliran air, tanahnya menjadi lebih subur).
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi banjir.
- Bisa juga dirancang untuk mengatasi kebakaran hutan (minimal melokalisasi kebakaran hutan yang terpotong jalan air).
- Transportasi manusia dan barang lebih mudah, murah dan lancar otomatis meningkatkan aktivitas ekonomi di daerah itu dan antar pulau.
- Akan berkembang aktivitas-aktivitas ekonomi penunjang lainnya yang meningkatkan penghasilan dan menyerap lapangan pekerjaan.
- Mempermudah aparat keamanan untuk menjaga daerah-daerah yang sulit dijangkau lewat darat.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
- Masalah pengawasan dan keamanan lalu lintas jalan air
- Debit banjir bila air meluap
- Pemeliharaan jalan air
- Masalah keselamatan pengguna jalan air.
6. Teori dan Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah
Perbedaan karakteristik wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki, sehingga membutuhkan perbedaan kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk menunjukkan adanya perbedaan potensi ini maka dibentuklah zona-zona pengembangan ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan Ekonomi Daerah adalah pendekatan pengembangan ekonomi daerah dengan membagi habis wilayah sebuah daerah berdasarkan potensi unggulan yang dimiliki, dalam satu daerah dapat terdiri dari dua atau lebih zona dan sebuah zona dapat terdiri dari dua atau lebih cluster. Setiap zona diberi nama sesuai dengan potensi unggulan yang dimiliki, demikian pula pemberian nama untuk setiap cluster, misalnya : Zona Pengembangan Sektor Pertanian yang terdiri dari Cluster Bawang Merah, Cluster Semangka, Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan ekonomi daerah (ZPED) adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Pola pembangunan ekonomi dengan pendekatan Zona Pengembangan Ekonomi Daerah (ZPED), bertujuan:
1. Membangun setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan kompetitifnya/kompetensi intinya.
2. Menciptakan proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan berkesinambungan.
3. Memberikan peluang pengembangan wilayah kecamatan dan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah.
Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan yang umumnya dikembangkan oleh para ahli ekonomi regional dewasa ini. Para ahli sangat concern dengan ide pengembangan ekonomi yang bersifat lokal, sehingga lahirlah berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi Lokal (Local Economic Development/LED).
Strategi ini terangkum dalam berbagai teori dan analisis yang terkait dengan pembangunan ekonomi lokal. Salah satu analisis yang relevan dengan strategi ini adalah Model Pembangunan Tak Seimbang, yang dikemukakan oleh Hirscman :
“Jika kita mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua priode waktu tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik walaupun sektor berkembang dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan industri-industri lain yang terkait dengan industri yang mengalami perkembangan tersebut”.
Model pembangunan tak seimbang menolak pemberlakuan sama pada setiap sektor yang mendukung perkembangan ekonomi suatu wilayah. Kompetensi inti dapat berupa produk barang atau jasa yang andalan bagi suatu zona/kluster untuk membangun perekonomiannya. Pengertian kompetensi inti menurut Hamel dan Prahalad (1995) adalah :
“Suatu kumpulan kemampuan yang terintegrasi dari serangkaian sumberdaya dan perangkat pendukungnya sebagai hasil dari proses akumulasi pembelajaran, yang akan bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis”.
Sedangan menurut Reeve (1995) adalah :
“Aset yang memiliki keunikan yang tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan yang unik, sehingga mampu membentuk suatu kompetensi inti”.
BAB 10
Sektor Pertanian
Sektor
PertanianIndonesia
1. Definisi Pertanian
A.T Mosher (1968;19)
mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas
proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi didalam setiap
usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah
penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer. Ia mengambil gas
karbondioksida dari udara melalui daunnya. Diambilnya air dan hara kimia dari
dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini, dengan menggunakan sinar
matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak yang dapat digunakan oleh
manusia. Pertumbuhan tumbuhan dan hewan liar berlangsung di alam tanpa campur
tangan manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai bagian dunia telah
mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya perbedaan dalam
penyinaran matahari, suhu, jumlah air atau kelembaban yang tersedia serta sifat
tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki syarat-syarat tersendiri terutama
tumbuhnya pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah menentukan
jenis-jenis hewan apakah yang hidup di daerah tersebut, karena beberapa di
antara hewan itu memakan tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut, sedangkan
lainnya memakan hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah kombinasi tumbuhan
dan hewan di berbagai dunia.
Pertanian terbagi ke
dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit (Mubyarto,
1989;16-17). Pertanian dalam arti luas mencakup :
1. Pertanian
rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan
(termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau perkebunan besar).
3. Kehutanan.
4. Peternakan.
Sebagaimana telah
disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian
rakyat yaitu usaha pertanian keluarga di mana diproduksinya bahan makanan utama
seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan
tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat
yang merupakan usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari perkataan “farm”
dalam Bahasa Inggris.
Pertanian akan selalu
memerlukan bidang permukaan bumi yang luas yang terbuka terhadap sorotan sinar
matahari. Pertanian rakyat diusahakan di tanah-tanah sawah, ladang dan
pekarangan. Di dalam pertanian rakyat hampir tidak ada usaha tani yang
memproduksi hanya satu macam hasil saja. Dalam satu tahun petani dapat
memutuskan untuk menanam tanaman bahan makanan atau tanaman perdagangan. Alasan
petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas kebutuhan makan
untuk seluruh keluarga petani, sedangkan alasan menanam tanaman perdagangan
didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan
tanaman tersebut dan harapan harga.
Definisi Pertanian Padi
Manusia membutuhkan
energi untuk mempertahankan ketahanan tubuhnya. Nasi merupakan salah satu bahan
makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak, lagi pula nilai energi
yang terkandung di dalamnya cukup tinggi, sehingga berpengaruh besar terhadap
aktivitas tubuh atau kesehatan. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan
beras. Menurut cara tanamnya, padi dapat dibagi menjadi padi sawah dan padi
gogo. Padi sawah adalah padi yang ditanam di sawah dengan pengairannya
sepanjang musim atau setiap saat. Sedangkan padi gogo adalah padi yang
diusahakan di tanah tegalan kering secara menetap. Padi gogo diusahakan dengan
menerapkan teknik budidaya seperti pengolahan tanah, pemupukan, dan pergiliran
tanaman (AAK, 1990).
Definisi Usaha Tani
A.T Mosher (Mubyarto,
1989;66) memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau bagian dari
permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu
apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Sedangkan usaha
tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat tempat itu yang
diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya. Usaha tani dapat
berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak.
Ciri yang sangat
menonjol dalam sistem usaha tani khususnya tanaman pangan adalah jaringan
irigasi. Sedangkan ciri umum yang spesifik pada suatu wilayah antara lain
adanya lahan yang selalu tergenang, lahan dataran tinggi dengan suhu yang
sangat rendah, kondisi iklim yang kering atau basah. Bentuk umum sistem usaha
tani diIndonesiadapat dibedakan (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Pertanian, 1990) antara lain :
1. Sistem
usaha tani lahan sawah dengan tanaman padi sebagai tanaman utama, diselingi
palawija, sayur-syuran atau tebu.
2. Sistem
usaha tani lahan kering atau tegalan di mana padi gogo dan berbagai jenis
tanaman palawija dan hortikultura sebagai komoditas pokok.
3. Sistem
usaha tani lahan dataran tinggi banyak ditanami dengan sayur-sayuran dan
beberapa jenis palwija dan sebagian varietas padi.
4. Usaha
tani perkebunan yang umumnya menanam berbagai jenis tanaman ekspor dan industri
sebagai komoditas yang diusahakan
Nilai Tukar Petani
Tujuan pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat,
sehingga dalam setiap tahapan pembangunan kesejahteraan masyarakat selalu
menjadi tujuan utama. Sebagai Negara agraris dengan jumlah penduduk besar dan
proporsi rumah tangga yang bekerja di pertanian dominan, maka perhatian
terhadap kesejahteraan petani dinilai sangat strategis. Salah satu alat ukur
kesejahteraan petani yang digunakan saat ini adalah Nilai Tukar Petani (NTP).
NTP dihitung dari rasio harga yang diterima petani (HT) terhadap harga yang
dibayar petani (HB). Konsep ini secara sederhana menggambarkan daya beli
pendapatan petani. Namun konsep penghitungan NTP yang didasarkan kepada
kuantitas yang tetap (indeks Laspeyres) belum sepenuhnya merupakan
indikator kesejahteraan petani. Kenaikan harga produk yang diterima petani
tidak identik dengan peningkatan pendapatan petani. Kenaikan harga yang
diterima petani justru mengindikasikan kelangkaan suplai/produksi pertanian.
Konsep pengukuran NTP juga tidak mengakomodasikan perkembangan produktivitas,
kemajuan teknologi dan pembangunan. Dalam kaitan sebagai indikator
kesejahteraan petani, penyempurnaan penghitungan NTP perlu dilakukan melalui
pendekatan nilai yaitu dengan memasukkan unsur kuantitas sehingga NTP
merupakan rasio antara nilai pendapatan terhadap nilai pengeluaran. Cara paling
sederhana adalah dihitungnya Indeks Produksi Pertanian dan Indeks
Konsumsi Rumah tangga petani dalam penghitungan NTP. Penyempurnaan lain adalah
menyempurnakan cakupan petani sesuai definisi pertanian dalam perhitungan
NTP.
Tren Investasi
Pertanian
Investasi
berarti suatu pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan
stok barang modal. Stok barang modal (capital stock) dan terdiri dari pabrik,
jalan, jembatan, perkantoran, produk-produk tahan lama lainnya, yang digunakan
dalam proses investasi. Investasi dapat diartikan juga sebagai pengeluaran
tambahan yang ditambahkan pada komponen-komponen barang modal (capital
accumulation). Sektor pertanian adalah salah satu sektor penting dalam
pergerakan perekonomian di Indonesia, terutama pada perekonomian pedesaan.
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah rendahnya perkembangan investasi
dibidang pertanian, terutama spesifikasi pada investasi bidang pertanian dalam
arti sempit. Salah satu sektor penunjang yang dapat menjadi indikator investasi
adalah sektor perbankan. Berdasarkan data posisi pinjaman investasi yang
diberikan oleh sektor perbankan (baik bank pPersero, Bank Perkreditan Rakyat,
Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Swasta Asing, dan Bank
Campuran)kepada sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan, tren
pemberian modal investasi pada tahun 2005-januari 2011 cenderung stagnan. Pada
Bank Persero, pemberian pinjaman investasi mengalami peningkatan(dalam miliar
rupiah) dari 7.579 pada 2005 atau 19.18% menjadi 28.307 pada januari 2011 atau
31.5%. sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan mendapatkan jumlah
dan proporsi terbesar dalam penyaluran kredit investasi. Namun, peningkatan ini
masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan pada sektor listrik,
gas, dan air bersih yang mendapatkan proporsi sebesar 0.2% pada 2005 dan
meningkat menjadi 9% pada 2011. Pada Bank Pemerintahan Daerah, pada januari
2011, alokasi pinjaman investasi terbesar diberikan kepada sektor jasa, yaitu
21.76%. sektor jasa mengalami peningkatan yang sangat signifikan, karena pada
tahun 2005 sektor ini hanya mendapatkan alokasi sebesar 8.68%. sedangkan sekrot
pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan mendapatkan proporsi sebesar
18.8% pada 2005 dan 15.74% pada januari 2011. Hal ini menunjukan bahwa sektor
pertanian mengalami penurunan proporsi pemberian modal kreit pada bank
pemerintahan daerah. Pada bank swasta nasional, sektor pertanian, perikanan,
peternakan dan kehutanan mendapatkan proporsi sebesar 9.02% pada 2005 dan
menjadi 8.46% pada januari 2011. Proporsi tertinggi pemberian pinjaman
investasi pada 2005 oleh bank swasta nasional adalah pada sektor perdagangan,
hotel, dan restoran sebesar 20.15%, dan pada januari 2011, sebesar 20.27%. Pada
bank swasta asing dan campuran, sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan
kehutanan memperoleh proporsi sebesar 1.9% pada 2005 dan 11.2% pada 2011.
Sedangkan sektor yang mendapatkan pinjaman terbesar adalah industri pengolahan
sebesar 43.8% pada 2005 dan 28% pada 2011. Berdasarkan data perkembangan
realisasi investasi PMA tahun 2006-2009, sektor tanaman pangan dan perkebunan
mendapatkan nilai realisasi investasi yang mengalami penurunan. Pada sektor
peternakan, nilai realisasi investasi mengalami peningkatan tajam pada 2007
namun setelah itu mengalami penurunan drastis hingga 2009. Sektor kehutanan
sejak tahun 2007 tidak mendapatkan realisasi investasi, sedangkan sektor
perikanan juga mengalami penurunan. Akan tetapi, jika diperhatikan secara
keselurhan, dapat disimpulkan bahwa investasi luar negeri lebih banyak
dialokasikan ke sektor sekunder dan tersier, dengan proporsi lebih dari 50%.
Berdasarkan data perkembangan realisasi investasi PMD tahun 2006-2009,sektor
tanaman pangan mengalami peningkatan pada tahun 2007, menurun pada tahun 2008,
dan meningkat kembali tahun 2009. Sektor petrnakan juga mengalami fluktuasi,
sedangkan sektor perikanan mengalami peningkatan. Sma seperti PMA, PMD pada
sektor pertanian memiliki proporsi yang masih lebih kecil dibandingkan pada
sektor lain.
Identifikasi
Penyebab Investasi Pertanian Terhambat
Berdasarkan
data-data diatas, terlihat bahwa perkembangan investasi untuk sektor pertanian
memiliki kecenderungan yang terus menurun. Terdapat beberapa hal yang dapat
menjadi penyebab ketidaktertarikan investor untuk menanamkan modalnya ke sektor
petanian, diantaranya:
Pertama, sektor pertanian
memiliki risiko dan ketidakpastian yang sangat tinggi dibanding sektor lain.
Terlebih lagi dengan adanya climate change yang menyebabkan kemungkinan
terjadinya fluktuasi produksi menyebabkan ketidakpastian dan risiko yang
dihadapi semakin tinggi.
Kedua, pada kasus
pertanian di Indonesia, minimnya sarana pendukung yang tersedia menjadi slah
satu faktor yang membuat investasi pada pertanian semakin tidak menarik.
Seperti yang telah banyak diketahui, saat ini sarana pertanian seperti irigasi
misalnya yang ada di daerah adalah peninggalan masa orde baru dan sudah semakin
tidak terawat. Selain itu, karena umuya sentra produksi pertanian berada di
daerah, dan infrastruktur sepeti jalan yang ada pada beberpaa jalur misalkan
pada jalur pantura kurang baik sehingga besarnya kemungkinan terjadi kerusakan
barang semakin tinggi.
Ketiga, masih sulitnya
birokrasi yang ada apabila hemdak mendirikan usaha pertanian yang memiliki
skala ekonomi yang cukup besar sehingga menjadi kurang menarik.
Keempat, masih tidak
stabilnya iklim investasi di Indonesia. Hal ini berlaku secara keseluruhan,
baik sektor pertanian maupun nonpertanian.
Kelima, masih tidak
stabilnya iklim politik dan pada beberapa komoditi pertanian yang menjadi
komoditi politik.
Keenam, masih maraknya
pungutan-pungutan liar di Indonesia sehingga semakin meningkatkan biaya yang
harus dikeluarkan. Masih terdapatnya tumpang tindih kebijakan antar departemen
atau kementrian yang ada dan kurangnya koordinasi antar instansi pemeerintahan
sehingga menimbulkan kebingungan pada investor
Ketujuh, adanya otanomi
daerah yang terkadang kebijakannya tumpang tindih dengan kebijakan pemerintah
pusat.
Kedelapan, anggapan bahwa
investasi sektor pertanian tidak menarik dibandingkan dengan sektor lain.
Pertanian Sektor
pertanian adalah sektor yang memiliki peran penting dalam meningkatkan
perekonomian, terutama perekonomian pedesaan. Saat ini tren investasi pertanian
memiliki tren yang mengalami penurunan. Hal yang paling utama untuk
meningkatkan minat investasi bidang pertanian adalah menyinergiskan kebijakan
dalam pemerintahan, baik antara departemen/kementrian di pemerintah pusat
maupun dengan pemerintah daerah. Dengan adanya kesinergisan kebijakan, maka
investor mendapatkan suatu kepastian kebijakan investasi sehingga mereka dapat
lebih mudah untuk mengambil keputusan investasi. Pemerintah juga perlu
melakukan upaya pendekatan kepada investor untuk menanamkan modalnya dibidang
pertanian. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kemudahan untuk
investasi misalkan bantuan untuk merampingkan jalur birokrasi, memberikan
jaminan kestabilan politik dan keamanan investasi, serta perbaikan
infrastruktur sehingga dapat meminimalisasi risiko dan ketidakpastian yang
dihadapi.
Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur
Jika mau berkaca dari negara yang telah lebih
dahulu maju dibanding dengan Indonesia, pada awalnya mereka (negara-negara
maju) menitikberatkan pembangunan perekonomian mereka pada sektor pertanian
untuk kemudian dikembangkan dan beralih perlahan-lahan menjadi sektor industri.
Perubahan ini tidak berlangsung secara tiba-tiba melainkan dengan serangkaian
proses yang panjang dan tentunya pertanian dijadikan sebagai pondasi, baik
sebagai penyedia bahan baku maupun modal untuk membangun industri.
Berkaca pada krisis yang telah terjadi, proses industrialisasi yang
didengung-dengungkan pemerintah kurang mendapat moment yang tepat. Pada
akhirnya Indonesia yang direncanakan akan menjadi negara industri-dalam waktu
yang tidak lama lagi, tidak terwujud hingga saat sekarang ini.
Melihat kenyataan itu, sudah seharusnya kita memutarbalikkan
kemudi ekonomi untuk mundur selangkah merencanakan dan kemudian melaksanakan
dengan disiplin setiap proses yang terjadi. Yang terpenting yaitu harus dapat
dipastikan bahwa sektor pertanian mendapat prioritas dalam proses pembangunan tersebut.
Mengingat, sampai dengan saat ini negara-negara maju pun tidak dapat
meninggalkan sektor pertanian mereka, hingga kalau sekarang kita coba melihat
sektor pertanian sekelas negara maju, sektor pertanian mereka mendapat proteksi
yang besar dari negara dalam bentuk subsidi dan bantuan lainnya.
Ada beberapa alasan (yang dikemukakan oleh Dr.Tulus Tambunan dalam
bukunya Perekonomian Indonesia) kenapa sektor pertanian yang kuat sangat
esensial dalam proses industrialisasi di negara Indonesia, yakni sebagai berikut
:
1. Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan
terjamin dan ini merupakan salah satu prasyarat penting agar proses
industrialisasi pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa
berlangsung dengan baik.
2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian
yang kuat membuat tingkat pendapatan rill per kapita disektor tersebut tinggi
yang merupakan salah satu sumber permintaan terhadap barang-barang nonfood,
khususnya manufaktur. Khususnya di Indonesia, dimana sebagaina besar penduduk
berada di pedesaan dan mempunyai sumber pendapatan langsung maupun tidak
langusng dari kegitan pertanian, jelas sektor ini merupakan motor utama
penggerak industrialisasi.
3. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah satu
sumber input bagi sektor industri yang mana Indonesia memiliki keunggulan
komparatif.
4. Masih dari sisi penawaran, pembangunan yang baik disektor
pertanian bisa menghasilkan surplus di sektor tersebut dan ini bisa menjadi
sumber investasi di sektor industri, khususnya industri berskala kecil di
pedesaan.
Melihat hal itu, sangat penting untuk kita saling bersinergi dalam
meningkatkan produktivitas pertanian. Pemerintah-dalam hal ini pemangku
kebijakan, membuat regulasi yang memiliki tujuan yang selaras dengan cita-cita
bersama, menganggarkan dana untuk pengembangan pertanian, memberikan
pengetahuan dengan jalan memberdayakan tenaga penyuluh pertanian agar dapat
membantu petani dengan maksimal, bank dalam hal ini penyedia dana publik dapat
lebih bersahabat dengan petani, agar keterbatasan dana dapat teratasi dengan
bantuan bank sebagai penyedia dana dengan bunga yang kecil, perguruan tinggi
sangat penting untuk mengadakan penelitian-penelitian yang masiv dan dapat
diaplikasikan langsung untuk meningkatkan produktivitas pertanian, swasta
diharapkan dapat menginvestasikan modal mereka untuk membuat pabrik-pabrik
pengolahan produk-produk pertanian kita sehingga ketika kita ingin
memasarkannya ke luar (ekspor) maka kita akan dapat menghasilkan pendapatan
lebih (karena nilai yang lebih tinggi) dan tentunya masyarakat (petani) sebagai
subjek dapat dengan benar-benar serius dalam menjalankan setiap program yang
diberikan pemerintah (dengan asums : program yang dibuat oleh pemerintah sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan oleh petani)…
Ketika hal ini berjalan dengan baik, maka kita dapat meningkatkan
produk-produk pertanian kita sejalan dengan peningkatan industri manufaktur
yang membutuhkan bahan baku yang kita produksi dari para petani-petani
kita. Maka dari itu, peningkatan pendapatan para petani akan berkorelasi
positif terhadap meningkatnya kesejahteraan petani dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
SUMBER :
http://reizalichaal.blogspot.com/2012/09/contoh-makalah-tentang-masalah.html
http://farhaanahramadhani.blogspot.com/2015/04/perubahan-penerimaan-daerah-dan-peranan.html/